CM : 09

456 45 6
                                    

3 tahun kemudian

Tiga tahun telah berlalu, dan itu artinya Leona dan kedua putrinya sudah pergi selama tiga tahun meninggalkan Azka sendirian. Selama itu pula Azka seperti kehilangan arah hidup. Penampilannya acak acakan, pola makannya tidak diatur, jam tidurnya berkurang karna ia sibuk memikirkan istri dan putrinya, bahkan pipinya menjadi tirus. Bahkan ia sering termenung sendirian dan sering kali berhalusinasi. Hal itu membuat saudara serta keluarganya khawatir dengan kondisi pria itu.

Adipta, ia sebenarnya kasihan dengan sepupunya itu. Namun, ia tak bisa memberi tau di mana keberadaan Leona saat ini. Ia sering memberi kabar tentang Azka kepada Leona, dari balasan wanita itu bisa adipta lihat jika terkadang Leona nampak khawatir.

"Azka, makanlah. Kau belum makan sejak tadi malam" ujar Regan, saudara kandung Azka dan Regan merupakan anak pertama.

"Kau tidak boleh seperti ini Azka, ntah bagaimana reaksi Leona ketika ia kembali dan melihatmu yang seperti orang gila saat ini" tutur dewa, saudara kandung Azka dan dewa merupakan anak kedua atau bisa dibilang ia anak tengah.

"Apa maksudmu.. Leona tak akan kembali. Hiks.. Sudah tiga tahun tapi dia juga belum kembali" cicit Azka. Lagi, pria itu kembali menangis membuat kedua saudaranya merasa iba dengan adik mereka.

"Makan lah, percuma kau seperti itu. Anggap ini hukuman atas perbuatanmu pada Leona selama belasan tahun" ujar adipta yang bersender di dinding. Ucapannya memanglah menyakitkan hati, tapi ia juga masih ada rasa iba pada Azka.

"Dipta, jangan membahas itu lagi" celetuk Regan pada sepupunya. Adipta hanya menghela nafas dan mengangguk

"Baiklah, maafkan aku"

***

Washington, Amerika Serikat

Di sebuah kediaman yang berada di Washington, Amerika serikat. Sebuah kediaman yang ditinggali seorang wanita bersama kedua putrinya, sudah terdengar keributan yang berasal dari kedua putrinya. Bagaimana tidak? Putri bungsunya tak henti hentinya menjahili sang kakak. Gadis bersurai hitam itu terus berlari mengitari ruang tamu dengan sebuah pita rambut di tangannya, dan dibelakangnya ada gadis bersurai blonde yang mengejar adiknya itu.

Siapa lagi mereka kalau bukan bumi si gadis bersurai hitam dan bulan si gadis bersurai blonde. Mereka tumbuh menjadi gadis yang cantik dan tampan. Mereka baru lulus dari jenjang SMA di kota Washington, yeah menyambung pendidikan mereka di sekolah sebelumnya. Bumi kini berusia 18 tahun dan bulan berusia 19 tahun.

"Bumi, berhenti membuat keributan! " ujar Leona, ia harus berteriak karna posisinya saat ini ia sedang berada di dapur dan kedua putrinya berada di ruang tamu.

Bumi yang mendengar itu langsung berhenti secara mendadak hingga bulan yang berlari dengan cepat untuk mengejarnya tak sengaja menubruk punggung bumi hingga bulan tersungkur kebelakang.

Brugh

"Awww!! " bulan meringis ketika pantatnya mendarat dengan kuat ke lantai. Sedangkan bumi langsung balik badan untuk melihat bulan. Namun tak lama gelakan tawa terdengar dari gadis itu.

"Hahahaha! Mampus" bumi tertawa dengan keras. Bulan yang kesal pun langsung berdiri dan menjewer telinga bumi dengan kuat.

"Argh! Lepaskan tanganmu! " ujar bumi. Namun bulan mengabaikan ucapan gadis itu.

Tinggi mereka itu sama, hanya saja bumi terlihat sedikit lebih tinggi. Yeah jika mereka berdiri sejajar bersama Leona, mungkin Leona akan terlihat mungil diantara kedua putrinya. Dan juga, bumi itu suka sekali membuat masalah. Ia suka menjahili kakaknya yaitu bulan hingga bulan terlampau kesal. Leona sendiri hanya bisa mengelus dada ketika putri bungsunya membuat masalah.

"Rasakan! Makanya kau jangan menjahiliku terus sialan" ujar bulan. Bumi tidak akan pernah kapok, ia menarik rambut bulan yang sudah di ikat hingga bulan meringis dan reflek melepaskan jewerannya. Dengan cepat bumi berlari menuju dapur

"BUMI KEMARI KAU!! " teriak bulan, ia kembali mengejar bumi yang kini sudah sampai di dapur dan berlindung dibelakang tubuh mungil buna nya.

"Buna! Lihat, anakmu berubah menjadi monster! " ujar bumi sembari menunjuk ke arah bulan. Leona hanya terkekeh terlebih melihat pipi tembam bulan yang mengembang karna marah, itu terlihat menggemaskan.

"Sudah sudah, ayo sarapan" ujar Leona. Dengan cepat bumi duduk di kursinya diikuti oleh bulan. Bumi tersenyum penuh kemenangan ketika melihat wajah kesal bulan.

"Padahal tiga tahun lalu buna mengadopsi tuan putri bukan nenek lampir seperti dirimu" ujar bumi. Bulan terkejut, bisa bisanya gadis secantik dirinya dibilang nenek lampir?

"BUMI!!! "

'Tuhan, tolong normalkan kedua putriku sebentar saja' - Leona

Tbc

Perubahan bumi dan bulan sejak tiga tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perubahan bumi dan bulan sejak tiga tahun

Perubahan bumi dan bulan sejak tiga tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa Radenjaya

Regan Radenjaya

Hehehehe, up juga. Gimana lebaran kalian? Udah dapat thr berapa nih?

Jangan lupa vote and share

See you everyone

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang