CM : 08

501 52 8
                                    

Azka kini berada di depan pintu kediamannya, ia masih ragu untuk mengetuk pintu karna sejak awal ia datang sudah tidak ada tanda jika ada orang di rumah. Biasanya, Leona akan sangat cepat membukakan pintu ketika mendengar suara mobilnya namun sekarang tidak. Azka memang memutuskan untuk pulang karna perasaannya yang tidak enak, ia seperti merasakan sesuatu dari hidupnya ada yang hilang. Namun karna tak bisa lagi berperang dengan pikirannya, Azka pun dengan cepat mengetuk pintu.

Tok tok tok

Tiga kali ia mengetuk pintu, namun belum dibuka. Selalunya Leona dengan cepat membukakan pintu ketika ada yang mengetuknya namun kali ini tidak. Azka kembali mengetuk namun hasilnya tetap sama, tak ada tanda tanda Leona membukakan pintu. Akhirnya ia memilih membuka pintu menggunakan kunci cadangan yang selalu ada bersamanya.

Cklek

Ketika pintu dibuka, Azka melihat jika ruangan dirumahnya gelap sebab semua lampu telah dimatikan. Ia merasa aneh sebab lampu dirumahnya jarang dimatikan. Kaki Azka melangkah menuju dapur untuk mengecek keberadaan Leona.

"Na? Kamu disini? " teriak Azka. Tetapi tak ada sahutan yang pria itu dapat. Akhirnya Azka memutuskan untuk menaiki tangga menuju lantai dua dan pergi ke kamarnya.

Cklek

Pintu kamar terbuka, dan lagi Azka melihat jika kamar ini gelap dan tirai ditutup. Ia pun mencari saklar lampu dan langsung menekan saklar itu saat saklar sudah ditemukan. Kamar itu begitu rapi namun ada yang kurang. Azka melihat kelemari, lemari itu terbuka. Ia segera mendekat dan melihat jika hanya tersisa pakaiannya dan tempat dimana pakaian Leona biasa diletakkan kosong. Hal itu membuat jantungnya berdetak dengan kencang.

"L-leona!! Kamu dimana!? Aku udah pulang na" teriak Azka. Ia segera berlari keluar bahkan ia memeriksa kamar bumi. Dan lagi, ia juga tak melihat pakaian serta barang barang putrinya.

Keringat dingin membasahi pelipis juga kening Azka, jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya gemetaran. Ia memilih turun ke lantai satu, namun di atas sebuah meja ia melihat ada sebuah kertas. Ia penasaran dan dengan cepat meraih kertas itu.

"Kertas apa ini? Ini untukku? " lirih Azka ketika membuka kertas itu dan melihat jika surat itu ditujukan padanya dari... Leona?

Mata Azka menelisik setiap baris baris kata kata yang tersusun disana. Setiap bait kata yang ia baca membuat nya tertegun, bahkan air matanya sudah terbendung dan siap untuk turun. Tangan Azka yang memegang kertas itu gemetaran. Kakinya melemas dan tak kuat lagi untuk berdiri hingga perlahan ia mendudukkan dirinya dan menyenderkan tubuhnya ke dinding.

"Leona.. Pergi" lirih Azka. Surat yang ditulis oleh istrinya itu mengatakan jika Leona pergi.

'Hai, kau sudah membaca surat ini ya? Itu artinya aku dan bumi sudah pergi. Maaf karna kami meninggalkanmu, tapi jujur kami tidak bisa terus terusan seperti ini terlebih aku, Azka. Kau terlalu sibuk mengurus masa lalumu dan mengabaikan masa depanmu yang jelas jelas sudah ada didepan mata. Jujur saja, hatiku sakit saat kau lebih memilih untuk tinggal di apartemen ciara sedangkan istri dan anakmu kau telantarkan.

Putriku jarang mendapatkan kasih sayang seorang ayah, disaat anak anak seumurannya masih tumbuh dengan kasih sayang orang tua yang lengkap. Tapi putriku tidak, karna apa? Karna ayahnya sibuk mengurusi masa lalunya ketimbang putrinya.

Sekarang kau bebas, aku dan bumi pergi. Ntah kapan kami akan kembali yang jelas kami ingin mengobati luka yang tak akan pernah hilang

    Tertanda, Leona Evara

Azka mengusap wajahnya dengan kasar dan mengenggam surat dari Leona hingga kertas itu tak berbentuk lagi. Azka menyesal karna telah mengabaikan istri dan anaknya, ia terlalu berlarut dengan masa lalunya. Haha, penyesalan memang datang di akhir bukan?

***

Disisi lain

Leona, bulan, bumi juga adipta telah sampai di bandara. Pesawat mereka akan berangkat beberapa menit lagi jadi waktu yang tersisa mereka pakai untuk berpamitan saja. Leona tersenyum melihat bumi yang memeluk adipta dengan erat.

"Paman, bumi bakal rindu sama paman. Kalau bumi balik suatu saat nanti paman harus siapin hadiah ya? Setidaknya hadiahkan motor saja" ujar bumi. Adipta terkekeh dan mengangguk lalu mengelus kepala bumi.

Ketika bumi melepaskan pelukannya ia berjalan mundur dan berdiri disebelah Leona. Adipta menatap bulan, gadis itu nampak gugup. Ia tersenyum dan memanggil gadis itu

"Kau tidak ingin memeluk paman barumu ini? " ujar adipta. Bulan menoleh namun ia sempat melirik Leona. Leona yang paham akan lirikan itu pun mengangguk. Dengan perlahan bulan mendekati adipta, namun dengan cepat adipta memeluk bulan.

"Jangan pernah canggung, kau sekarang adalah keponakanku sama seperti bumi" ujar adipta. Bulan mengangguk ragu lalu segera melepaskan pelukan mereka. Ia berjalan mendekati bumi.

Kini adipta mendekati Leona, ia mengelus bahu wanita itu sembari tersenyum. Leona sendiri membalas senyuman adipta.

"Jaga dirimu dan anak anak disana. Ingatlah, kalian harus kembali setidaknya tiga tahun. Tapi jika kau ingin lebih lama juga tidak apa" ujar adipta. Leona mengangguk

"Aku akan mengabarimu saat kami akan kembali kak, tolong selalu kirimi aku pesan tentang kabar Azka" lirih Leona. Adipta mengangguk paham

Tak terasa 7 menit lagi pesawat mereka akan terbang, jadi Leona segera berpamitan dengan adipta. Ia dan kedua putrinya segera berlari agar tidak ketinggalan pesawat. Adipta tersenyum melihat kepergian ketiga perempuan itu, namun ia terkekeh ketika bumi menyempatkan diri untuk berdiri dan berteriak ke arahnya.

"SAMPAI JUMPA PAMAN! AKU AKAN MENANTIKAN MOTOR DARIMU SAAT AKU KEMBALI!! " teriak bumi lalu dengan cepat gadis itu menyusul Leona dan bulan.

Adipta terkekeh, semua orang menatap ke arah dirinya juga bumi. Ah, itu baru keponakannya.

Tbc

Hehe, sorry ya kalau ga seru.

Btw, minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin semua. Maaf ya kalau el ada salah.

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang