Mobil adipta kini berhenti di sebuah pekarangan rumah mewah yang luas, bumi dan bulan kagum melihat suasana rumah mewah ini sejak pintu pagar dibuka oleh satpam. Rumah mewah yang didominasi dengan warna putih dengan beberapa ukiran yang memperindah rumah itu. Leona tersenyum melihat rumah keluarganya yang tidak berubah sama sekali, ia sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan ayah dan ibunya. Leona tidak berbohong, rasa rindunya sudah menumpuk bak gunung. Leona terbayang betapa bahagianya kedua orang tuanya ketika bertemu dengan dirinya.
Leona segera membuka pintu mobil dan keluar lalu berjalan menaiki tangga untuk mengetuk pintu, sedangkan adipta dan kedua putrinya menurunkan barang barang mereka dari bagasi. Leona menatap pintu besar dengan pahatan pahatan indah, ia ragu ingin mengetuk. Tangannya mengambang diudara, Leona menghirup udara dan menghembuskannya secara perlahan. Ia sedang berusaha mengumpulkan keberanian.
Tok tok tok
Leona mengetuk pintu setelah keberaniannya telah terkumpulkan. Tak lama, kedua pintu besar itu terbuka dan menampilkan seorang wanita dengan pakaian seorang pembantu. Wanita itu terkejut melihat kehadiran Leona, Leona sendiri hanya tersenyum.
"Hai, bi ria" sapa Leona. Bi ria, ia adalah kepala pembantu dikediaman orang tua Leona. Bi ria memandang sendu ke arah Leona dan memeluk anak majikannya itu
"Akhirnya non pulang juga, tuan dan nyonya kangen banget sama non" ujar bi ria sembari memeluk Leona. Leona membalas pelukan bi ria sembari mengusap bahu wanita itu. Tak lama bi ria melepaskan pelukan mereka.
"Sebentar ya, Bibi panggilkan tuan dan nyonya" Leona menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan bi ria. Bi ria berjalan masuk kembali untuk memanggil kedua majikannya. Leona kini mengumpulkan tenaganya. Ia kembali menarik nafas dan menghembuskannya, tubuhnya dingin.
Tak berselang lama, sepasang suami istri nampak menuruni anak tangga dengan bi ria di belakang mereka. Leona terpaku melihat suami istri itu, itu ibu dan ayahnya. Sepasang suami istri itu berjalan menghampiri Leona. Leona bisa melihat jika mata ibunya mulai berkaca kaca, begitupula dengan dirinya. Ibu Leona langsung berlari menghampiri Leona. Saat ia sudah berada dihadapan putrinya, ibu Leona langsung memeluk putrinya dan menumpahkan air mata yang sedari tadi ia tahan.
"Hiks.. Leona" lirih nyonya Leana, ibu dari Leona. Nyonya Leana mengusap punggung putrinya.
"Ibu.. Leona sangat merindukan ibu" cicit Leona. Ia juga ikut terisak bersamaan dengan sang ibu. Ibu dan anak itu saling menumpahkan rasa rindu mereka.
Tuan Jonathan, ayah dari Leona menatap sendu ke arah istri dan putrinya. Ia juga ikut memeluk dua wanita yang begitu berarti dalam kehidupannya. Adipta, bulan, juga bumi tersenyum haru melihat pertemuan antara ayah ibu dengan putri mereka. Bahkan, bulan sudah menitikkan air mata.
"Kami sangat merindukan dirimu, dan sekarang kau kembali" ujar tuan Jonathan. Mereka melepaskan pelukan mereka meski ibu dan anak itu masih terisak.
"Ibu, ayah. Apa kalian tidak merindukan cucu kalian? " tanya Leona. Ia sedikit bergeser agar ayah dan ibunya bisa melihat cucu mereka.
"I-ini bumi ku? " lirih nyonya leana ketika ia melihat cucunya. Leona mengangguk, membenarkan ucapan ibunya.
Tuan Jonathan juga nyonya Leona berjalan menuruni anak tangga untuk menghampiri bumi. Bumi yang dihampiri kakek dan neneknya hanya diam di tempat. Saat sudah dihadapan cucunya, nyonya Leana mengelus pipi bumi sembari menatap tubuh cucunya dari bawah hingga atas dengan mata yang kembali mengeluarkan air mata. Ia tak percaya jika cucunya sudah sebesar ini. Dengan cepat nyonya Leana memeluk bumi dengan erat, bumi yang dipeluk seperti itu pun membalas pelukan dari neneknya. Tuan Jonathan juga bergabung dalam acara pelukan itu.
Tuan Jonathan mengecup pucuk kepala istri juga cucunya. Ia senang kini keluarganya lengkap. Namun tuan Jonathan melihat gadis lain dengan surai blonde menatap mereka. Ia ingat, itu adalah bulan. Gadis yang diadopsi putrinya tiga tahun lalu. Tuan Jonathan merentangkan tangan kanannya guna mengajak bulan untuk bergabung ke pelukan mereka.
Bulan nampak bimbang, namun ketika ia melihat Leona yang mengangguk pun membuat ia berjalan dengan pelan menghampiri tuan Jonathan, nyonya Leana juga bumi. Tuan Jonathan menarik tangan bulan dan kini bulan ikut dalam acara pelukan ini. Ia merasakan hangatnya pelukan dari kakek juga neneknya.
"Hiks.. Sekarang putri juga k-kedua cucuku sudah berada dihadapanku. Aku sangat bahagia" tutur nyonya Leana. Tuan Jonathan juga nyonya Leana melepaskan pelukan mereka pada bulan juga bumi.
"Nak adipta, Terima kasih sudah mengantarkan putri juga kedua cucu kami dengan selamat" ujar tuan Jonathan. Adipta hanya tersenyum
"Sama sama tuan, kalau begitu saya pamit karna ini sudah larut malam" pamit adipta. Tuan Jonathan mengangguk
Adipta masuk ke dalam mobilnya dan membunyikan klakson sebagai tanda jika ia pergi lalu melajukan mobilnya dari pekarangan rumah mewah ini.
"Ayo masuk, kalian harus istirahat" ajak nyonya Leana. Bumi dan bulan mengangguk lalu mereka masuk dengan kedua gadis itu digandeng oleh nyonya Leana dan Leona yang dirangkul oleh ayahnya. Barang barang mereka? Dibawa masuk oleh pelayan tentunya.
Tbc
Ilustrasi rumah orang tua Leona.
Sorry yak kalau ga seru, hehe.
Jangan lupa vote and share
See you, mwah
KAMU SEDANG MEMBACA
Consider me [END]
RomanceBagaimana rasanya menikah dengan seorang pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya? itulah yang dirasakan Leona. suaminya yaitu azka masih mencintai masa lalunya yang telah tiada. terkadang azka memanggil Leona dengan nama masa lalunya. sifa...