CM : 06

467 58 15
                                    

Hari sudah larut malam dan kini Leona tengah berada di balkon lantai dua di rumahnya. Ia memandangi langit malam sendirian, melihat langit gelap yang dihiasi rembulan dan jutaan bintang. Angin malam menembus hingga ke kulitnya, Leona sebenarnya kedinginan namun ia belum mau masuk ke dalam. Leona meratapi nasibnya. Ucapan adipta berputar dikepalanya membuat isi kepala Leona tidak tenang.

Leona kini mulai memutar kembali moment dirinya bersama Azka, hanya sedikit yang ia ingat karna moment mereka memang jarang adanya. Ia juga membayangkan nasibnya dan juga nasib bumi jika sifat Azka terus terusan seperti ini.

"Ucapan kak dipta benar, harusnya aku pergi dan tak usah bertahan" lirih leona

Ia sudah terlalu menerima sikap Azka selama ini hingga Azka tak pernah berusaha untuk melupakan mendiang ciara dan belajar menerima Leona sepenuh hatinya.

Sudah cukup, Leona sudah muak dengan ini. Ia muak dijadikan pelampiasan, ia muak melihat putrinya jarang diperhatikan. Leona harus mengambil keputusan yang pas untuk hal ini.

Keputusan yang benar adalah pergi dari sini bukan?

"Buna belum tidur ya? " ujar seseorang yang membuat Leona membalikkan tubuhnya. Ahh ternyata itu bumi yang datang dengan wajah mengantuk nya.

"Bumi? Iya, Buna belum tidur. Kenapa kau kemari hm? " ujar Leona. Ia mendekati bumi dan merengkuh tubuh putrinya

"Tidak tau bumi bangun sendiri. Kenapa Buna sendirian disini? " tanya bumi. Leona melepas rengkuhannya dan mulai mengajak bumi untuk masuk.

Ketika mereka sudah ada didalam, Leona membawa bumi masuk kembali ke kamar gadis itu lalu menyuruh gadis itu berbaring. Leona menyelimuti tubuh bumi hingga sebatas dada, lalu Leona duduk disisi kasur bumi. Ia mengelus kepala bumi dengan lembut

"Buna belum menjawab pertanyaan bumi" ujar bumi lagi, Leona tersenyum

"Maaf, Buna hanya memikirkan sesuatu" jawab Leona. Bumi mengangguk anggukkan kepalanya saja seolah ia paham.

"Bumi, boleh Buna bertanya? "

"Apa? "

"Apa bumi mau pergi dari sini bersama Buna nak? Kita pindah keluar negeri dan hidup disana" ujar Leona. Bumi menatap sang ibunda, tumben sekali ibunda nya bertanya seperti itu.

"Kita tinggalkan ayah? " tanya bumi dan dibalas anggukan oleh Leona.

"Mau! Bumi ga suka sama sikap ayah. Kapan kita pergi? Bumi ga sabar!. Akhirnya yang bumi tunggu tunggu datang juga!! " ujar bumi dengan riang membuat Leona terkekeh.

"Bagaimana kalau besok? Kita pindah setelah Buna mengurus surat perpindahan mu disekolah" ujar Leona. Bumi mengangguk dengan wajah bahagianya, namun wajah bahagia itu langsung digantikan wajah sedih. Hal itu membuat Leona bingung

"Kenapa sedih? Bumi ga mau ikut? " tanya Leona, bumi menggeleng

"Bukan itu, masa bumi harus ninggalin bulan bun? Kasihan dia sendirian nanti" lirih bumi

Leona tau siapa bulan yang di maksud bumi, bulan adalah sahabat dari putrinya. Bulan tinggal di panti asuhan sedari kecil. Leona sering bertemu gadis itu, setiap pertemuan mereka pasti Leona merasa iba dengan bulan.

"Bolehkah kita ajak bulan juga Buna? " cicit bumi. Leona menatap putrinya itu dan tersenyum lalu mengangguk

"Tentu saja, kalau begitu sekalian saja Buna adopsi bulan. Kamu setujukan?"

"Bumi setuju!! Berarti bumi bakal dapat saudara dong" ujar bumi. Leona bisa merasakan betapa bahagianya bumi saat mengetahui ia akan mengadopsi bulan.

Keputusan Leona sudah bulat, ia akan pindah keluar negeri bersama bumi dan bulan. Namun sebelum itu ia harus mengurus surat adopsi bulan. Ia sangat yakin untuk mengadopsi gadis itu sebab dimata Leona bulan itu adalah gadis yang baik.

"Besok Buna akan mengurus surat adopsi bulan dan surat perpindahan kalian lalu lusa kita akan pergi. Setuju? " tanya Leona. Bumi mengangguk dengan semangat.

Sudah sedari lama bumi menginginkan agar orang tuanya mengadopsi sahabatnya dan akhirnya kini terwujud. Bulan pasti akan senang mendengar hal ini. Ahh, harapan bumi kini terwujud semua. Mulai dari sang ibunda yang mengadopsi bulan, dan mereka akan pergi meninggalkan sang ayah.

"Sekarang tidurlah agar besok kau tidak kesiangan" ujar Leona. Bumi mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Sebelum Leona beranjak, ia memberikan sebuah kecupan di kening bumi lalu pergi dari kamar putrinya.

Ia harap ini adalah keputusan yang terbaik.

Tbc

Apaan banget alurnya, jelek banget huhu :(.sorry ya

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang