Pagi nya, kini mereka semua di kumpulkan dalam sebuah lapangan kecil. Disana terdapat telpon rumah versi lama, kali ini mereka tidak belajar seperti nya. Di pikir-pikir selama mereka belajar disini banyak hal yang ngga masuk dalam kategori belajar di sekolah, malah pelajaran lain nya yang mereka dapat bukan soal materi namun soal yang lain nya.
Master Happy datang dengan senyum simpul, mereka tidak bisa menebak secara pasti apa yang ada di otak para master itu. Satu hal yang pasti rencana mereka bisa saja rencana gila, bahkan mungkin saja sangat gila untuk seukuran anak SMA yang sudah remaja.
Seperti namanya master happy, master inilah yang lebih ramah terhadap mereka. Bahkan wajah nya tidak menyeramkan malahan terlihat lucu, master perempuan dengan senyum merekah dan tidak menakutkan.
"Hari ini kita akan melakukan permainan, kalian siap?" tanya sang Master.
"Master, permainan apa? bisa kah jangan yang berat, selama ini saya rasa semua yang di berikan sangat berat master." Abbyan mulai menyampaikan keluh kesah nya.
"Tentu tidak, permainan nya mudah. Kalian hanya perlu menebak saja, tidak buruk bukan? Kita akan main Werewolf, kalian cukup maju dan dengarkan pesan yang ada di telpon tersebut. Mudah bukan?"
Kedengarannya simple, permainan nya mereka semua pun tahu. Hanya saja akankah sesimpel itu? Para master itu sulit di tebak, biasa nya yang simple saja akan sangat sulit untuk di pecahkan.
"Kurasa itu tidak buruk," Laura berujar sembari menatap kearah mereka semua.
"Ya Laura bener, ga terlalu buruk. mungkin mudah?" lontar Jayden menimpali.
Yang lain hanya mengangguk kan kepala setuju, akan tetapi tidak semua setuju. Bagi beberapa dari mereka merasa keberatan karena merasa permainan tersebut adalah permainan jebakan menurut mereka.
Namun mau tidak mau mereka harus mau, mereka pun maju satu-satu dan mulai mendengarkan baik-baik peran apa yang mereka dapatkan.
"Sudah? Kalian di beri waktu tiga hari, setelah itu putuskan siapa werewolf diantara kalian."
Setelah mengucapkan hal tersebut, master happy pun pergi meninggalkan mereka. Mereka mulai berkerumun dan saling menebak satu sama lain, hanya saja mereka juga tidak bisa saling membocorkan identitas yang mereka dapat.
Namun mencari werewolf nya akan sulit, dalam waktu tiga hari bagaimana cara nya mereka menemukan nya? Mereka jadi saling menuduh satu sama lain.
Dua hari terlewat, namun mereka masih saja belum menemukan siapa wolf nya. Bahkan Abbyan dan Langit terlihat sangat bermusuhan, mereka saling menuduh satu sama lain. Bahkan langit menuduh semua nya dengan alasan yang tidak jelas hanya karena dia kebingungan sendiri, tidak hanya Langit semua pun kebingungan.
Jayden yang sejak tadi diam membawa Yasha ketengah lapangan tepat dimana telpon tersebut masih ada, namun bukan kesana tujuan Jayden. Tujuan Jayden adalah mencari tempat untuk bicara berdua, selama ini sulit berdekatan dengan Yasha sebab setiap dia mendekati Yasha maka ada saja penganggu.
"Sha, menurut lo siapa?" tanya Jayden.
"Gue gatau, pusing banget sumpah!" gumam Yasha sembari menarik pelan rambut pendek nya.
Jayden menggenggam tangan Yasha, mengelus pelan nan hati-hati. "Tenang aja, ada gue. Em sha, hati lo masih bisa di buka ga sih?" kata Jayden akhirnya mengatakan tujuan nya.
"Ga bisa!" sewot Yasha.
Yasha heran lagi pusing-pusing nya malah di tanya soal hati, ingat Yasha tidak gampang buka hati?
Jayden fikir ini lah waktu yang tepat, walaupun ga romantis namun dia tulus untuk sekarang, walaupun Jayden mengaku bahwa dulu dia memanfaatkan Yasha. Tapi jujur sekarang dia entah kenapa begitu tertarik dengan Yasha setelah satu kelas bersama bahkan satu asrama, dia jadi semakin tertarik dengan semua yang ada di diri Yasha bahkan sifat introvet nya pun ikut juga.
"Sebener---" perkataan Yasha harus tepotong tatkala suara dering telpon terdengar, Yasha maju dengan ragu untuk menjawab. Jayden mendesah kecewa saat tidak bisa mendengar jawaban dari Yasha, namun itu juga tak menampik bahwa ia juga penasaran.
"UDAH GUE BILANG BUKAN GUE, LANGIT! GUE CUMAN TIKUS!" seru Laura saat Langit lagi-lagi menuduhnya.
Langit berputar hendak bertanya pada Ruby atau pun Abbyan yang ada disana, mengesampingkan permasalahan mereka semalam. Namun seperti nya Abbyan masih ada sedikit amarah untuk Langit.
"Gue kucing"
"Gue rusa"
"Bukan mereka, gue juga dapet jerapah. Berarti antara Jayden dan Yasha..... yah bener bisa aja antara mereka berdua." Langit bergumam menatap kearah Yasha dan Jayden yang tengah diskusi berdua.
Yasha menatap balik kearah Langit, Langit gelagapan sendiri kala ketahuan menatap kearah Yasha. Namun seperti nya Yasha malah menghampiri Langit bahkan di belakang ada Jayden, menurut Langit wajah Jayden jauh tidak bersahabat dari Yasha.
"Musang dan kelinci, berarti bukan gue maupun Jay. Itu yang bikin lo curiga kan?" pertanyaan Yasha tepat pada pemikiran Langit.
Langit terdiam, tepat sekali tanpa di tanya Yasha sudah lebih dahulu bersuara membuat Langit terdiam dengan tangan mengepal kuat untuk menutupi rasa kesalnya.
Mereka pun kaget lalu menatap Langit yang terdiam dengan raut wajah kesal, ketara sekali emosi Langit sangat tidak stabil.
"Kok kalian berduaan?! Curut lo ngikutin Asha gue? Kok lo mau si sha sama curut yang suka manfaatin lo doang gini?!" sembur Abbyan saat melihat mereka berjalan berdua.
"Padahal cuaca nya ga begitu panas kok rasanya ada yang panas banget sampe kebakar ya?" sindir Laura sambil melirik sinis kearah Jayden dan Yasha. Jayden memutarkan bola mata nya malas, kedua orang ini hanya membuat darah nya mendidih saja jika di ladeni dan sudah pasti diri nya akan kalah jika adu bacot.
"Duh gerahnya~" Abbyan ikut menyindir.
Yasha menghela nafas lelah, kedua teman nya ini ada saja. Pasti di otak mereka isi nya negatif semua tentang Jayden, padahal Yasha rasa Jayden tidak seburuk itu. Mengapa kedua teman nya sangat tidak suka dengan Jayden? Bahkan kilat ketidak sukaan terlihat sangat kentara diantara mereka.
Ruby diam-diam tersenyum tipis melihat interaksi mereka, Ruby pikir Yasha beruntung bisa punya sahabat yang dekat di saat semua yang di namakan sahabat adalah maksud dari orang-orang manipulatif.
Berbeda Langit, diri nya berfikir dengan keras hingga rasa nya otak milik nya bisa meledak kapan saja. Ingin rasa nya semua nya selesai dan mengistirahatkan otak, namun apa boleh buat para master tidak membiar kan otak nya berhenti sejenak.
"Kalau bukan lo, Jayden, atau pun kita terus siapa?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Langit, membuat aura permusuhan yang tadi sempat terasa begitu mencekam langsung menguar hilang begitu saja. Langit menatap mereka semua dengan bingung, dia dari tadi bengong kenapa ada aura tidak mengenakan sebenarnya ada apa?
"Werewolf itu manipulatif,bisa aja diantara kita atau bukan. Kita cuman satu kesempatan buat nebak, tapi ini sulit!" papar Laura yang angkat bicara dengan wajah yang di buat menyedihkan, bahkan Abbyan pun rasa nya ingin memukul wajah menjengkelkan nya.
"Laura bener, kalau bukan salah satu di antara kita cuman satu kemungkinan....." Perkataan Ruby tertahan membuat mereka semua berfikir keras.
Hingga mereka tersadar akan jawaban sebenarnya.
"MASTER HAPPY!" seru mereka kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Short StoryHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...