Hari ini hari senin dan dion pun kembali ke sekolah, setelah lima hari berada di rumah sakit.
Seperti perjanjian yang di sepakati, dion akan di antarkan oleh erick ke sekolahnya.
"Kakak, nanti turunin aku di halte bis dekat sekolah aja ya", ucap dion
" Gak", jawab erick singkat
Dion menghembus nafas dengan resah. Dion hanya ingin hidupnya selayaknya siswa biasa. Dia tak ingin identitasnya terungkap karena takut mendapatkan teman yang hanya perduli akan kekayaan keluarganya.
Tak terasa mobil erick sudah sampai dipekarangan sekolah dion. Erick pun membantu dion melepaskan sabuk pengaman.
CEKLEK
Erick turun dari mobil dan segera berjalan membukakan pintu untuk dion.
"Ingat, jaga diri. Katakan saja pada beni jika butuh bantuan. Kakak sayang kamu", ucap erick sebelum memberikan tepukan di kepala dion dan mencium keningnya
Erick pun masuk kedalam mobilnya dan menjalankan mobilnya, meninggalkan dion yang masih terpaku di depan pintu masuk sekolahnya
" lihat. itu tadi bukannya erik airlangga? CEO Airlangga group?"
"Iya. dia juga kakak dari Beni Airlangga IPA 1"
"Kemarin sama adiknya. Sekarang sama kakaknya. Cowo macam apa itu"
"Terlihat sangat murahan"
Dion menundukkan kepala sembari berjalan ke kelasnya, mengabaikan bisik bisik siswa yang mengatainya.
(〃∀〃)ゞ
"ma-maaf, itu mejaku", ucap dion pada seorang perempuan yang belum pernah di kenalnya
perempuan itu menatap dion dari atas sampai bawah
" noh disana ada bangku. lu aja yang pindah", ucapnya cuek
Dion menatap bangku kosong yang ada di depan. itu bangku milik sisca.
"Ta-tapi itu sudah ada yang tempatin", ucap dion
" Itu bangku kosong. Gua ga suka duduk di depan", ucapnya lagi
"Dion, disini aja. Sisca udah pindah sekolah waktu kamu di ijin sakit", ucap Fiona teman sekelasnya
Dion pun berjalan ke depan kelas dan mulai mendudukkan diri. Dion menghela nafas, berfikir apakah sisca pindah karena orang tuanya, calon mertuanya atau erick.
Dion mulai mengeluarkan buku novelnya dan membaca, sembari menunggu jam pelajaran dimulai.
(〃∀〃)ゞ
Erick sedang memeriksa banyak berkas di kantornya begitu seorang wanita masuk kedalam ruangannya tanpa permisi.
"Nona Bertha, ini kantor saya. bukan taman bermain. bisakah anda lebih sopan?", ucap erick
wanita yang bernama bertha itu pun memberikan senyum menggoda dan berjalan mendekati bangku erick. bertha mengelus tengkuk dan pundak erick, memijatnya dan sesekali mengendusnya.
" Jangan begitulah sayang. Aku kan hanya merindukanmu", ucap bertha berbisik ditelinga erick
Erick memegang tangan bertha dan menariknya kasar
"Dengar, aku dan kau tak punya hubungan apapun. Jangan pernah lancang melakukan itu padaku", ucap erick
" Aduh, perutku. Sayang, kamu lupa disini ada anak kamu. Kamu mau aku keguguran", ucap bertha mengelus perutnya yang membuncit
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be a happy ending?
Teen FictionBenjamin putra graha, seorang laki-laki mandiri yang sejak kecil di besarkan di panti asuhan. Kini usianya menginjak usia 30 tahun. Frederick d'Amsel, putra tunggal salah satu pemilik Hotel Ternama di kotanya. Memiliki wajah tampan dan kekayaan yan...