CM : 11

411 43 3
                                    

Hari sudah sore dan Leona tidak ada dirumah sebab ia pamit untuk pergi ke super market karna ada beberapa bahan makanan yang habis, sudah satu jam Leona pergi meninggalkan bulan dan bumi dirumah. Bumi dan bulan kini berada di halaman belakang, bumi berada di pinggir kolam sedangkan bulan sedang menyiram tanaman disekitar kolam renang itu. Bumi tidak berenang, melainkan hanya mencelupkan kakinya saja. Gadis itu nampak termenung, ntah memikirkan apa. Bulan menyadari hal itu, bumi hanya menatap kosong ke arah air di kolam itu.

Bulan meletakkan penyiram tanaman dan beranjak mendekati bumi. Ketika ia sudah berada didekat bumi, ia duduk di sebelah adik angkatnya dan menyentuh bahu bumi hingga bumi tersentak kaget. Bumi menatap bulan, bulan pun tersenyum.

"Kenapa menung? Kau memikirkan sesuatu? " tanya bulan. Bumi tidak menjawab melainkan kembali menatap ke arah kolam. Bulan bisa mendengar helaan nafas dari bumi.

"Cerita saja, jangan disimpan sendiri" tutur bulan dengan lembut. Bumi menatap bulan lagi, dapat bulan lihat netra yang biasanya terlihat sebuah kebahagiaan kini terlihat sebuah kesedihan.

"Aku hanya meratapi nasibku, lan. Aku tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, perannya ada tapi tugasnya tidak" lirih bumi. Bulan tersenyum sendu dan mengusap bahu bumi

"Tapi kau masih beruntung, setidaknya kau masih memiliki orang tua lengkap. Lihat aku bumi, aku tumbuh di panti asuhan tanpa mendapat kasih sayang dari orang tua ku" ujar bulan dan disertai senyuman sendunya. Bumi tertegun. Benar, bulan lebih menderita darinya.

"Lupakan semua hal yang menyakitkan dan menyedihkan, sekarang kau harus kuat demi buna Leona. Aku sudah membuka lembaran hidup baru bersama dirimu dan buna, kau juga harus membuka lembaran baru" ujar bulan lagi. Bumi tersenyum dan mengangguk

"Ya, Terima kasih. Kita harus kuat demi buna kan? " ujar bumi. Bulan mengangguk dengan semangat. Dengan segera mereka berdua saling memeluk satu sama lain.

Seperti inilah persaudaraan bumi dan bulan. Meski sering bertengkar karna kejahilan bumi, mereka akan saling melengkapi disaat yang dibutuhkan. Tak perduli dengan status saudara angkat sebab bagi mereka, mereka adalah saudara kandung.

Karna keasyikan berpelukan, bumi dan bulan tidak menyadari jika Leona tengah memandangi mereka dengan tatapan sendu. Leona sedih, nasib kedua putrinya memang menyakitkan. Bumi yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, bulan yang tumbuh tanpa kedua orang tuanya membuat mereka saling melengkapi. Tanpa sadar, air mata bulan sudah menetes tanpa seizinnya.

Leona bahagia memiliki bumi dan bulan, kebahagiaannya kini sudah lengkap. Mungkin Leona masih bisa hidup tanpa seorang suami, namun ia tak akan bisa hidup jika ia kehilangan kedua putrinya.

'Tuhan, Terima kasih sudah mengirimkan kebahagiaanku dalam bentuk kedua putriku. Kumohon, jangan pernah ambil mereka dari sisiku tuhan'

***

Disisi lain

Azka kini kembali berkumpul bersama kedua kakaknya juga adipta. Mereka berkumpul dikediaman Azka untuk membahas pencarian istri dan anak Azka. Regan dan Dewa sudah menyuruh anak buah mereka untuk mencari keberadaan adik ipar serta keponakan mereka, namun tak ada hasil. Sejujurnya, adipta tidak pernah tertarik dengan pembahasan ini. Untuk apa ia ikut mencari? Toh dia yang menyuruh Leona dan bumi pergi.

"Kak dipta, bisakah kau serius sedikit? Kau harus membantuku mencari keberadaan Leona dan bumi" ketus Azka. Ia kesal saja karna adipta hanya duduk dan bersender di sofa.

"Kau terlalu kekanakan, mereka pergi juga karna sikapmu"

Skakmat, Azka terdiam mendengar ucapan adipta. Regan dan Dewa tidak bersuara sebab ucapan sepupu mereka ini ada benarnya juga.

"Mereka pergi kau mencari, saat mereka ada kau kemana!? " sentak adipta yang membuat Azka dan kedua kakaknya terkejut. Adipta sudah lama menahan rasa kesalnya.

"Orang terbodoh yang pernah aku temui itu dirimu, Azka! Kau alasan utama mengapa Leona pergi!! Apakah kau sadar jika selama ini bumi juga membencimu? BUMI PUTRIMU ITU MEMBENCI AYAHNYA SENDIRI AZKA!! " ujar adipta dengan meninggikan suaranya di akhir. Azka hanya menunduk

"Dan kalian masih mau membantu adik kalian yang bodoh dan bajingan ini? Dia yang salah jadi biarkan dia bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri!! Aku pergi" adipta langsung pergi setelah meluapkan kekesalannya.

Regan dan Dewa saling menatap, adipta benar. Tak seharusnya mereka membantu Azka karna ini memang murni kesalahan adik mereka.

"Kami tak akan menolongmu lagi, selamat berusaha adik" ujar Regan lalu beranjak pergi bersama dewa. Mereka meninggalkan Azka sendirian.

"AAARRRGGGHHH!!! "

Tbc

Bulan dan bumi

Ini cerita mulai sepi wkwk. Sorry ya kalau nggak seru, harap di maklumin 😁.

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang