"gue cape kaki gue juga sakit luka nya kebuka." Yasha Muali mengeluh dan kehilangan semangat sembari melirik kearah kaki nya yang diperban.
Yasha rasa waktu sedang panik waktu itu rasa nya tidak sesakit sekarang, mengapa kini malah jadi sangat sakit? Yasha itu cewe biasa yang lemah cukup kuat saja sedikit.
Namun bukan hanya Yasha namun yang lain pun capek, selama berhari-hari mereka menghadapi serangkaian peristiwa yang menegangkan.
Dan kali ini mereka kembali ke The Chosen Classroom tempat awal mereka, disana mereka sudah ditunggu oleh keempat ilmuan gila. Padahal mereka baru saja menghembuskan nafas lelah malah harus kembali menahan nafas, mereka rasa ini jauh lebih buruk dari yang kemarin.
"Welcome back semua!" sambutan dari para ilmuan tersebut.
"Gue nanti nonton aja ga sih? Kaki gue belum pilih Res, luka nya kebuka." Yasha berbisik pada Ares.
"Lemah lo, jauh dari nyawa kan? ga usah lebay." Ares pun menjawab dengan berbisik pula, Yasha tersenyum kecut.
Kekesalan nya bahkan tidak bisa di sembunyikan, bagaimana bisa ada mahkluk menyebalkan seperti Ares? dulu kakak nya kok bisa tahan punya cowo spek ngeselin gini.
"Yah gimana lo maju duluan? ups sengaja." Yasha berucap sembari mendorong Ares hingga tersungkur tepat didepan para ilmuan tersebut.
Seketika suasana yang tadi mencekam teralihkan akibat suara kekehan dari Yasha saat melihat Ares harus menanggung malu, bahkan Ares sudah melayangkan tatapan tajam nya kepada Yasha yang tanpa rasa bersalah sudah mendorongnya.
Namun tak membuang kesempatan, Res pun menarik kaki salah satu dari para ilmuan tersebut. Kemudian yang lain pun maju dan saling menyerang, bahkan tak segan mereka para ilmuan mengeluarkan senjata tajam dan sebuah suntikkan.
Hal yang wajib mereka hindari, suntikkan itu sudah berdosis lebih tinggi seperti nya di lihat dari warna vaksin yang berubah. Disaat mereka pada saling menyerang satu sama lain, disisi lain pun ada Yasha yang sibuk menonton sembari mengobati kaki nya. Untuk saja disini jauh dari hutan jadi tidak perlu takut akan ancaman, yang di takutkan itu satu mereka para ilmuan.
"Ruby di belakang lo!" seru Yasha kala melihat orang tua nya dari arah belakang menyerang Ruby, bahkan mereka juga berhasil menyuntikkan vaksin nya ketubuh Ruby.
Ruby terdiam, merasakan sesuatu yang aneh. Pupil mata nya pun juga ikut mengecil di sertai urat berwarna hitam yang menjalar dari leher nya, Ruby tidak menangis namun dia berlari keluar dengan sisa kesadaran nya.
Orang tua Yasha pun di hadapi oleh para master, Yasha setelah selesai mengobati kaki nya pun dengan tertatih mengikuti Ruby. Bagaimana pun Ruby adalah orang baik dulu nya, Yasha juga membawa vaksin penyembuh nya siapa tau nanti akan berguna.
Ternyata Ruby berlari kearah hutan yang terdapat banyak monster didalam nya.
"Ruby......," panggil Yasha saat melihat Ruby hendak masuk.
"Yasha, jangan kesini!" seru Ruby.
"Gue punya Vaksin nya, lo harus sembuh By!" ujar Yasha.
"Percuma Sha, gue ga bakalan sembuh lagian gue juga ga punya tujuan lain. Cowo gue, Langit orang satu-satunya yang gue sayang aja pergi." Setelah mengatakan hal tersebut Ruby berbalik.
"Kalau lo selamat, gue harap semua nya berakhir dengan damai. Gue tau pertumpahan darah itu ada, tapi gue harap lo lah pemenangnya." Ruby melanjutkan sembari berlari menjauh.
Yasha menatap sendu kepergian Ruby, menjatuhkan Vaksin yang di bawa nya dan kembali dengan kesedihan. Sekali lagi orang yang dia selamat kan memilih untuk tidak bertahan, mereka malah menyerah di kala mereka di bantu.
Kekecewaan tidak bisa di bendung, Yasha pun kembali kedalam asrama dengan kaki yang tertatih. Perlahan semua nya pergi, semoga kali ini tidak akan ada korban lagi jika ada Yasha benar-benar akan menyalahkan diri nya.
Namun se kepergian Yasha, ada sesosok yang mengambil vaksin yang tergeletak ditanaj dengan senyum lebar yang tertutup oleh topeng.
"Ga sedamai itu Yasha, ah tidak Vara. Lo belum ketemu gue dan dendam gue untuk kakak lo masih ada, dan lo akan kena sebagai ganti kakak lo." Dia berdesis.
Yasha kembali dengan keadaan kacau, bahkan beberapa darah terciprat kelantai. Darah siapa? Dengan bergegas Yasha pun melangkah masuk.
Didepan sana terlihat tinggal ibu nya yang masih hidup, Ayah nya, orang tua Laura. Mereka bersimbah darah disana dengan wajah pucat nya, Yasha maju kearah Ibu nya.
"Bu...., apa yang sebenarnya kalian rencana kan?" tanya Yasha.
"Anak biadap seperti kau tidak perlu tahu!" seru sang Ibu dengan wajah garang nya.
"Baiklah seperti nya lo tidak mau mengatakan apapun, gue bakalan akhirin semua nya." Yasha mengungkapkan sembari mengangkat pistol di tangan nya.
Tepat dikepala sang Ibu, Yasha menarik pelatuknya dengan mata memanas.
"Belum berakhir, seseorang itu masih ada!" tepat setelah mengatakan itu, suara pelatuk yang dilepaskan pun terdengar beserta darah yang muncrat kemana-mana bahkan diwajah Yasha.
Yasha terduduk, tepat di samping sang Ibu yang sudah tidak bernyawa. Tangan yang memegang pistol pun bergetar hebat, walaupun dia membenci orang tua nya namun tak sekali pun ada niat untuk membunuh. keadaan yang mengharuskan nya menjadi seperti ini, penyesalan nya langsung menyelimuti didalam hati kecil nya.
"Maaf, maaf, maaf." Yasha terus menggumamkan kata maaf, bahkan air mata nya sudah turun dengan deras.
Ares dan beberapa master yang tersisa pun mendekat kearah Yasha, menenangkan gadis yang tengah down tersebut. Mereka tau ini berat, kehilangan orang tersayang nya, teman, dan orang tua. Sudah pasti sebuah pukulan berat untuk seorang seperti Yasha, anak remaja yang bahkan baru menginjak dewasa harus dihadapkan dengan ini semua.
"Gapapa Sha, semua nya udah berakhir. Semua nya sudah aman." Ares mengucapkan kata penenang untuk Yasha bahwa semua nya sudah baik-baik saja.
Butuh waktu lama untuk Yasha kembali seperti semula, tangis nya yang menyayat hati membuat mereka ikut sedih.
"Mari bereskan kekacuan ini." Jayden memaparkan.
"Jay bener, kekacauan nya harus dibersihkan." Yasha bergumam.
"Lo yakin oke? Kita bisa kok kalau lo ga bisa, kaki lo belum sembuh itu." Jayden berkata.
Yasha melirik kaki nya yang ter perban, benar diri nya tidak akan bisa membantu jika seperti ini. namun Yasha tau mereka juga lelah dan kurang sehat, terlebih mereka juga masih di proses penyembuhan.
Namun apa boleh buat, Yasha di suruh duduk dan melihat apa yang mereka lakukan. Yasha menatap dengan pandangan lega, tidak akan ada lagi kerusuhan yang terjadi akibat ilmuan gila dan proyeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT GIRL? YEAH IT'S ME (revisi)
Short StoryHATI-HATI NANTI BINGUNG SENDIRI‼️‼️ Kalian pernah tidak disuruh untuk jadi orang lain? rasanya bagaimana? tidak enak bukan? sama seperti Yasha yang harus di paksa oleh keluarga gilanya untuk menjadi persis seperti kakak nya yang menghilang begitu sa...