Laura masih saja tidak bisa tidur, memikirkan keadaan sang adik. Laura pun memutuskan untuk berjalan sebentar, siapa tau dia bisa tertidur setelahnya.
Saat sedang berjalan-jalan menyusuri segala sudut rumah, sekalian mencari jejak adik nya kembali. Yasha berjalan melewati sebuah ruangan, ruangan yang tidak boleh di masuki oleh sembarang orang. Laura pun bergidik ngeri menatap nya, Laura tau itu ruangan apa. Itu adalah ruangan tempat orang tua nya melakukan hal-hal aneh, membuat Laura takut untuk mendekati nya.
Namun berfikir kembali, dia cukup penasaran. Mungkin kah adik nya ada di dalam? Dengan menguat kan tekad nya, serta menghilangkan segala pikiran terburuk nya. Dia memberanikan diri memasuki ruangan terkutuk tersebut, dengan pelan-pelan namun pasti.
Kriet
Suara pintu terbuka, Laura lantas memasuki ruangan tersebut. Dengan langkah pelan nya, dia mulai menyusuri kedalam ruangan. Langkah Laura terhenti saat melihat kedua orang tua nya hendak keluar, Laura pun bersembunyi di antara celah beberapa bagian.
Rupa nya kedua orang tua nya belum pergi, Laura pun harus bersembunyi cukup lama. Bahkan kaki nya sudah mulai kram, namun Laura tak memikirkan kaki nya. Yang terpenting adalah adik nya bisa ketemu,
Melihat kedua orang tua nya yang sudah keluar. Laura pun tak bisa menahan rasa khawatirnya, diri nya pun dengan langkah tergesa memasuki ruangan yang tidak terkunci tersebut. Setelah mendengar suara mobil yang mulai menjauh, Laura pikir kedua orang tua nya tengah pergi.
Dengan langkah penuh ke hati-hati an nya, dia takut menyenggol apapun yang berada disini. Semua nya terlihat berbahaya, Laura menatap kearah kelinci dan hamster yang tersimpan didalam tabung dengan raut wajah kasihan.
Laura terus melangkah kan kaki nya, dengan mata yang menatap tidak percaya di depan nya, Laura menutup mulut nya dengan kedua tangan serta mata yang mulai berembun. Di depan sana bisa Laura Lihat sang adik yang mengenaskan, bahkan beberapa memar pun terdapat di tubuh nya.
Dengan duduk di sebuah kursi, tangan dan tubuh yang terpasung, serta banyak kabel yang menempel di tubuh nya. Laura berpikir pasti ulah kedua orang tuanya itu, mengapa mereka sangat tega. Laura bahkan melihat beberapa jarum suntik terdapat di meja sebelah tempat adik nya terpasung, banyak tabung cairan serta vaksin yang tidak Laura ketahui.
Laura pun mulai mendekat kearah sang adik dengan air mata yang bercucuran, mencoba melepaskan kabel-kabel yang melekat di tubuh adik nya.
Merasa ada seseorang yang melepaskan kabel serta pasung yang di tubuh nya, dia pun mulai membuka mata nya. Memastikan bahwa bukan orang tua nya yang membuka, diri nya cukup takut.
"Kakak?" panggil sang adik dengan mata yang sedikit terbuka, melihat sang kakak yang mencoba membantu nya membuat nya tersenyum tipis, bahkan dengan keadaan yang seperti ini dia masih bisa tersenyum tipis.
"sekarang kamu aman, mana yang sakit? apa yang mereka lakukan?" tanya Laura, melihat nya tersebut seperti itu membuat hati Laura seakan teriris. Bagaimana dia tidak tahu bahwa adik yang sangat dia jaga di perlakukan seperti ini oleh orang tua nya sendiri?
"Jangan menangis, tidak apa, kak. Mereka melakukan percobaan lagi, tidak apa semua baik-baik saja. Jangan nangis, kak." Dia berucap dengan lemah, tangan nya yang sudah terlepas pun dia angkat guna menghapus air mata sang kakak.
Laura langsung menghapus air mata nya kasar, benar dia harus melepas kan adik nya terlebih dahulu. Laura tidak bisa membiar kan adik nya tersiksa terlalu lama di tempat seperti ini, dengan berhati-hati Laura mulai membebaskan adik nya.
Sang adik pun menatap kearah sang kakak, tubuh nya sangat lemas, entah apa yang mereka berikan hingga tubuh nya tidak bertenaga seperti ini.
Laura hendak menangis kembali saat mendapati tubuh adik nya yang memiliki banyak luka, apa yang sebenar nya mereka perbuat? Hingga adik nya menjadi seperti ini.
Setelah semua nya terlepas, Laura pun memapah sang adik untuk keluar dari ruangan tersebut. Dengan perlahan Laura membawa adik nya menuju pintu, mereka pun berhasil keluar.
Namun semua itu tak berjalan mulus, baru mau menaiki tangga. Mereka sudah di hadapkan dengan kedua orang tua nya, Laura menatap mereka berdua dengan tajam.
"APA YANG KAMU LAKUKAN, LAURA?!" bentak kedua orang tua nya murka, bahkan mereka memandang tajam kearah Laura.
"Seharus nya gue yang tanya, apa yang lo lakuin ke adik gue bangsat?" berang Laura dengan meninggi kan suara nya, persetan sopan santun mereka sudah melewati batas.
"Kembalikan anak itu, biar kan dia bersama kami." sang Mamah berucap yang mencoba membaiki Laura, namun Laura sudah tak bisa percaya.
"Ngga! Gue bakalan bawa adik gue, kalian ga punya hak!" pekik Laura tidak terima, cukup selama ini adik nya mengalamin hal seperti ini.
"Dia anak saya!" tekan sang kepala keluarga, Laura pun memutarkan bola mata nya malas.
Laura menduduk kan adik nya sebentar di bawah, setelah nya dia maju. Tanpa banyak kata, Laura maju. Dengan kemampuan hipnosis yang pernah dipelajari dulu, Laura mulai melancarkan aksi nya dengan menghipnosis kedua orang tua nya. Tidak sia-sia selama ini dia belajar, ternyata cukup berguna juga.
Sang adik pun menatap terkejut, namun tersentak kala sang kakak mengangkat nya kembali.
"Ayo kita pergi, mereka kakak buat tertidur. Kita harus pergi sebelum mereka sadar." Laura berkata memberi pengertian.
"Tapi kak.....," dia tak yakin, dengan tubuh nya yang lemas seperti ini.
Laura tak menghiraukan sang adik, dia pun mulai pergi dengan sang adik yang berada di gendongan belakang nya. Tidak mungkin dia membawa adik nya yang berjalan pun susah.
Cukup lama hingga mereka sampai di sebuah tempat,
"Ibu, Ibu! Buka pintu nya!" seru Laura sembari terus menggedor pintu rumah tersebut.
Orang yang di panggil Ibu pun keluar, dengan wajah terkejut nya langsung menghampiri Laura. " Apa yang terjadi, Lau?" tanya sang Ibu dengan raut wajah cemas.
"Nanti aku jelaskan, sekarang bantu dulu. Adik aku, Bu." Laura berbicara menyedihkan.
Sang Ibu pun membantu Laura, mereka membawa adik Laura masuk dan langsung di bawa kekamar. Dengan mengobati secara sederhana, mereka tidak mungkin memanggil dokter.
Laura duduk lemas di samping adik nya yang sudah terlelap, dengan pandangan yang kosong. Sang Ibu pun menepuk punggung Laura pelan, lalu tersenyum lembut.
"Ada apa sebenarnya yang terjadi, mengapa sampai terjadi seperti ini?" tanya sang Ibu sembari meletakkan teh yang di bawa nya.
Laura menghela nafas sejenak, sebelum menjelaskan diri nya melirik kearah sang adik sebentar. Setelah itu dia mulai menjelas kan sebenar nya, ada raut wajah kecewa, benci, dan amarah di wajah Laura.
"Astaga." sang Ibu bergumam saat Laura menjelaskan semua, bahwa mata wanita paruh baya tersebut tampak memerah. Pasti sulit untuk ukuran anak remaja seperti Laura.
"Tenang saja, Nak. Di panti kamu sama adik mu sangat di terima disini," Ibu panti menenangkan.
Laura pergi ke panti ini karena ini satu-satunya tempat yang aman, di mana kedua orang tua nya tidak akan tahu. Semoga saja, adik nya haru terhindar dari orang-orang jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Historia CortaHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...