CM : 33

243 28 3
                                    

kini Leona, Azka, bumi dan bulan sudah sampai dirumah sakit. Setelah menanyai dimana keberadaan ruangan tempat orang tuanya ditangani, Leona langsung pergi kesana. Air matanya terus membasahi wajahnya sejak mereka berangkat tadi. Tubuhnya bahkan terasa dingin, dadanya juga sesak. Leona terlalu takut untuk melihat kondisi kedua orang tuanya, bahkan untuk mendengar bagaimana kondisi mereka saja rasanya ia tidak sanggup. Azka selalu setia menemani istrinya, sedangkan bumi dan bulan duduk di kursi tunggu menunggu dokter keluar.

"Tenang na, ayah dan ibumu akan baik baik saja" lirih Azka. Leona tidak merespon melainkan hanya bisa terisak.

Cklek

Seorang dokter kini keluar dari ruangan bersama seorang suster. Hal itu membuat Leona dan yang lainnya mendekat. Mereka berharap dokter ini memberikan kabar bahagia, namun harapan mereka terasa mustahil melihat wajah dokter itu seolah tidak ada kabar baik.

"Bagaimana keadaan ayah dan ibu mertua saya dok!? " tanya azka dengan tidak sabaran. Dokter itu menghela nafas dan menatap Azka juga Leona dengan tatapan sendu.

"Tuan Jonathan dan nyonya Leana kehabisan darah saat masih di tempat kejadian. Benturan keras dan luka yang mereka alami sungguh parah, bahkan ada bagian tubuh yang patah. Tabrakan yang mereka alami sangat parah, tuan dan nyonya muda. Dan dengan berat hati saya mengatakan jika orang tua anda tidak selamat" ujar dokter itu

Hancur, dunianya telah hancur. Rasanya Leona tak bisa berdiri lagi saking lemasnya, jika bukan Azka yang menahan tubuhnya mungkin Leona akan terjatuh ke lantai. Disisi lain, bumi dan bulan yang mendengar hal itu terkejut. Tak menyangka kakek dan nenek mereka akan seperti ini.

"Dokter bohong! Nenek sama kakek saya masih hidup, dokter jangan bohong dok" ujar bumi sembari memegang kerah pakaian yang dikenakan oleh dokter itu. Bulan yang melihat adiknya mulai kehilangan kendali pun menarik bumi agar mundur.

"Maaf nona, untuk apa seorang dokter berbohong jika sudah menyangkut nyawa" sahut dokter tersebut. Bumi hanya diam dan tidak menjawab lagi, ia masih harus mencerna hal ini.

"Kalau begitu saya pamit dulu, tuan"

Dokter itu pergi bersama suster yang ada disisinya. Leona kini kembali histeris dan berlari memasuki ruangan tempat orang tuanya ditangani untuk melihat mereka terakhir kalinya. Azka dan kedua putri mereka yang melihat itu juga ikut masuk menyusul Leona.

***

Disisi lain

Adara kini tersenyum puas mendengar ucapan dari anak buahnya. Anak buahnya bilang bahwa kedua orang tua Leona terluka parah akibat tabrakan yang mereka buat. Anak buah adara memang menyabotase rem mobil truk itu hingga tidak bisa dikendalikan dan yeah tabrakan yang sangat parah terjadi.

"Hahaha kerja bagus, pasti Leona kini sedang terpukul dengan kepergian kedua orang tuanya" ujar adara. Suasana hatinya sangat senang saat ini.

"Tentu saja bos, kami sudah memastikan dua orang tua itu tiada jadi tugas kita beres"

"Belum, tugas kalian belum beres. Ini belum cukup untuk menghancurkan Leona" sahut adara. Anak buahnya menatap dirinya bingung, ntah apalagi rencana bos mereka ini.

"Apa rencana bos selanjutnya? "

"Meneror Leona hingga dia gila dan depresi, dan kemudian aku akan membunuhnya lalu memiliki Azka seutuhnya! " ujar adara disertai senyuman jahatnya. Ia tidak sabar menunggu moment itu.

"Anda benar benar gila bos, hahaha" ujar anak buah adara diakhiri dengan tawa. Ntah itu sebuah pujian atau sindiran.

"Aku memang gila! Dan aku seperti ini karna Azka.. "

TBC

Hahaha nggak seru lagi. Maaf ya, ini emang penyakit el kalau makin lama ceritanya nggak seru lagi

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang