CM : 24

281 31 0
                                    

Kini adipta bersama Leona sedang berada di dalam cafe. Cafe terasa begitu sepi sebab jarang orang orang menghabiskan waktu nya di cafe terutama di pagi hari karna sibuk. Adipta kini dilanda kebingungan juga bimbang, haruskah ia mengatakan hal itu pada Leona? Tapi bagaimana jika Leona marah padanya? Pikir adipta. Leona sendiri hanya diam memandang adipta, wanita itu nampak penasaran melihat gelagat aneh pada adipta. Tak biasanya pria ini bertingkah aneh seperti itu. Apa ada hal yang disembunyikan atau ada yang ingin adipta beri tau padanya? Pikir Leona.

"Sudah 7 menit aku menunggumu berbicara, sebenarnya kau mengajak ku bertemu untuk apa? " tanya Leona. Adipta menatap Leona, pria itu menggigit bibirnya untuk melampiaskan keraguannya. Hingga akhirnya adipta menghela nafas

"Ini mengenai Azka. " ujar adipta. Ia bisa melihat perubahan raut wajah Leona ketika ia menyebutkan nama Azka.

"Ada apa? " tanya Leona

"Azka dijebak oleh sekretaris nya sendiri dengan memasukkan obat perangsang ke kopi Azka. Kau tentu tau hal yang terjadi pada tubuh seseorang karna obat itu, tapi tenang Azka tidak macam macam. Ketika efek obatnya hilang, Azka setengah sadar dan dia terus meracaukan namamu" Leona tertegun mendengar ucapan adipta. Kenapa bisa sekretaris itu melakukan hal yang begitu lancang?

"Dia sangat merindukan sosok dirimu na, bahkan aku sering melihat Azka berhalusinasi jika dirimu ada disekitarnya" sambung adipta lagi. Leona hanya diam, ia harus bagaimana sekarang? Karna jujur, ia merasa iba.

"Aku tidak tau, jika aku kembali padanya bagaimana dengan bumi? Jelas putriku menolak" tutur Leona. Adipta mendesah pelan, itu sudah jelas jika bumi pasti menolak.

"Kau benar, hanya saja aku iba pada sepupuku sendiri. Bisa bisa dia menjadi anggota pasien rumah sakit jiwa" ujar adipta. Leona menatap adipta, apa segila itu Azka sekarang?.

"Akan aku pikirkan terlebih dahulu"

***

Skip , sore hari

Hari sudah sore bahkan matahari sudah ingin pulang ke tempatnya dan membuat langit menjadi orange. Motor bumi bahkan baru keluar dari area kampus, hari pertama saja sudah melelahkan apa lagi hari hari berikutnya. Bumi melajukan motornya membelah jalanan kota dengan kecepatan di atas rata rata, hal ini ia lakukan karna ingin cepat cepat sampai rumah. Bulan? Jangan tanyakan, ternyata gadis itu tertidur di belakang bumi. Bulan bersender ke tubuh bumi dan tangannya memeluk pinggang bumi namun bulan tidak berpegangan erat.

"Lu mau beli sesuatu nggak? " tanya bumi dengan sedikit menguatkan suaranya. Namun tak ada jawaban, bumi yang tak mendapat jawabanpun melirik ke arah kaca spion motornya dan ternyata ia melihat bulan tertidur pulas. Hal itu membuat bumi menepikan motornya dan berhenti.

"Si monyet, pantesan ga ada respon ternyata tidur" ketus bumi. Tapi lucu juga wajah bulan ketika tidur, berbeda ketika sedang marah. Lebih terlihat seperti nenek lampir sih

Bumi menguatkan lilitan tangan bulan di pinggangnya. Ketika ia ingin kembali melajukan motornya, ia merasa jika ada yang memata matai mereka. Ia pun melirik kembali ke kaca spion, ternyata dua orang pria dengan pakaian serba hitam tengah memandang mereka dari kejauhan. Dua pria itu menaiki motor berwarna hitam.

'Siapa mereka? '

Bumi penasaran dengan sosok dua pria itu, mustahil jika mereka memata matai orang lain sebab jalanan ini sangat sepi dan hanya ada bumi, bulan dan kedua pria itu saja. Firasat bumi menjadi buruk, ia yakin dua pria itu memiliki niatan buruk.

"Lan, bangun lan" ujar bumi sembari memukul paha bulan. Bulan yang terusik pun terbangun dan menatap bumi dengan tatapan sayu

"Kenapa..? " lirih bulan. Ia masih mengantuk, untuk membuka mata pun rasanya ia tak sanggup.

"Pegangan yang kuat, gua bakal ngebut. Di belakang ada yang ngikutin kita" bulan yang mendengar ucapan bumi reflek menoleh kebelakang. Benar saja, ada dua pria yang memandang mereka dari kejauhan.

"Bumi, a-ayo jalanin motornya! " sentak bulan. Bumi mengangguk dan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata rata, firasatnya benar jika dua pria itu mengikuti mereka.

"Huaaa bumi, mereka ngikutin kita. Gimana dong!? " ujar bulan yang panik. Bumi tidak merespon melainkan hanya fokus ke jalanan.

'Tenang lan, gua ga akan biarin lu kenapa napa'

TBC

Motor bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor bumi

Helm punya bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helm punya bulan

Helm bumi

Hai, el up lagi. Sorry ya kalau mulai ga seru terus jangan heran kalau mulai sekarang el jarang up soalnya capek banget pulang sekolah sore.

Jangan lupa vote and share ya

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang