"paman, mama sibuk sekali ya!? erick kangen mama. sudah seminggu mama bekerja , tapi taak menelpon. padahal biasanya mama akan telpon erick walau hanya sebentar", tanya erick pada leon yang baru saja menjemputnya
leon mengelus kepala erick. leon pun bingung bagaimana menjelaskan tentang kondisi ben pada erick.
(◍•ᴗ•◍)
"sayang, kamu ini kenapa sih nggak titipin anak ini ke ayahnya saja. aku butuh kamu, tapi kamu sibuk sama yang lain", ucap tia, tunangan leon yang berdiri di depan pintu rumahnya
" TI!", ucap leon saat tia membahas tentang ayah erick
"ayah? paman tau dimana ayah erick?", tanya erick
"nggak erick. maksud tante tia itu ayah nya paman. i-iya begitu", ucap leon bingung
"mending kamu pulang. aku lagi capek. kalau kamu kesini cuma untuk ribut, mending ditunda dulu", ucap leon menarik erick masuk rumahnya
(◍•ᴗ•◍)
Frederick masih setia menggenggam tangan ben yang sudah 4hari ini di pindahkan ke ruang VVIP.
" Sayang, kapan kamu bangunnya?", tanya frederick
frederick menundukkan kepala sembari menutup mata. namun tak berselang lama merasakan jari jemari ben bergerak.
"Ben", frederick melihat bulu mata ben bergerak
mata indah ben pun perlahan terbuka
Frederick langsung memencet tombol untuk memanggil dokter
(◍•ᴗ•◍)
" kamu sudah sadar sayang", ucap frederick mengecupi tangan ben
"fred, aku kenapa .. aw?", tanya ben pada frederick
"kamu kecelakaan setelah mengantar erick kesekolah", ucap frederick
" erick? siapa?", tanya ben
frederick yang bingung pun kembali memanggil dokter untuk memeriksa keadaan ben
(◍•ᴗ•◍)
frederick bingung bagaimana menjelaskan kondisi ben pada erick. Dokter mengatakan jika ben mengalami amnesia. Ben hanya mengingat sampai saat mereka kuliah.
"ben. kamu tak ingat jika sudah memiliki seorang putra denganku?", tanya frederick
" fred. kamu lupa jika aku laki-laki? bercandamu tak lucu", ucap ben
"ben, aku tak bercanda. Coba lihatlah ini", ucap frederick memberikan sebuah foto yang berisi ben, frederick dan seorang anak kecil
" Ben, dia putra kita. Namanya erick. saat ini usianya 4 tahun", ucap frederick mencoba menjelaskan
" Wajahnya saja hanya mirip kamu. mana mungkin itu putraku. Pasti kamu mau membodohiku kan. Lagi pula aku ini laki-laki, mana mungkin melahirkan. Dan kamu juga straight, sejak kapan kita bersama. Meski kita sudah melakukannya, aku tak mungkin hamil.", ucap ben membalikkan tubuhnya, membelakangi frederick
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...