chap 8

5.3K 321 17
                                    

hahahahhahaahahahahaha

ben melihat erick dan frederick yang kini tengah bermain bersama di arena bermain dengan erick yang duduk di motor mainan dan frederick duduk di belakangnya.

"Tuhan, bolehkah aku mengharapkan kebahagiaan kali ini saja?", gumam ben menahan air matanya

ting

ben melihat ponselnya dan mendapatkan satu pesan

" ben, pak budi semalam meninggal. bisakah kamu datang ke panti? ada barang yang beliau titipkan untukmu"

ben yang menerima pesan itu pun langsung menghampiri frederick dan erick.

"ma-maaf mengganggu kalian, tapi bisakah kita pulang? pa-pamanku baru saja meninggal, a-aku perlu memberikan penghormatan terakhir padanya", ucap ben dengan mata berkaca-kaca

" paman siapa?", tanya frederick

"paman budi. baru saja pengelola panti mengabariku", ucap ben yang sudah tak kuat menahan air matanya

" aku temani ya", ujar frederick setelah menurunkan erick dari motor

"ta-", ben baru saja ingin menolak sebelum frederick  dengan lancang memeluknya.

" aku tahu sedekat apa kalian. aku tau kamu sangat kehilangan paman. aku ga bisa biarin kamu sendirian kesana. kita titipkan dulu erick ke leon", ucap frederick setelahnya

(◍•ᴗ•◍)

TING TONG

"tolong titip erick. ada sesuatu yang perlu kami lakukan. akan ku jelaskan lewat pesan", ucap frederick pada leon yang baru saja membuka pintu

" erick, paman minta tolong untuk tetap bersama paman leon dulu ya. paman dan mama mu ada keperluan sebentar. ini untuk pegangan, kalau ingin sesuatu minta paman leon antarkan. oke", ucap frederick pada erick

frederick pun berjalan kembali ke mobilnya, meninggalkan leon yang masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

leon melihat kearah erick di depannya dan menghela nafas berat karena kegiatan panasnya dengan sang calon istri harus ditunda karena kedatangan tamu kecil.

"ayo erick, masuklah. paman punya coklat", ucap leon sembari menutup pintu

(◍•ᴗ•◍)

" kenapa paman tidak memberitahukan keadaannya", isak ben

" bapak hanya tak ingin kamu khawatir. bapak sudah berjuang melawan penyakitnya, namun Tuhan berkata lain", ucap yono, anak pemilik panti

"ini barang yang bapak titipkan untuk kamu. pesan beliau juga ada didalamnya", ucap yono

(◍•ᴗ•◍)

Ben duduk di tempat tidur dimana dulu menjadi tempat tidurnya.

ben membuka kotak yang dititipkan untuknya.

Ada beberapa surat dan juga kalung.

"untuk putraku benjamin"

ben mengerutkan kening dan mulai membaca satu persatu surat yang ada

"putraku sayang. maaf kan ibu, karena ibu bukan perempuan. ibu bukanlah orang yang bisa kamu banggakan"

"putraku sayang, tolong maafkan ayahmu karena tak percaya jika kamu adalah anak kandungnya. Ibu tak pernah sedikit pun berhubungan dengan pria lain selain ayahmu"

"putra ku sayang, berjanjilah pada ibu untuk menemukan kebahagiaanmu"

"putra ku sayang, jadilah anak yang baik. Ibu akan selalu menjaga mu meski tak bersama mu"

ben melihat selembar foto yang sudah lusuh, bahkan wajah didalamnya hilang setengahnya.

ben mengelus foto itu yang terdapat dua pria saling berpelukan dengan salah satu pria itu nampak tengah mengandung.

ben pun teralihkan dengan sebuah amplop putih dan mengeluarkan isinya

"Nak Ben, maaf jika bapak baru bisa menyampaikan semua ini sekarang. Semua itu karena janji bapak pada ibu mu.

Ibu mu bernama hino.

Saat itu ibu mu kutemukan dalam keadaan sangat memprihatinkan. Perut ibu mu terbentur cukup kuat membuatnya harus segera melahirkan. namun saat melahirkanmu, dia mengalami pendarahan hebat dan pada akhirnya meninggal.

ibu mu meninggalkan beberapa surat untukmu. namun yang ibu mu tekan kan adalah jangan membenci ayahmu.

ibumu terlalu mencintai ayahmu meski kesalah pahaman membuat ayahmu tega menyakitinya.

kalung yang ada di kotak ini adalah kalung peninggalan ibu mu. mungkin itu bisa menjadi penghubung antara dirimu dan ayahmu"

Ben mengambil kalung didalam kotak itu yang memiliki cincin perak inisial B-H sebagai pengganti liontinnya.

"aku tak peduli siapa ayahku. aku hanya ingin menyimpan barang milik ibu", ucap ben

(◍•ᴗ•◍)

" kamu istirahat ya. pasti capek fisik dan hati kan. paman sekarang sudah tenang. jangan terlalu lama bersedih", ucap frederick sembari memeluk ben setelah membaringkan erick di kamarnya

"hmm.. kamu juga hati-hati pulangnya", ucap ben

frederick pun keluar dari apartemen ben dan kembali ke rumahnya.

(◍•ᴗ•◍)

" masih lancang kamu bertemu dengan pria menjijikan itu!", ucap brian pada frederick yang baru saja memasuki rumah

"namanya ben. dan dia bukan pria menjijikan!", ujar fred emosi

" Ingat! 2 hari lagi pernikahanmu. Jangan macam-macam kamu!", ujar brian

" sudah kukatakan, aku tak ingin menikahi wanda. Aku juga sudah memberikannya pesan tentang pembatalan pernikahan", ucap fred

"TIDAK! PERNIKAHAN KALIAN AKAN TETAP BERLANGSUNG. JANGAN MACAM MACAM JIKA KAU TAK INGIN TERJADI SESUATU PADA PRIA ITU", teriak brian

" Sejengkal saja papa menyentuhnya, aku  akan meninggalkan keluarga ini. Aku tak main-main dengan ucapanku. Aku selama ini sudah membodohi diriku sendiri demi kepuasan papa, tapi aku tak akan pernah diam jika papa menyakiti orang yang ku cinta", ucap fred sebelum pergi ke kamarnya

(づ ̄ ³ ̄)づ to be continue

jadi beneran si ben anaknya papa fred.. terus nasib nya fred sama ben gimana???

Can we be a happy ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang