CM : 23

298 34 0
                                    

Adipta menatap penuh iba ke arah adik sepupunya yang kini nampak berantakan. Untungnya efek obat yang diberikan wanita gila itu sudah hilang, kini Azka hanya duduk di lantai sembari bersender ke dinding. Sedari tadi Azka terus meracaukan nama Leona membuat adipta semakin merasa iba. Adipta berjongkok disisi Azka dan menyamakan tingginya dengan Azka. Tangan adipta terulur menyentuh bahu Azka hingga pria itu menoleh.

"Jika kau seperti ini terus, kau bisa gila Azka" ujar adipta. Azka tidak menjawab melainkan kembali memalingkan pandangannya ke depan dan menatap dengan tatapan kosong.

"Leona.. A-aku ingin Leona.. " cicit pria itu. Adipta menghela nafas dan berdiri. Jikapun Azka dan Leona bertemu, belum tentu Leona mau untuk kembali bersama Azka lagi. Adipta berjalan menjauh dari Azka dan mengeluarkan ponselnya dan membuka room chat nya bersama Leona. Saat adipta ingin menelpon Leona, tindakannya terhenti.

Adipta lah yang menyuruh Leona untuk pergi namun kini ia ingin menyuruh Leona untuk kembali? Yang benar saja. Namun adipta juga tidak tega melihat sepupunya yang sudah seperti orang gila, meski ia sering marah pada Azka percayalah adipta menyayangi sepupunya itu.

"Hah.. Ntah obat apa lagi yang dimasukkan wanita itu hingga Azka seperti itu" lirih adipta. Ia mendekati Azka dan menarik tangan Azka untuk berdiri. Namun Azka nampak tidak kuat untuk berdiri membuat adipta harus memapah tubuh Azka.

"Kau harus pulang dan istirahat"

"Leona.. "

"Dia akan datang"

Adipta membawa tubuh Azka keluar dari ruangan ini dan menaiki lift menuju lantai dasar. Ia memapah tubuh Azka menuju mobil miliknya dan mendudukkan Azka di kursi penumpang dan dengan sigap adipta langsung pergi ke kursi kemudi. Adipta menyalakan mesin dan menancap gas meninggalkan area parkiran kantor milik Azka. Selama di perjalanan Azka hanya meracau tak jelas dan yang selalu ia lontarkan adalah nama Leona.

***

Mobil adipta memasuki area pekarangan rumah Azka, ia memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin lalu turun dari mobil. Adipta pergi ke kursi penumpang untuk membantu adipta berjalan. Ketika ia membantu Azka keluar, seorang pelayan nampak menghampiri mereka dengan tergesa gesa.

"Tuan, ada apa dengan tuan Azka? " tanya pelayan itu. Adipta menatap sang pelayan

"Bawa Azka masuk, aku ada urusan" ujar adipta. Adipta memberikan tubuh Azka kepada pelayan itu, pelayan itu memapah tubuh Azka untuk masuk.

Adipta langsung masuk kembali ke mobilnya, namun sebelum menghidupkan mesin adipta mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo? "

"Halo Leona"

Ya, adipta menelpon Leona.

"Ada apa kak? "

"Bisakah kita bertemu di sebuah cafe? Aku akan menjemputmu"

"Mendadak sekali, ada apa kak? "

"Kita bicarakan nanti saja karna ini sangat penting na"

"Hm, baiklah aku akan bersiap"

"Ya, aku akan segera menjemputmu"

Tut

Adipta memutuskan sambungan telpon mereka secara sepihak dan meletakkan ponselnya di kantung celana. Adipta menghidupkan mesin dan menginjak pedal gas lalu pergi dari area rumah paman dan bibinya, tempat Azka tinggal saat ini.

.

.

.

Di sisi lain, tepatnya di kampus tempat di mana bumi dan bulan berkuliah sudah terdengar hiruk-pikuk sebab semua orang nampak membicarakan bumi juga bulan. Terlebih para mahasiswa laki laki yang secara terang terangan membicarakan bulan, bahkan mereka menggoda bulan membuat bumi emosi. Untungnya bulan menahan adiknya itu kalau tidak bahaya sudah.

"Cewek, boleh dong bagi nomornya" ujar seorang laki laki yang berada di depan toilet bersama teman temannya. Laki laki itu nampak tertawa bersama teman temannya.

"Cantik amat neng, udah punya pacar belum? Kalau belum boleh dong abang jadi pacar neng" ujar teman dari laki laki tadi. Bumi yang mendengar itu pun bertambah kesal. Bumi membuka sepatu yang ia kenakan dan melemparkan sepatu miliknya ke arah teman laki laki itu.

DUGH

"Aduh!! Sakit bangsat! " ringis anak laki laki itu, kita panggil saja Thio. Thio adalah teman dari laki laki yang menggoda bulan di awal.

"Mampus!! Makanya jangan ganggu dia ya nyet! " seru bumi. Thio nampak menatap tak suka ke arah bumi

"Emangnya lo siapa? Cowoknya? " ujar Thio yang mulai menghampiri bumi bersama teman temannya. Bumi yang mendengar itu melebarkan matanya. What the fuck?!

"Apa lu bilang? Cowoknya!? Gua cewek ya anjing and gua itu adek nya!! " sentak bumi. Thio dan teman temannya terkejut sebab mereka kira bumi adalah seorang laki laki namun berambut gondrong.

"Lo cewek!? Mana ada cewek ganteng!! Ngaco lo, pasti lo operasi kan? "

Bulan yang mendengar pertengkaran antara solo vs squad itu pun menatap mereka datar. Tak ada gunanya mereka melawan bumi mau dari perkataan atau perkelahian sebab pasti bumi yang menang.

"Lu yang ngaco! Mending lu pergi sebelum tangan gua yang melayang. Mau!? " ancam bumi. Thio dan teman temannya segera pergi dari sana meninggalkan dua gadis itu.

"Sabar bumi, jangan mudah emosi. Inget kata buna, jangan cari masalah disini" ujar bulan. Bumi tidak menghiraukan ucapan bulan melainkan memilih untuk mengambil sepatu yang ia lempar tadi.

TBC

Ga seru? Mon maap, ini hasil dari otak el yang udah capek kayak badan el karna sekolah pulangnya sore :). (Lebay banget mon maap)

Jangan lupa vote and share ya

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang