Azka sudah berada di kantornya pagi pagi sekali, ntah apa tujuannya datang pagi padahal hanya OB dan beberapa karyawan yang baru datang saat itu. Azka sibuk berkutat dengan laptop nya untuk melihat data tentang perusahaan nya. Ia tadi sudah menelpon adipta untuk datang guna membantunya, adipta bilang akan datang meski awalnya Azka mendapatkan ocehan dari adipta sebab sepupunya itu sedang tidur tapi malah diganggu dengan telponan dari Azka. Azka hanya pasrah menerima ocehan itu sampai adipta lelah dengan sendirinya lalu berhenti sendiri.
Tok tok tok
"Masuk" sahut Azka ketika seseorang mengetuk pintu. Azka kira itu adalah adipta, namun ia heran sebab adipta datang secepat itu. Namun perkiraannya salah sebab yang masuk adalah adara yang kembali membawa secangkir kopi untuk dirinya.
"Selamat pagi tuan" sapa adara. Wanita itu meletakkan secangkir kopi yang ia bawa di atas meja Azka dan berdiri di hadapan bos nya itu.
"Pagi, bukankah sudah saya bilang agar jangan repot repot membawakan saya kopi? Jika saya mau saya bisa minta pada OB" Ujar Azka. Adara tersenyum manis dan menggeleng pelan
"Saya tidak merasa direpotkan. Silahkan diminum tuan" ujar adara. Azka melirik wanita itu, ia tau jika adara sudah berkata seperti itu wanita itu tidak akan pergi sebelum Azka meminum kopinya.
"Baiklah, akan saya minum"
Adara menyeringai melihat Azka yang akan meminum kopi buatannya. Sebenarnya adara sudah memasukkan sebuah obat yang telah ia haluskan ke dalam kopi itu. Adara berseru senang didalam hatinya ketika melihat Azka sudah meminum kopi itu. Kini ia hanya menunggu efek dari obat itu.
"Sudah, silahkan pergi" ujar Azka. Adara menggeleng dan mendekati bosnya itu. Azka yang melihat itu pun menatap adara. Baru saja ia ingin mengucapkan sesuatu, nafasnya tercekat. Tubuhnya terasa panas, sangat panas. Azka menggeliat tak nyaman, adara yang melihat itu tersenyum.
"Ohh, sudah mulai bereaksi ya? " Azka menatap ke arah adara. Ia yakin jika wanita itu memasukkan sesuatu
"A-apa.. Yangh kau m-masukkan uhh" ujar Azka dengan susah payah. Adara hanya terkekeh dan duduk di atas pangkuan Azka.
"Tidak ada, kenapa anda menuduh saya tuan? " ujar adara. Ia memainkan jarinya diarea wajah Azka. Azka memalingkan wajahnya
"Baiklah baiklah, aku akan jujur. Aku memasukkan obat perangsang, puas? " ujar adara. Azka menoleh kembali dan menatap adara dengan tatapan terkejut. Wanita itu tidak menggunakan bahasa 'saya' lagi.
"Bukan tanpa alasan aku melakukan hal ini. Aku mencintai dirimu, Azka. Kau membuatku tergila gila padamu hingga aku hidup penuh obsesi. Dengan ini, aku bisa memilikimu sepenuhnya" ujar adara lagi. Ia menarik dasi yang dikenakkan Azka
"Agh.. K-kau tidak bisa m-melakukan ini. Aku s-sudah ugh memiliki istri! " sentak Azka. Adara yang mendengar itu menjadi kesal, dengan cepat ia meraih dagu Azka hingga pria itu menatapnya.
"Cih, omong kosong. Kau hanya milikku" lirih adara. Azka ingin memberontak, namun efek panas dari obat yang dicampurkan adara ke kopinya membuat dirinya tak nyaman.
Cklek
"YAAKK APA YANG KAU LAKUKAN!? " adara dan Azka menoleh ke asal suara. Itu adalah adipta, adipta nampak terkejut. Sial, adara lupa untuk mengunci pintu.
"K-kak, usir wanita ini sshh.. Dia m-masukkan obat perangsang ke kopi ku.. " adipta yang mendengar hal itu pun menatap adara tajam. Dengan segera ia menghampiri wanita itu dan menarik adara keluar dari ruangan Azka.
"Pergi dan jangan pernah kembali. KAU DI PECAT DASAR MURAHAN" ujar adipta yang mendorong adara keluar. Semua karyawan menatap ke arah mereka.
"Lihat saja, aku akan mendapatkan mu Azka dan aku akan membalas semuanya! " ujar adara lalu pergi dari sana dengan perasaan marah dan malu.
Adipta menutup pintu dan menghampiri sepupunya itu. Azka hanya duduk bersender di kursinya dengan nafas terengah engah. Adipta merapikan penampilan Azka yang acak acakan. Untung ia datang tepat waktu, kalau tidak bagaimana?.
"Untung aku datang tepat waktu, bagaimana jika tidak? "
TBC
Apakah konflik nya akan dimulai?..
Jangan lupa vote and share ya
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Consider me [END]
RomanceBagaimana rasanya menikah dengan seorang pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya? itulah yang dirasakan Leona. suaminya yaitu azka masih mencintai masa lalunya yang telah tiada. terkadang azka memanggil Leona dengan nama masa lalunya. sifa...