CM : 38

234 24 2
                                    

Malam harinya, Azka dan Bumi sudah siap untuk pergi mendatangi adara. Mereka akan membuat perhitungan atas perilaku adara pada Leona, memangnya siapa yang menerima jika istri atau ibunya di teror? Jelas tidak ada. Leona sendiri hanya duduk di sofa dengan perasaan yang gelisah, ntahlah firasatnya sangat buruk saat ini terlebih ketika melihat Azka dan bumi turun ke lantai bawah, perasaannya semakin gelisah.

"Buna, bumi sama ayah bakal bikin perhitungan sama orang yang berani neror Buna" ujar bumi sembari duduk di sisi Leona. Leona mengulurkan tangannya dan mengelus pipi bumi. Bumi tersenyum dan mengelus tangan Leona yang ada di pipinya.

"Jangan pergi, firasat Buna tidak enak. Buna takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi" ujar Leona, nada bicaranya terdengar sendu. Bumi melirik Azka dan setelahnya kembali menatap mata Leona.

"Itu karna kau masih terlarut didalam ketakutan. Jangan khawatir, kami bisa menjaga diri kami sendiri" sahut Azka. Leona menatap suaminya dengan tatapan sendu, rasanya tidak rela untuk keduanya pergi.

"Buna dirumah sama bulan, bumi janji kami bakal balik nggak lebih dari dua jam" tutur bumi. Leona menghela nafas dan mengangguk. Tetapi, baru saja bumi dan Azka ingin beranjak tiba tiba saja pintu rumah mereka di dobrak.

BRAK

Pintu terbuka atas dobrakan seorang pria dan tak berselang lama seorang wanita masuk ke dalam rumah mereka membuat anggota keluarga Azka segera berdiri. Wanita itu menyeringai dan melepas kacamata hitamnya. Kini, ia bisa melihat dengan jelas wajah wajah yang menggambarkan berbagai emosi pada keluarga ini.

"Ups, maaf jika aku menganggu waktu kalian" ujar adara. Ya, wanita itu adalah adara. Ia benar benar menetapi ucapannya

"Kau mau apa kesini? Apa tak cukup perbuatanmu pada istriku selama ini?! " sentak Azka, bukannya takut adara malah tersenyum senang.

"Aku disini hanya untuk menuntaskan dendamku" ujar adara. Matanya selalu melirik kearah Leona

"Kau yang jahat tapi kau yang dendam, dasar aneh bin gila! " cetus bumi dan hal itu berhasil membuat adara marah.

"D-dendam apa yang kakak miliki!? " tanya bulan. Adara melirik adiknya itu dan terkekeh

"Ahh adikku bulan, kau mau tau? Atau kalian semua saja sekalian? Dendamku ada pada Azka dan Leona. Azka telah mempermalukan diriku dan Leona telah merebut Azka dariku! " bentak adara. Leona menatap tak percaya, dari segi mana ia merebut Azka?

"Dasar gila, pergi dari sini! " usir Azka namun adara tidak bergeming dari tempatnya berdiri hingga wanita itu memanggil anak buahnya masuk. Azka tentu kaget melihat anak buah adara yang jumlahnya ada 7 orang. Bumi yang melihat itu tentu tau maksud dari hal ini, ia segera membisikkan sesuatu ke pada bulan. Bulan yang dibisikkan sesuatu pun mengangguk dan segera berlari kearah kamarnya secara diam diam.

"Tahan Azka" titah adara. Tiga anak buah adara mengangguk dan berjalan menghampiri Azka. Tentu Azka melawan dan memberontak namun karna ia lengah, Azka berhasil dilumpuhkan sedangkan bumi berdiri didepan Leona untuk melindungi sang ibunda. Bumi menjadi waspada ketika dua orang anak buah adara mulai mendekat ke arah mereka.

"Hei gadis lemah, sebaiknya kau minggir atau kau akan terluka" ujar salah satu dari mereka. Bumi tentu kesal dan segera menghajar kedua orang itu.

Ketika melihat bumi yang sedang bertarung dan Azka yang ditahan, adara segera mendekati Leona. Leona tentu mundur berusaha menjauhi adara, terlebih ketika melihat adara yang membawa sebuah pistol. Adara tersenyum seperti seorang psikopat. Dengan gerakan yang cepat adara menendang perut Leona hingga Leona terjatuh ke belakang.

Brukh

"LEONA!! " Azka berteriak ketika melihat istrinya kesakitan. Leona memegangi perutnya, rasanya sangat sakit terlebih adara memakai high heels. Adara tersenyum melihat Leona yang kesakitan.

"Kau seharusnya tiada, kau merebut segalanya. Kau merebut Azka dariku, leona. Dan aku sangat sangat membencimu kau tau? Sudah dari lama aku membencimu dan ingin menghabisimu. Kini keinginanku akan terwujud" ujar adara sembari menodongkan pistolnya ke arah Leona.

Jarak Leona dan adara hanya dua langkah saja sebab Leona yang tersungkur kebelakang membuat jarak mereka menjauh. Leona memejamkan matanya, bersiap untuk menerima rasa sakit ketika peluru itu bersarang ditubuhnya. Bumi terkejut melihat adara yang akan menekan pelatuk pistol itu dan dengan cepat bumi mendorong anak buah adara dan segera berlari kearah sang ibu. Bumi dengan cepat memeluk tubuh Leona.

DOR! DOR!

TBC

Huehuehue gimana tuh?. Btw, el lagi bikin sebuah cerita loh tentang keturunan vampire dan manusia. Castnya sama kok, publish gak nih?

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang