Chapter 16

4.3K 255 8
                                    

"Dika, mau sampai kapan kamu disini?", tanya leon mencoba melepaskan tangan dika yang melingkar di perutnya

sudah terhitung 1 minggu dika menginap di rumah leon. bahkan leon memegang kunci cadangan rumahnya.

" aku lebih nyaman disini. toh sudah tak ada yang peduli padaku", ucap dika

keheningan pun terjadi

" om tau, aku dan mama pindah ke apartemen setelah papa ketahuan oleh istri pertamanya. lucu sekali hidupku ini. selama hampir 16 tahun aku dibohongi. ku pikir papa ku sering tak ada dirumah karena sibuk bekerja. tapi nyatanya, dia tinggal dengan keluarga intinya", ucap dika dengan menundukkan kepalanya

leon dapat merasakan rambut dika mengenai punggungnya

"Aku lahir dari hubungan gelap. aku anak haram. Dan sekarang, mama ku sedang bermain api dengan menjadi selingkuhan pria-pria tua kaya raya", lanjut dika

" Aku mendengar desahan mereka, hampir setiap hari. Aku ini sudah remaja dan tau apa yang mereka lakukan", dika meneteskan air matanya

"Mama ku tak peduli lagi padaku. Dia hanya peduli bagaimana mengisi lubang vaginanya dengan penis pria dan juga memenuhi dompetnya dengan uang mereka", ucap dika

Leon membalik tubuhnya dan menarik dika dalam pelukannya. leon tak bisa memberikan saran atau apapun. leon bukanlah psikolog atau pun pelawak.

leon mengelus punggung dan rambut dika perlahan.

mereka berdua pun perlahan mulai mengarungi mimpi

(◍•ᴗ•◍)

leon memegang ponselnya. entah mengapa perasaan nya tak tenang karena sudah pukul 10 malam tapi dika belum kembali ke rumah.

mengingat obrolannya dengan dika kemarin malam, dapat dipastikan jika dika tak akan kembali ke apartemen mama nya. setidaknya jika tanpa mengabarinya terlebih dahulu.

leon membuka lockscreen nya dan langsung mencari kontak dika.

"Nomor yang anda tuju, sedang tidak ak-"

leon mendesah dan mencoba kembali menghubungi dika. namun hasilnya tetap sama.

"apa yang anak itu lakukan", ucap leon gelisah

leon pun mengambil jaket dan kunci mobilnya. leon memutuskan untuk pergi memutari kota, tak peduli kemana tangan nya memutar stir mobil.

(◍•ᴗ•◍)

Disuatu arena balap, kini dika tengah meng gas motor nya untuk melawan rival balapnya.

BRUM BRUM

Dika berbelok berkelok sembari terus meng gas motornya cepat.

hingga Suara nyaring peluit pun menggema kencang begitu motor dika memasuki garis finish terlebih dahulu

Dika turun dari motor dan dengan bangga melepaskan helmnya.

suara sorak sorai kemenangan nya pun menggema memenuhi arena balap.

"dika, dika, dika", ucap orang orang

" bagaimana?", tanya dika

"gua akui lo hebat. uangnya bakal gua transfer", ucap sang rival dengan mengepalkan tangan

(◍•ᴗ•◍)

saat dika dalam perjalanan, tiba-tiba saja dika merasa sedang dibuntuti oleh beberapa motor.

Can we be a happy ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang