Hari ini hari minggu dan bersyukurlah tak ada pekerjaan untukku setelah pergi beribadah bersama erick.
"mama, bisakah kita membeli bubur manado di jalan xxxxx ?", tanya erick padaku
aku menatap erick sebentar saat mendengar alamat itu.
" kamu tau dari mana alamat itu sayang?", tanyaku
"dari pamannya petra. katanya itu tempat makan bubur terenak", ucap erick
υ´• ﻌ •'υ
aku melihat ke kiri dan kanan. mengenang tempat ini. tempat makan yang sering aku datangi bersama leon dan tentu saja frederick.
" wah, sudah lama sekali mas nya ga makan disini. baru kemarin temennya dateng makan disini", ucap pelayan yang mengantarkan bubur ke meja kami
"i-iya pak. sudah 5 tahun", ucapku
" eh, ini anaknya mas. wajahnya ganteng. mirip sama temennya", ucapnya
DEG
Aku hanya bisa tersenyum canggung dan segera menyuruh erick untuk makan. aku sungguh tak nyaman, rasanya ingin segera pergi dan tak perlu menjawab pertanyaan pertanyaan yang berkaitan dengan erick maupun frederick.
υ´• ﻌ •'υ
GREP
"Kenapa fred?", tanyaku pada sahabatku yang kini memelukku
"papa ingin aku mengambil alih hotel setelah lulus. kamu tau sendiri aku masuk ke jurusan ini agar jadi programer handal", ucapnya padaku sembari merapatkan pelukannya
" kamu wangi. badan kamu juga pas buat di peluk. andai kamu cewe, pasti udah aku pacarin.. hahahahahaha", ucapnya padaku
aku tak menjawab dan membiarkannya mulai tertidur
"ya, andai aku perempuan", batinku
" mama"
aku membuka mata saat merasakan tangan kecil tengah menyentuh wajahku
aku memegang wajahku dan menyadari air mata mengalir di ujung mataku.
"mama kenapa menangis? apa mama mimpi buruk", tanya erick padaku
aku tersenyum dan memegang tangannya. ku kecup tangan mungil itu
" mama gapapa sayang. mama kecapekan aja mungkin. oh ya, erick ada pr ga?", tanyaku mengalihkan pembicaraan
" ada, tapi udah erick kerjain ", jawabnya
aku mengelus kepala erick, memberikannya apresiasi.
"ya sudah, malam ini mau makan apa?", tanyaku pada erick dan mulai turun dari ranjang
υ´• ﻌ •'υ
Author POV
" kamu bisa ga sih fokus sama persiapan pernikahan kita?", tanya seorang wanita pada pria yang bermain dengan ponselnya, mengabaikan wanita itu
"kamu kan yang mau nikah? silahkan saja urus semuanya", ucap pria itu ketus lalu keluar dari fitting room
" Frederick!", teriak wanita itu
pria yang dipanggil frederick pun mengangkat ponselnya yang berdering
"hm.... hmm... baik, aku akan baca laporannya. tolong tetap awasi mereka", ucapnya sembari menutup panggilan
Frederick memeriksa emailnya dan mengerutkan keningnya
" kami lulus januari 2050, anak itu lahir tepat waktu pada desember 2050. jika dihitung mundur.. berarti ben hamil mulai dari bulan maret akhir atau april awal. diwaktu yang sama saat aku mengajak nya dan leon ke club. apa mungkin itu anak leon? maka dari itu leon bersikap aneh setelah malam itu karena ini?!", ucap frederick
"tapi kenapa anak ben tak tahu jika leon ayahnya. emhh.. jadi benar leon tak pernah bertemu dengan ben selama ini. brengsek!! jadi bahkan leon tak tahu jika ben saat itu hamil anaknya?! ", ucap fred tak suka
frederik mendial nomor di ponselnya
" hallo. aku perlu bertemu denganmu", ucap frederick setelah panggilan nya di angkat
(づ ̄ ³ ̄)づ to be continue
maap ya guys. aku klo update bisa langsung 3 chapter klo mood.. klo ga mood bahkan bisa seminggu baru up. soalnya kembali sama ide di otak. ga ada draft draft menumpuk karena emang saat ide muncul langsung di ketik dan publish.. 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...