ini adalah hari ke 3 setelah transplantasi jantung dion berhasil dilakukan. dan sudah 3 hari juga dion mendiami erick.
Erick terus menemani dion di ruang VIP itu meski dion tak bergeming menanggapi kehadirannya.
" sayang, mama tau erick salah. tapi kalian harus bicara dari hati kehati", ucap leon sembari menepuk tangan putranya itu
Dion melihat sekilas ke arah erick, dion merasa marah pada erick karena merasa di bohongi. Bahkan dion sempat ingin memutuskan pertunangan mereka.
"Erick, mama tinggal pulang dulu ya. Papanya Dion lagi ga enak badan. mama mau urus si bocil dulu. Titip dion ya", ucap leon membereskan tasnya
"ma", dion ingin protes namun hanya menggelengkan kepala nya dan mengelus rambut sang putra
" Bicara dengan kepala dingin, ok", leon pun perlahan meninggalkan kamar dion, membiarkan dua orang didalam kamar itu meluruskan permasalahan mereka
Erick pun kini menutup laptopnya dan berjalan mendekati dion. dion mencoba melihat kearah mana pun, kecuali erick.
"Aku mau tanya sama kamu. Kalau kamu yang ada di posisiku saat itu, apa yang akan kamu lakukan?", tanya erick
" kita sudah bertunangan. kamu tahu sendiri, jika aku yang memintamu pada kedua orang tuamu. Dan aku sangat bersyukur karena kamu memiliki perasaan yang sama. Tapi .. tiba-tiba saja muncul wanita yang memberikanku obat perangsang dan muncul di samping ranjangku? Apa kamu pikir aku akan dengan mudah dan gamblang nya bercerita padamu? Kita semua tau jika kondisi jantungmu lemah. Aku tak mungkin menceritakan hal itu begitu saja. Ditambah wanita itu mengancam akan menyebarkan foto-foto sialan itu. Apa yang kamu ingin aku lakukan? Tolong katakan padaku?", tanya erick
dion masih diam, memikirkan jawaban yang terbaik. namun buntu.
"Aku bukan berniat menyembunyikan hal ini padamu. Aku juga ingin pelan-pelan menjelaskan, tapi buntu. Aku terlalu takut penyakitmu kambuh. Aku ga mau kamu pergi dari ku. Aku terlalu sayang sama kamu dion", ucap erick dengan suara yang mulai bergetar
Dion melihat kearah erick, menyadari kini sang tunangan tengah menahan isakan. ini adalah pertama kali nya dion melihat seorang erick menangis.
" Aku mohon dion. Maafkan aku. Aku benar-benar tak sengaja melakukannya", ucap erick
Dion membuka tangannya, bermaksud membiarkan erick memeluknya.
"Sekarang dimana bayi itu?", tanya dion
Dion tahu jika wanita yang telah menghancurkan hidup tunangannya kini telah tiada karena pendarahan, dion juga tahu siapa pendonor jantungnya.
"di ruang inkubator, karena usai nya yang masih belum saatnya jadi masih banyak perlu dipantau oleh dokter", jelas erick
" sudah tes DNA?", tanya dion
"Hm.. dia anak kandungku.. maaf", ucap erick dengan tubuh bergetar
Sakit, dion kecewa namun ini bukan sepenuhnya salah erick.
" Apa wanita itu punya keluarga?", tanya dion
" Dia memiliki seorang adik perempuan. Informasi terbaru yang ku dapat, adiknya belum lama ini datang dari kampung. usianya, seusia mu", jelas erick
" Apa dia tahu keadaan kakaknya?", tanya dion
" ya, dia tahu. dia yang mengurus pemakaman kakaknya. Aku sudah memberikannya kompensasi 1M sebagai bentuk donasi dari perusahaan", jelas erick
"lalu bagaimana nasib bayi itu?", tanya dion
" Terserah padamu. Aku bisa membiarkan bayi itu tinggal bersama bibi nya atau menaruhnya ke panti asuhan", ucap erick
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...