CM : 15

387 42 15
                                    

Azka kini kembali dipusingkan dengan berkas berkas yang selalu saja menumpuk, bukannya semakin berkurang berkas berkas ini terus terusan bertambah. Azka semakin lelah karna selain mengurus berkas ini ia juga tengah mengerahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Leona dan bumi. Sejak mereka pergi tiga tahun lalu, Azka benar benar kehilangan semangat hidupnya. Kini ia akui jika dirinya salah sebab telah menelantarkan istri juga anaknya, inilah karma yang Azka dapat. Azka sudah berjanji padanya, jika ia bertemu dengan Leona juga bumi Azka akan menjaga mereka dengan baik sehingga mereka tidak akan pergi lagi.

"Bumi.. Sekarang umur kamu udah delapan belas tahun ya? Maafin ayah ya, ayah udah nelantarin kamu sama buna kamu. Sekarang ayah dapat karma nya sayang" cicit Azka ketika ia melihat foto bumi dan Leona. Hanya itu yang selalu mengembalikan energinya ketika ia lelah.

Cklek

Pintu ruangan Azka terbuka membuat pria itu menatap seseorang yang masuk. Itu adalah adara, ia masuk sembari membawa segelas kopi hitam. Azka memandang wanita itu sekilas dan kembali fokus ke berkas berkas nya. Adara yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum manis, senyuman manis yang menyimpan maksud lain.

"Tuan, saya membuatkan anda kopi. Silahkan diminum" ujar adara namun tidak digubris oleh Azka. Ia sedikit jengkel karna itu.

"Letakkan saja nanti akan saya minum. Dan saya peringatkan jika ingin masuk silahkan ketuk pintu" ketus Azka pada adara. Adara emosi namun berusaha ia tahan karna ia tak bisa marah dengan orang yang ia cintai.

"Maafkan saya tuan"

"Hm, pergilah. Saya sibuk" adara yang mendengar nada ketus dari bos nya itu melangkahkan kaki jenjang nya untuk keluar.

Saat adara berada diluar ruangan, ponselnya berbunyi yang menandakan ada orang yang menelponnya. Adara mengambil ponselnya dan pergi ke toilet agar pembicaraannya tidak didengar. Saat di toilet ia mengangkat telpon itu yang ternyata dari anak buahnya.

"Halo, kenapa kau menelpon diriku? " ujar adara dengan nada pelan sebab ia tak mau jika ada orang yang mendengar dari luar

'Saya ada informasi penting bos'

"Apa itu? "

'Istri dan anak tuan Azka sedang di perjalanan untuk pulang kemari, mereka pulang dari Washington setelah tiga tahun menetap disana'

Adara tertegun me dengar penuturan anak buahnya. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan.

"Kau tau dari mana? "

'Saya mematai tuan adipta kemanapun dia pergi, bahkan saya memasang penyadap di kamar tuan adipta. Saya juga menyuruh yang lain untuk memata matai saudara tuan Azka yang lain'

"Terus beri informasi padaku terutama ketika Leona dan anaknya sudah sampai kemari"

'Baik bos'

Tut

Adara mematikan telpon nya secara sepihak, kini emosi menguasai dirinya. Leona tidak boleh kembali dan Azka tidak boleh tau jika istrinya kembali lagi, jika begitu adara tidak akan pernah bersatu dengan Azka. Tidak akan adara biarkan mereka bersatu kembali, ia akan melakukan apapun bahkan jika harus mengorbankan nyawa seseorang pun akan ia lakukan. Obsesinya untuk memiliki Azka sudah sangat besar.

"Kau tidak akan pernah bersatu dengan Azka lagi, Leona. Aku akan membuat hubungan kalian semakin hancur, bahkan jika ada nyawa yang harus dikorbankan akan aku korbankan nyawa dirimu" lirih adara. Tak ada yang boleh memiliki Azka selain dirinya, tak ada. Azka hanya milik adara seorang.

***

Disisi lain

Leona kini tengah memandangi langit juga awan dari balik jendela pesawat. Semuanya nampak indah dari atas sini. Leona duduk terpisah dari putrinya, tidak jauh jarak mereka karna bulan dan bumi duduk tepat dibelakang kursi Leona. Leona duduk bersama seorang wanita paruh baya. Wanita paruh bayah ini sangat baik menurut Leona, wanita itu sering mengajaknya berbicara dan suara wanita itu sangat halus.

Ting

Ponsel nya berbunyi, saat ia lihat ternyata dari bulan yang mengirimkan sebuah foto. Leona langsung membuka room chat nya bersama bulan dan melihat foto yang dikirim gadis itu. Itu adalah foto bumi yang sedang tertidur dengan wajahnya ditutupi kupluk hoodienya. Ya, bumi memakai hoodie yang ia bawa dari rumah dan jaket kulitnya dipakai oleh bulan karna bumi tidak mau bagian atas tubuh kakaknya terekspos.

Bibir Leona melengkung, ia tersenyum. Bumi tertidur dengan nyenyak, bahkan bisa dilihat melalui foto yang dikirim bulan. Namun Leona teringat bagaimana marahnya bumi saat di bandara tadi. Ia bahkan tak ragu ragu menghajar pria yang tak ia kenal karna berani menatap bulan dengan tatapan mesum.

Dulu, Azka juga pernah seperti itu. Azka menghajar seseorang yang sudah berani menatap Leona dengan penuh nafsu bahkan menggoda Leona dengan terang terangan. Orang itu sampai babak belur karna dihajar oleh Azka.

'Astaga, apa yang aku pikirkan. Kenapa aku masih memikirkan pria itu'

Tbc

Foto yang dikirim bulan

Gimana? Suka? Sorry ya kalau nggak seru lagi.

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang