" kapan kamu akan menemui frederick? erick sudah akan masuk SD. kamu tak kasihan padanya? dia juga harus tahu siapa ayah kandungnya", tanya leon, sahabatku dan juga frederik
"Aku Ayahnya", jawabku
" kamu ibunya! sudah kukatakan berapa kali. dia tetap perlu ayah kandungnya", ucap leon menaikan nadanya
"Aku ibu sekaligus ayahnya. Kami selama ini bisa hidup berdua dan baik-baik saja. Lagi pula dia sudah bahagia sekarang", ucapku menutup laptop ku
" mau sampai kapan ben? kamu tak tahu kan... erick selalu menanyakan ayahnya padaku. dia takut kau marah seperti waktu itu. kau tak bisa terus-terusan egois ben", ucap leon
"Kamu tak tahu rasanya jadi aku leon. Kau normal. kau punya istri yang cantik dan sebentar lagi memiliki anak dari pernikahan yang sah . Sedangkan aku seorang gay.. aku terlahir sebagai pria cacat dengan sebuah rahim. Aku memiliki anak dari hasil hubungan yang salah. Bahkan ayah nya tak sadar saat melakukannya denganku. Bagaimana caranya kau memaksaku mengatakan pada frederick? Oh.. Hai.. kau tahu alasan aku pergi? aku pergi karena hamil di luar nikah. Dan apa kau tahu siapa ayah dari anakku? itu kau. selamat ya ... itu yang kau ingin aku katakan padanya? Dia pasti menganggapku gila", ucapku sembari mengambil kunci mobil ku
"Erick bahagia hidup denganku. Aku tak perlu siapapun", ucapku meninggalkan leon di ruang kerja ku
υ´• ﻌ •'υ
Oh ya, aku belum menjelaskan tentang siapa aku.
Aku benjamin, seorang pria berusia 30 tahun. Saat ini bekerja sebagai programer disalah satu perusahaan f&b.
aku memiliki seorang putra bernama erick. putra yang kukandung dan kulahirkan sendiri.
awalnya aku terkejut saat mendapati sebuah janin tengah tumbuh dalam rahimku setelah dengan suka rela menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang diam-diam ku cintai.
pria itu bernama frederick. teman sekaligus sahabat ku di kampus. kami berada di jurusan yang sama selama 4 tahun.
malam itu frederick yang patah hati mengajak ku dan leon ke club untuk meredakan emosinya. Tapi justru berakhir aku dan dia menghabiskan malam yang panas. Namun hatiku sakit karena nama wanita lain yang selalu keluar disetiap geraman dan desahannya.
Frederick sama sekali tak mengingat malam itu dan bersikap normal, membuatku juga perlahan mengikhlaskan semuanya. Namun saat 1bulan setelahnya, aku mengetahui kehamilanku.
aku pergi, lebih tepatnya menghilang. leon membantu ku. siapa lagi yang bisa membantu pria miskin sepertiku pergi tanpa jejak.
aku menjalani kehamilanku dengan susah payah. bahkan aku harus bekerja keras untuk mendapatkan uang dari rumah. aku takut keluar rumah dan mendapatkan gunjingan dari tetangga. bahkan nyaris mati saat melahirkan putraku sendirian.
υ´• ﻌ •'υ
"mama, besok erick di ajak petra ke sea world . apa boleh?", tanya erick padaku
aku berfikir sejenak. aku memang sangat jarang mengajak erick keluar rumah. terlebih kami memang baru saja pindah ke kota ini. ya meski ini bukan kota baru bagiku tentunya.
" tapi mama besok sibuk sayang. ada orang dewasa yang menemani kan?", tanyaku
" kata petra, kita mau main sama paman nya. boleh ya ma? ", ucap erick
" ya sudah. tapi jangan nakal. besok mau mama bawakan bekal?", tanya ku yang di jawab anggukan
ku lihat wajah bahagia erick, wajah yang selalu menjadi penyemangat hidupku
υ´• ﻌ •'υ
Aku sangat menyesal karena tak bisa menunggu erick di jemput terlebih dahulu karena boss memintaku untuk segera pergi ke perusahaan.
"erick sayang. ini handphone nya kamu bawa. ingat, bukan untuk main game. boleh untuk ambil foto. hmm, kalau ada apa-apa langsung hubungi mama. ini bekal nya untuk kamu dan petra. mama pergi dulu ya. Jangan nakal", ucap ku sembari mengecup kening erick
" mama tenang aja. erick kan selalu jadi anak baik", ucap erick memberiku hormat
υ´• ﻌ •'υ
tak tak tak
aku terlalu fokus pada laptopku hingga tak terasa sudah sangat larut dan jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
aku melepaskan kaca mataku
aku memijat keningku yang terasa nyut nyutan.
"Semangat ben. demi erick!", ucapku memberi semangat pada diriku sendiri
υ´• ﻌ •'υ
CEKLEK
Aku membuka kamar erick dan melihat putraku kini tengah tertidur pulas.
CUP
ku kecup keningnya dan segera keluar dari kamar nya.
aku berjalan ke dapur dan memanaskan makanan cepat saji yang kubeli.
aku menyunggingkan senyum menyadari jika aku berusaha menyiapkan yang terbaik untuk erick, namun kurang memperhatikan diriku sendiri.
υ´• ﻌ •'υ
" anak itu anak benjamin? anak itu menyebut benjamin sebagai mama? dia bilang ayahnya mungkin meninggalkan mamanya karena seorang laki-laki. lalu siapa ayah brengsek yang tak bertanggung jawab meninggalkan mereka?!", ucap seseorang dengan mengepalkan tangan sembari melihat foto seorang anak dengan seorang pria saling berpelukan
to be continue (づ ̄ ³ ̄)づ
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...