bab 32 : INTROVET GIRL? YEAH IS ME (revisi)

31 7 0
                                    

Yasha mengambil sebuah tembakan dan memasukkan cairan tersebut, rupanya tembakan itu bisa mengeluarkan sebuah asap. Yasha menembak secara acak sehingga asap-asap itu memenuhi hampir seluruh hutan, bukan sekali dua kali namun banyak yang Yasha tembakan.

Setelah selesai Yasha terduduk diatas tanah dengan tangan yang bertumpu di paha nya, lutut nya seakan lemas tak bertenaga. Semoga ini sudah berakhir dia sudah lelah dengan semua yang terjadi, Yasha rindu dengan semua candaan bersama teman dan dengan hidup damai.

Namun seakan teringat sesuatu Yasha langsung berdiri, dengan kabut asap yang masih tebal Yasha harus berhati-hati dalam melangkah. diri nya ingat bahwa Abbyan terluka bagaimana keadaan nya sekarang? Yasha harus cepat ketemu Abbyan.

"Abbyan! lo dimana?" teriak Yasha.

"Gue disini! jalan kearah barat tepat pukul delapan Sha." sebuah sahutan yang membuat Yasha jadi tau arah kemana dia berjalan.

Dengan tergesa-gesa Yasha akhir nya pun sampai diarah barat tepat pukul delapan, Yasha mencoba menajamkan penglihatannya. Dapat Yasha lihat walaupun samar, disana ada sosok yang tengah duduk ditanah dengan nafas tersengal nya. Yasha pun segera menghampiri sosok tersebut.

"Lo oke kan?" panik Yasha kala merasa kan sebuah sensasi hangat ditangan nya dan bau amis yang menyengat kala menyentuh bahu Abbyan.

"Ga, Sha. Bahu gue ketusuk tadi dan sekarang perut gue, tapi gue nyoba berhentiin pendarahan yang ada diperut gue dengan kain. Gue udah mulai ga kuat." adu nya yang membuat Yasha semakin panik.

"Pasti gara-gara gue, harus nya lo ga lakuin itu tadi!" cecar Yasha yang merasa bersalah.

"Terlambat, gue udah luka percuma Lo bilang kek gitu. Bantuin gue kek, bawa ke dokter gitu nih kabut juga udah lumayan ga setebel yang tadi." Abbyan berkata dengan ringisan kecil.

Wajah yang semakin lama semakin memucat, Yasha lagi-lagi panik sendiri. Jika seperti ini Yasha tidak bisa mengontrol rasa panik nya, Yasha juga tidak kuat jika harus membawa Abbyan sendirian terlebih badan bonsor Abbyan yang membuatnya kewalahan. Dengan menatap sekitar Yasha harap ada orang lain yang membantu nya, dan Yasha pun menangkap sebuah siluet.

Namun sayang bukan siluet teman nya justru siluet seseorang dengan pedang ditangan nya, bukan nya Yasha udah sebar semua obat nya?! kenapa masih ada yang belum sadar, sial ini bukan waktu nya memikirkan itu. Yasha pun sebisa nya membawa Abbyan di punggung nya, walaupun susah dan berat Yasha mengusahakan sebisa nya.

"Lho Sha! lo emang kuat gendong gue yang kek gajah gini kalau sama lo?! gue bukan nya apa ya cuman gue takut jatuh apalagi badan lo kecil gitu?" pekik Abbyan dengan nada penuh ejekan.

"Diem by! dibelakang kita ada orang itu." Yasha berbisik.

" Ya bagus dong, kita bisa minta tolong. ga tega gue liat lo kek gini, ya walaupun gue sekarat sih."

"Abby dengerin gue--" omongan nya harus terhenti kala Abbyan malah memekik keras.

"Woii tolongin kita dong!" pekik Abbyan sembari meringis merasakan nyeri diperut dan bahunya.

"Abbyan bangsat!" umpat Yasha.

Yasha pun berlari menjauh dari sosok tersebut, bahkan sesekali Yasha menoleh dan benar sosok itu mengejar mereka. Ini semua salah Abbyan, Yasha sudah bilang jangan minta tolong malah minta tolong. harus nya mereka yang terpengaruh sedang pingsan untuk sekarang, dan juga keberadaan Ares dan Laura cukup jauh jadi itu tidak mungkin mereka berdua.

Saking panik nya Yasha terus berlari tanpa memerhatikan langkah nya, terkadang mereka akan terjatuh bersama. Abbyan yang sudah pasti memekik sakit dan Yasha yang sesekali mengumpat, perbedaan berat badan yang signifikan membuat nya kesusahan membawa Abbyan.

"Berat banget lo gajah!" umpat Yasha.

"Ya udah tau malah lo paksa, pake lari-larian lagi." Abbyan menyahuti dengan tampang tanpa dosanya.

Namun sesusah apapun membawa Abbyan, Yasha tetap memperjuangkan untuk sementara jika tebakan nya benar harus nya butuh beberapa menit lagi mereka sampai di asrama. Namun harapan Yasha harus pupus kala mendengar pengakuan dari Abbyan yang membuat nya makin panik, di tambah sosok itu semakin dekat yang membuat Yasha kesusahan untuk berfikir.

"Gue kayaknya udah ga kuat deh Sha, kayak mau pingsan gitu udah waktu nya kali ya? Gue harap lo bahagia setelah ini, gue tidur duluan cape banget ini." Setelah mengucapkan hal itu dengan sedikit terbata-bata Abbyan pun menjatuhkan kepala nya dipundak Yasha.

"Abby jangan bercanda dong, gue makin takut nih!" Yasha mengaku dengan nada panik nya.

"Abby, by, Abbyan! l-lo ga bercanda?!" Yasha berujar sembari mengeratkan gendongan nya pada Abbyan.

Pasti karena kehabisan darah, tapi Yasha tidak rela jika Abbyan harus pergi sekarang. Tidak! masih banyak hal yang belum mereka lalui. Yasha pun kembali berlari walaupun susah payah, tidak memperdulikan orang dibelakang nya lagi. Yang terpenting adalah keadaan Abbyan bagi Yasha.

"Gue pasti bisa! depan sana asrama kita." Monolognya.

Namun lagi-lagi Yasha harus terjatuh, banyak luka di tubuh nya namun Yasha tidak memperdulikan rasa sakit nya. Kali ini tidak ada umpatan yang keluar, hanya ada mata yang berderai dengan bibir bergetar takut. Anak remaja mana yang tidak takut, khawatir, panik, dan lainnya jika di hadapkan seperti ini? Se berani-beraninya Yasha dia tetap remaja pada umum nya.

Bahkan mungkin bisa jadi trauma tersendiri untuk Yasha.

"Sialan." Yasha kembali mengumpat kala sosok tersebut melemparkan sebuah pisau dan sial nya tepat menancap di kaki sebelah kiri Yasha.

Dengan tangan bergetar Yasha mencabut pisau tersebut, dengan darah keluar dengan seketika. Yasha langsung menghampiri kembali Abbyan, mengendong nya dengan sisa tenaga. Luka seperti ini mungkin sakit namun teman nya lebih penting, disini bukan dia yang terluka tapi hampir semua nya.

"Yasha!" pekik Laura kala melihat Yasha dengan tertatih membawa Abbyan diunggung rapuh nya.

"Tolongin Abbyan, dia kehabisan darah." Yasha berujar dengan panik sembari menurunkan Abbyan.

Didepan mereka sudah ada Ambulans tidak tau asal nya darimana, sekarang yang terpenting Abbyan selamat. Ares pun mengambil alih tubuh Abbyan dan membawa nya masuk kedalam ambulans, sedangkan Yasha sendiri memandang kosong tempat dimana Abbyan berada.

"Kita yang panggil tadi, disini sepi bahkan para master untuk ga ada disini. Kita bebas untuk sementara disini, gue rasa ini bukan hal buruk." Laura menjelaskan agar Yasha tidak bingung.

"Laura, lo ikut Abbyan. Gue disini, nyelesai in hal yang belum selesai." Yasha memaparkan, Yasha tidak ingin hal buruk terjadi jika tidak di awasi nantinya.

"Tapi, Sha lo gimana....,"

"Ada Ares disini, Laura! lo harus jagain Abbyan disana jangan biarin dia sendirian, dia temen kita . Gue bisa jaga diri disini jadi lo tenang aja." Yasha lebih dulu berucap.

Laura mengangguk dengan terpaksa dan masuk kedalam ambulans dengan berat hati menatap Yasha dengan cemas, setelah kepergian ambulans tersebut Yasha terus memandang kosong jalanan.

"Kaki dan beberapa luka di tubuh lo harus diobatin, ayo masuk gue bantu obatin." Ares berujar sembari menarik lengan Yasha dengan pelan.

"Makasih,Res." Yasha mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Andai saja tidak ada Ares yang mau menolong, Yasha tidak tahu cara menghadapi mereka semua.




••••

Hai hai semua, menurut kalian cerita nya gimana sih? hm kurang seru atau malah aneh? Ah aku bingung soal ini, kalian kasih pendapat aja yaaa biar aku tau letak salah dan kurang nya.

Eh aku disini mau nyapa kalian nih, kalian apa kabar? Makasih yaa udah mau baca cerita aku.

Kalau kalian ada hal yang mau di tanyakan, tanyain aja yaa! Aku jawab kok sebisa nya hehehe.

INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang