Ben membuka mata saat melihat erick masih tertidur disampingnya. Ben mendengar suara ketikan di ujung kamar rawatnya.
"fred", panggil ben
frederick yang sedang sibuk dengan laptop nya pun mendekati benjamin
" ada apa sayang? perlu sesuatu?", tanya fred yang di jawab gelengan
"kenapa belum tidur. ini sudah hampir subuh", ucap ben
" sebentar lagi, kebetulan ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan", ucap fred sembari membenarkan selimut ben dan erick
"oh ya, bagaimana leon?", tanya ben
" Puji Tuhan, operasi dika berhasil dengan lancar. Sekarang sudah dipindahkan keruang rawat. Leon juga sudah ku suruh istirahat. apa kamu berfikir hal yang sama dengan yang ku pikirkan?", tanya fred
"hmm, seingat ku dulu saat leon berhubungan dengan tia.. dia tak sepanik itu saat tia sakit. mungkin apa yang kita pikirkan sama. hanya saja...", jeda ben
" hanya saja apa?", bingung fred
" mereka baru kenal. aku hanya takut leon salah menafsirkan perasaannya", jujur ben
"ya, apapun keputusan nya.. kita sebagai sahabat harus terus mendukungnya kan", ucap fred sembari mengelus rambut fred
"ya sudah, sekarang lanjutkan tidurmu. aku juga akan tidur. Have a good dream", ucap fred sembari memberikan ciuman dikening ben
"have a nice dream too", jawab fred sembari tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada erick
υ'• ﻌ •'υ
" hmmmm", gumam leon saat pipinya terasa di sentuh
"ck", leon berdecak mencoba menangkis tangan yang terus menusuk lesung pipinya
leon membuka matanya perlahan dan nampaklah wajah dika di depannya
" pagi om", ucap dika dengan senyum di wajahnya
leon membuka mata nya lebar, memastikan manusia di depannya kini
"eh", kaget leon menyadari dirinya kini tidur diatas brankar dika
" KAMU NGAPAIN MALAH DUDUK DI SITU. INI JUGA NGAPAIN KAMU MINDAHIN AKU-", bentakan leon berhenti saat dika meletakkan jemari di atas bibirnya
"Isssssssttttt .. om jangan ribut.. ini rumah sakit.. masih pagi... nanti orang orang marah", ucap dika dengan wajah tengilnya
leon menegakkan tubuhnya dan segera turun dari brankar . selanjutnya leon memegang punggung dika dan menyuruhnya naik ke brankar.
" kamu itu yang pasien. kenapa sih kalau ga buat aneh-aneh. baru aja kamu di operasi! bisa ga sih ga bertindak sesuka hati!", kesal leon
dika tersenyum mendapati leon yang marah karena khawatir padanya. dalam hati dika bersyukur karena masih bisa melihat seseorang mempedulikannya.
"makasih ya. udah khawatirin aku. mungkin, bahkan mama ku sendiri tak akan peduli jika aku mati", ucap dika
" diem. sekarang kamu istirahat dulu. aku panggilin dokter buat periksa keadaan kamu", ucap leon
jujur leon tak ingin membahas tentang hal itu sekarang karena baginya kesehatan dika yang utama saat ini.
υ'• ﻌ •'υ
"Kamu denger kan kata Dokter. kamu harus di rumah sakit minimal seminggu. setelahnya bed rest sampai kondisi badan kamu stabil", ucap leon sembari memberikan dika obat
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...