CM : 37

233 23 3
                                    

kini Azka sudah sampai dirumah, setelah memarkirkan mobilnya ia langsung bergegas masuk ke dalam rumah dengan senyumannya. Namun ketika membuka pintu, tak ada siapapun yang menyambutnya bahkan Leona pun tak ada sama sekali. Akhirnya Azka memilih masuk ke dalam dan meletakkan tas kerjanya ke sofa dan berjalan ke arah dapur. Ia tersenyum lega ketika melihat ketiga perempuan yang sangat berharga dikehidupannya sedang berkumpul.

"Kalian sedang membicarakan apa hingga tak menyambut ayah, hm? " tanya Azka. Leona dan kedua putrinya langsung menoleh dan berdiri. Senyuman Azka langsung memudar dan digantikan dengan raut wajah bingung.

"Ada apa? Apa ada masalah? " tanya Azka lagi. Leona, bumi dan bulan saling menatap satu sama lain hingga bumi maju menghampiri Azka.

"Buna di teror selama beberapa bulan ini, ayah. Dia tidak berani menceritakan hal ini karna takut kita khawatir dan kepikiran" ujar bumi. Azka langsung menatap Leona dengan tatapan khawatir. Azka segera menghampiri Leona dan memegang kedua bahu istrinya itu

"Tapi kau tidak apa apakan? Lain kali ceritakan hal berbahaya seperti ini. Dengan kau diam saja kau semakin membuat kami khawatir Leona" ujar Azka dengan nada khawatir. Leona mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.

"Ayah.. B-bulan sepertinya tau siapa yang meneror Buna" sahut bulan, hal itu membuat semua mata tertuju padanya. Bumi menghampiri bulan untuk mengetahui siapa yang berani meneror Buna nya.

"Siapa? "

"Kakakku, a-adara. Dia terobsesi untuk memiliki ayah seutuhnya, jadi dia berniat meneror Buna agar Buna depresi lalu dia bisa merebut ayah disaat Buna sudah... Gila" ucapan bulan membuat Azka dan Leona tertegun. Azka mengetahui hal itu, dan kemungkinan ucapan bulan ini ada benarnya sedangkan Leona masih terkejut sebab ketika mereka pertama kali bertemu adara seperti wanita baik.

"Wanita itu benar benar gila, tadi kami sempat bertemu ketika aku membelikan bunga untukmu. Dia memaksaku agar menjadi kekasihnya atau ia akan menyakiti Leona. Adara benar benar gila" ucap Azka. Ia tak habis pikir dengan wanita satu itu.

"Ayah, ayo kita datangin adara adara itu. Bumi nggak Terima atas perbuatannya ke buna" ujar bumi. Azka menatap putrinya itu

"Baiklah, kita akan kerumahnya nanti"

"Nanti malam saja! Jangan sekarang" ujar Leona sembari memohon.

"Baiklah.. "

***

Disisi adara

Disisi lain, adara tersenyum sembari melihat kearah laptopnya yang dimana menampilkan keadaan keluarga Azka. Bagaimana bisa? Sebenarnya adara memasang kamera tersembunyi yang ntah kapan telah berada di kediaman Azka.

"Ingin mendatangiku ya? Bagaimana jika aku saja yang mendatangi kalian? Pasti akan menyenangkan" ujar adara. Ia meraih sebuah pistol yang ada didekatnya dan memandangi pistol itu dengan lekat

"Apa rencana anda, bos? " tanya anak buah adara sebab melihat aura adara yang sudah seperti iblis membuat mereka sedikit takut.

"Habisi Leona malam ini, aku tak perduli dengan Azka ataupun putri mereka intinya aku ingin mayat Leona berada dihadapanku" titah adara. Anak buahnya saling memandang

"Apa kami harus membunuhnya? "

"Tidak, aku ingin tanganku lah yang menghabisi wanita itu. Kalian ikut bersamaku untuk membantu"

Adara menyeringai dan tidak sabar menantikan malam. Ia akan melancarkan aksinya malam ini. Mayat Leona harus ada dihadapannya dan tangannya lah yang harus membunuh Leona.

Emang gila ini orang

TBC

Satu atau dua chapter lagi habis hehe.

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang