PRANG
disebuah ruang an yang gelap, pria tua yang merupakan papa frederik tengah membanting berbagai barang
"menjijikan. pria yang bisa hamil itu menjijikan! mereka semua rela mengangkang pada pria pria kaya dan hanya berusaha mengincar harta mereka!", ucapnya
tes tes tes
brak
dia berlutut sembari menarik sebuah frame foto di depannya yang berisi fotonya bersama seorang pria dengan perut membuncit.
"Kenapa aku tak bisa benar benar melupakanmu meski rasa benci ku masih sama besarnya!", ucapnya
flashback ~~~~
" Sayang, jangan terlalu capek. gimana kabar dedek?", ucap seorang anak laki-laki dengan seragam SMA nya
"hehe.. ga capek kog. lagian dedek pengen lihat rumah sederhana kita ini selalu bersih", ucap seorang anak laki-laki dengan perut besarnya
" oh ya. ini aku bawa makanan buat kamu sama dedek. maaf ya. hanya ini yang bisa aku belikan", ucap anak laki-laki yang bernama brian
"makasih ya kak bri. harusnya aku yang minta maaf karena udah buat kakak susah. mungkin kalau bukan karena aku hamil, kakak masih bisa hidup dengan layak dirumah besar kakak", ucap anak yang bernama hino
"kakak bahagia bisa bersama kalian. hidup kakak tak pernah terasa kekurangan, asal kalian ada di sisi kakak", ucap brian memeluk hino
namun tiba-tiba brian menerima sebuah paket surat yang berisi foto-foto hino tengah bertelanjang dada dan berhubungan badan dengan beberapa pria tengah
BRAK
"hino! apa-apaan ini semua. kau ternyata menghianati ku. Apa ini! Kau benar-benar menjijikan! Jangan-jangan anak dalam kandungan mu itu bukan anakku! Katakan yang sesungguhnya! Kau! Aku benar-benar benci padamu. aku sudah mengorbankan semuanya untuk bersama mu. tapi ini yang kau beri padaku! Sekarang kau keluar dari sini. Aku tak ingin lagi bertemu denganmu! Keluar sialan!", brian mengusir hino tanpa mendengar penjelasan nya
Brian mendorong hino, mengabaikan keadaan hino yang perutnya terbentur di tanah.
Kondisi hujan turun dengan deras dan bahkan suara petir terdengar sangat mengerikan.
(◍•ᴗ•◍)
Brian pun kembali ke rumah nya dan menuruti keputusan orang tuanya untuk menikah muda dengan anak teman bisnis orang tuanya.
Brian pindah ke luar negri untuk melanjutkan kuliah bersama istrinya yang 9 bulan kemudian melahirkan seorang bayi bernama frederick.
flashback off ~~
brian pun berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu, membiarkannya berantakan.
brian mengambil ponselnya dan menelpon seseorang
"aku butuh kau menyelidiki seseorang", ucapnya
(◍•ᴗ•◍)
CUP
" morning mama", ucap erick setelah mengecup pipi ben
"hmm.. morning sayang", jawab ben mengelus kepala putranya
" mama, ada pamannya petra datang berkunjung. katanya, paman itu teman mama", ucap erick, membuat ben mengerutkan kening
(◍•ᴗ•◍)
"fred, sedang apa kau disini", panik ben saat melihat frederick tengah duduk di ruang tamu
" untuk berkunjung teman lama tentunya. memang tidak boleh?", tanya frederick dengan santai
"jadi paman ed ini benar-benar teman mama?", tanya erick
" iya, paman ini teman mama mu. kemari", ucap frederick sembari menepuk sofa disampingnya
"Erick sudah gosok gigi?", tanya ben yang dijawab gelengan
" kekamar mandi dulu sayang", ujar ben
erick pun berjalan dengan tak bersemangat, entah lah.. erick merasa senang saat melihat frederick datang ke apartemennya
"kenapa datang tiba-tiba. seharusnya kamu mengabariku dulu", ucap ben melipat tangannya
" ayolah ben. aku bahkan sudah menahan diri untuk tak memberitahu pada erick jika aku ini papanya. sudah hampir seminggu aku menunggu kepastian dan kamu masih belum memberikanku jawaban", ucap fred
"untuk apa? bahkan rencana pernikahanmu sudah didepan mata. aku tak buta dan tuli untuk tak melihat dan mendengar kabar tentang pernikahanmu yang penuh dengan doa dari semua orang", ucap ben
frederick pun berdiri dan mendekat pada ben. ben pun mundur karena jarak fred yang terlalu dekat
"fred, ada erick", peringat ben
" baguslah jika dia melihat kita. maka aku akan semakin mudah menjelaskan hubungan kita", ucap ben
"ma", suara erick yang tiba-tiba pun membuat ben mendorong frederick dengan kencang
" paman sedang apa? kenapa duduk di bawah?", tanya erick dengan polos
"ah, itu. paman hanya sedang mencari benda yang tadi terjatuh. oh ya, erick mau tidak ke mall? paman sedang ulang tahun, jadi paman ingin membelikan sesuatu untuk erick", ucap fred asal
" paman yang ulang tahun, kenapa justru paman yang membelikan erick hadiah?", tanya erick bingung
"karena paman sedang bahagia, jadi paman ingin berbagi kebahagiaan", ucap fred
" sudah, cepat sana siap-siap. tada mama erick sudah mengiyakan kog", ucap fred memberikan wink pada ben
ben hanya menghela nafas saat melihat wajah berharap erick
"iya. sana siap-siap", ucap ben akhirnya
(づ ̄ ³ ̄)づ to be continue
udah ada yang bisa nebak belum alurnya??????
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...