CM : 29

311 32 3
                                    

Azka kini sudah selesai membayar biaya rumah sakit di administrasi. Ia sedang berdiri di depan pintu ruangan yang dimana bumi dan Leona berada didalam. Azka ingin masuk, namun ia masih gugup dan takut. Ntah bagaimana reaksi bumi ketika melihat keberadaannya, pasti sudah jelas gadis itu tak menyukai kehadiran Azka bukan?. Azka nampak menimang nimang, apakah ia harus masuk atau tidak?. Tapi karna tekadnya untuk memperbaiki keluarganya, Azka mengumpulkan keberaniannya untuk masuk.

Cklek

Pintu terbuka, Leona dan bumi langsung menatap ke arah Azka yang baru saja masuk. Leona tersenyum tipis melihat kehadiran Azka namun berbeda dengan bumi, gadis itu memasang wajah datar tapi matanya memperlihatkan kebencian. Azka melangkahkan kaki jenjangnya mendekati kedua perempuan yang berharga dalam hidupnya.

"Bumi.. " panggil Azka. Bumi tidak menoleh sama sekali melainkan gadis itu lebih memilih menatap Leona. Azka yang tidak direspon hanya diam

"Bumi, ayah datang untuk melihat dirimu" ujar Azka. Lagi, bumi tidak menjawab bahkan menoleh pun tidak. Leona melirik ke arah Azka, pria itu nampak sedih.

"Bumi, jangan seperti itu. Ayahlah yang pertama kali menemukan dirimu di gang itu, sayang" tutur Leona, ia berusaha memberi penjelasan pada bumi. Bumi akhirnya melirik Azka sekilas, setelah itu ia kembali melihat ke arah Leona.

"Tapi buna, bumi tidak mau melihat wajah pria itu. Dia yang sudah menelantarkan kita selama belasan tahun" Azka menaikkan wajahnya menatap bumi. Perasaan bersalah kembali menghantuinya. Benar, tak ada yang salah pada ucapan bumi.

"Ayah memang bersalah. Tapi apa salahnya kita membuka lembaran baru? Kita mulai dari awal, bersama bulan"

Bumi menatap ke arah Azka, sang ayah menatapnya dengan tatapan sendu. Bumi tidak boleh egois, kan?. Sang ibunda benar, lebih baik membuka lembaran baru dan melupakan lembaran lama yang telah rusak.

"Kita coba.. Membuka lembaran baru? " Leona dan Azka tersenyum senang mendengar ucapan bumi. Azka segera mendekat dan memeluk putrinya itu dan tak lupa Azka mencium pipi bumi.

"Terima kasih sayang" bumi mengangguk mengiyakan ucapan Terima kasih Azka.

"Sekarang bumi harus menjelaskan semuanya, apa hal yang menimpa bumi dan bulan? Dan dimana bulan sekarang? " tanya Leona. Azka mengerutkan dahinya ketika mendengar nama gadis lain yang tak ia kenal.

"Siapa bulan? " tanya Azka. Leona menatap suaminya, ia lupa jika Azka tak pernah bertemu dengan bulan.

"Dia anak yang aku adopsi sebelum kami pergi. Usianya hanya satu tahun di atas bumi, tapi mereka seangkatan ketika sekolah" Azka mengangguk paham. Banyak yang ia tidak ketahui mengenai kehidupan istrinya.

"Ayo bumi, ceritakan"

"Bumi tidak tau, tapi saat kami pulang dari kampus ada dua orang pria berbadan besar dan pakaian serba hitam mengikuti kami. Bumi sudah berusaha menghindar dengan melajukan motor dikecepatan di atas rata rata tapi tetap saja. Akhirnya bumi berhenti di gang sepi itu untuk melawan mereka. Awalnya bumi berhasil, hingga ketika bumi lengah salah satu dari mereka memukul bumi menggunakan balok kayu dan kalau tidak salah mereka mengincar kak bulan sebab bos mereka ingin menemui adiknya" bumi menjelaskan semuanya. Leona kini paham, pasti bos dari dua pria itu ingin mengambil bulan sebab bulan adalah adiknya. Yang membuat Leona bingung, memangnya bulan masih memiliki keluarga?.

***

Disisi lain

Disisi lain, bulan kini termenung sembari duduk di pinggir jendela. Ia melihat rintik hujan yang turun dari langit membasahi bumi. Pikiran bulan tidak bisa tenang sebab gadis itu memikirkan kondisi adiknya. Bagaimana keadaan bumi saat ini?. Bulan terjebak disini, bersama kakaknya yang jahat.

Cklek

Pintu kamar bulan terbuka, menampilkan adara disana. Adara berjalan menghampiri adiknya itu, lalu ada menarik sebuah kursi dan duduk di dekat bulan. Adara melihat jika wajah bulan tidak menunjukkan rasa bahagia sama sekali.

"Kenapa kau bersedih? " bulan menatap kakaknya itu. Sejujurnya, bulan tidak nyaman disini.

"Bulan tidak nyaman disini" celetuk bulan. Adara kini paham, adiknya merasa tidak nyaman.

"Apa kau ingin tinggal dengan Leona dan bumi itu? " tanya adara. Bulan langsung menatap ke arah adara dengan wajah sumringah.

"Apa boleh!? "

"Tentu saja, aku akan mengunjungi adikku kapan saja. Kakak mana yang tega melihat adiknya sedih karna tak nyaman di tempat baru? Akan kakak antarkan dirimu ke rumah Leona nanti" ujar adara. Bulan tersenyum senang dan mengangguk

Adara berdiri dan berjalan keluar, namun sebelum itu ia memasukkan sebuah alat ke dalam tas milik bulan. Alat itu akan terhubung dengan komputer miliknya, alat itu lah yang akan membantu adara mendapatkan informasi mengenai Leona dan keluarganya. Adara akan mendengar apa saja pembicaraan melalui alat itu.

'Permainan dimulai, leona'.

TBC

Yaahh sepi, huhu maaf ya.

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang