chapter 15

4.4K 265 6
                                    

Didalam kamar rawat ben, berdiri seseorang yang mengenakan pakaian perawat tengah memeriksa keadaan.

Orang itu mengeluarkan botol kaca dari kantung celananya dan juga sebuah suntikan.

"Kau akan mati! Sama seperti ibumu! Ku pikir setelah kematiannya, hidup ku tak akan terganggu lagi. Tapi kenapa kau justru menggantikan posisi ibumu untuk merenggut semua kesenanganku!", ucap orang itu yang merupakan dian, mantan istri brian

Saat tia baru memegang lengan ben, ben membuka matanya

" jadi tante yang membunuh mamaku. tante jahat. setelah tante memfitnah mama, tante juga ingin menyingkirkanku", ucap ben

flashback

Kepala ben terasa pusing saat potongan-potongan memori mulai muncul.

ben membaca kembali surat-surat peninggalan ibunya dan juga paman pantinya. hingga ben menemukan alamat pemakaman yang diyakini nya sebagai makam ibu nya.

Ben melihat seseorang di depan makam dan memperhatikan sosok pria itu. Entahlah, ben merasa bahwa pria yang duduk di depan makam ibu nya mirip dengan pria yang ada di foto peninggalan ibunya.

"papa", gumam ben ragu

ben pun mendatanginya dan terkejut saat mengenali pria itu sebagai papa Frederick.

ben memutuskan untuk bersandiwara, seolah masih lupa ingatan sembari mencari kebenaran. Itu juga yang membuat ben sedikit menjaga jarak dengan frederick, karena ben khawatir jika mereka bersaudara meski beda ibu.

flashback end

"YA! aku yang membunuhnya! Tapi dia memang harus mati! Bayangkan saja, apa yang orang-orang katakan jika seorang de Amsel menikah dengan pria. Dan sekarang aku juga akan membunuhmu! Aku tak akan membiarkan anakku bersama pria menjijikan sepertimu!", ucap dian berusaha mengunci tangan ben

Ben memberontak, mencoba menampar suntikan di tangan dian sekuat tenaga.

BRAK

pintu kamar ben terbuka dengan kasar.

Brian, frederick, leon dan dika masuk kedalam.

Brian dan leon langsung menahan dian, Frederick memeluk ben dan dika lari memanggil satpam.

"kau. tak cukup kau hancurkan hidupku. sekarang kau ingin menyakiti anakku juga?!", geram brian

" dia memang pantas mati. bahkan setelah kita menikah pun, kau tak pernah berusaha menerimaku. aku selalu mengemis cinta padamu. akan ku lenyapkan dia, sama seperti ibunya. agar tak ada lagi keturunan pria menjijikan itu", ucap dian

tak lama beberapa satpam pun datang dan membawa dian pergi ke kantor polisi bersama leon dan dika.

"pastikan dia dipenjara. saya akan menyusul. ada yang perlu saya urus dulu", ucap brian pada leon

(◍•ᴗ•◍)

Suasana di kamar rawat ben terasa sunyi.

ben, frederick dan brian sama-sama terdiam. sibuk dengan isi pikiran mereka masing-masing.

" Hm, jadi bisakah kita memperjelas keadaan ini?", tanya frederick lelah dengan keheningan ini

BRUK

brian berlutut di lantai, tepat disamping ben

Can we be a happy ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang