CM : 21

358 32 0
                                        

Keesokan harinya

Hari sudah pagi, sang mentari telah menggantikan posisi sang rembulan. Cuaca nampak cerah pagi ini, membuat siapa saja merasa semangat untuk melakukan aktivitas mereka. Hal itu tentu dirasakan oleh bulan dan juga bumi, mereka sangat semangat untuk pergi ke kampus di hari pertama mereka. Bulan sudah siap dengan menggunakan sebuah pakaian berwarna biru dipadukan dengan sebuah celana jeans, dan jangan lupakan dengan rambut blonde nya yang di kepang. Sedangkan bumi? Ia hanya mengenakan sebuah kemeja berwarna putih dengan celana jeans.

Kedua gadis itu berjalan bersama sama menuruni anak tangga, Bulan turun dengan senyuman nya yang secerah sinar matahari pagi ini. Leona tersenyum melihat kedua putrinya turun, yeah kini kedua putri nya telah dewasa dan akan melanjutkan pendidikan mereka di bangku kuliah.

"Good morning semuanya! Bulan yang cantik, cetar membahana sudah siap menjalani hari" ujar bulan dengan merentangkan kedua tangannya, sudah seperti seorang idola yang menyapa fans nya saja, pikir bumi.

"Dih, mana ada nenek lampir kayak lu itu cantik. Yang ada muka lu itu serem kali lan" celetuk bumi. Bulan menatap adiknya itu dengan tajam ketika bumi berjalan melewati dirinya.

"Ngerusak suasana aja lo! Jauh jauh sana" ketus bulan, bumi menoleh sekilas sembari menjulurkan lidahnya. Bulan yang diejek seperti itu pun kesal dan berjalan dengan menghentakkan kakinya menuju meja makan.

Bulan duduk di sisi bumi dan menatap sinis ke arah bumi. Bumi hanya terkekeh, sudah menjadi hobinya membuat bulan kesal. Tuan Jonathan dan nyonya Leana yang melihat cucu mereka hanya tertawa saja, sedangkan Leona? Ia sudah terbiasa.

"Sudah sudah, ayo sarapan. Bumi dan bulan kan harus ke universitas kan? Nanti terlambat" ujar nyonya leana, bumi dan bulan mengangguk mengiyakan ucapan nenek mereka.

"Ohh iya, bulan berangkat bareng bumi ya? Satu motor" ujar Leona. Bulan menatap sang ibunda dengan tatapan terkejut

"Kenapa buna? " tanya bulan. Leona menatap bulan

"Jika kalian berbeda kendaraan, kalian bisa terpisah. Bagaimana jika diantara kalian sedang dalam mara bahaya? Buna tidak mau hal itu terjadi. Buna bukannya mau melarang kamu, tapi Buna hanya takut" tutur Leona dengan lembut. Bulan mengerti, ia pun mengangguk.

"Baiklah, bulan paham kok. Makasih udah khawatir sama bulan padahal Bulan bukan anak kandung Buna" ujar bulan sembari tersenyum. Bumi yang mendengar hal itu mencubit pipi bulan hingga sang empu meringis lalu bumi melepaskan cubitannya.

"Jangan bilang kayak gitu. Mau lu anak adopsi, anak pungut, anak apa lah itu Buna udah anggap lu kayak anaknya sendiri. Bahkan Buna lebih sayang sama lu selama ini, lan" ujar bumi. Bulan yang mendengar itu pun menatap Leona, Leona yang ditatap hanya tersenyum seolah membenarkan ucapan bumi.

"Pokoknya kita disini itu keluarga, ga perduli sama statusnya kandung atau bukan. Yang penting kita bahagia, iyakan? " ujar tuan Jonathan dan disetujui oleh semua orang.

Bulan tersenyum melihat hal ini, ia merasa beruntung karna berada di keluarga seperti ini. Ia benar benar diterima dan tidak dibanding bandingkan. Bulan juga sayang pada Leona, ia tak ingin berpisah dari leona. Hanya maut yang bisa memisahkan mereka.

***

Skip

Seusai sarapan selesai bumi dan bulan langsung berpamitan untuk berangkat. Mereka menaiki motor milik bumi yang diberikan sang kakek. Bumi memakai helm full face berwarna hitam sedangkan bulan memakai helm full face berwarna pink. Saat di perjalanan, bulan memeluk erat tubuh bumi sebab gadis itu membawa motor seolah mengajaknya untuk menantang maut. Ntah dari siapa bumi belajar membawa motor seperti menantang malaikat maut.

Kini motor bumi sudah memasuki area kampus dan menuju area parkiran. Bumi memarkirkan motornya lalu membuka helm nya, begitu pula dengan bulan. Bumi meletakkan helm mereka berdua di atas motor.

"Let's go! " seru bulan. Ia langsung menggandeng bumi dan berjalan bersama.

Bulan dan bulan di daftarkan oleh kakek mereka ke jurusan bisnis. Memang sengaja di jurusan yang sama sebab bumi dan bulan tidak bisa di pisahkan.

Sepanjang perjalanan banyak pasang mata yang memandang mereka. Ada yang menatap dengan tatapan kagum, suka, bahkan sinis. Bumi dan bulan juga melihat ada beberapa gadis yang berbisik bisik mengenai mereka. Tapi mereka tak ambil pusing sebab Leona bilang jangan membuat masalah, yeah meski pesan itu lebih diutamakan pada bumi sih.

"Orang orang ngeliatin kita semua ya? " ujar bulan. Ia masih setia menggandeng bumi

"Iyalah, siapa sih yang ga mau ngeliat orang cantik" sahut bumi. Bulan menatap adiknya itu

"Emang lo cantik? "

"Maksudnya gua jelek gitu? " tanya bumi. Bulan menggeleng dan memberhentikan langkahnya, hal itu membuat bumi otomatis juga berhenti. Bulan menangkup kedua pipi adiknya itu

"Lo itu bukan cewek cantik. Tapi cegan, cewek ganteng. Umumumu gumush banget cegan gue" ujar bulan sembari menguyel-uyel pipi bumi. Ucapannya adalah fakta karna bumi itu ganteng.

TBC

Bulan style

Bumi style (anggap aja rambutnya diikat kayak gitu cuman rambutnya panjang)

Huh... Kurang seru ya? Maaf hehe.

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang