CM : 20

386 34 7
                                    

Malam harinya

Azka duduk sendirian di bangku halaman rumah orang tuanya, Azka memang tinggal disini sekarang. Sesekali ia akan datang ke rumah miliknya, tempat dimana ia tinggali bersama keluarga kecilnya. Azka termenung memandangi langit malam yang gelap dan hanya dihiasi oleh milyaran bintang dan juga satu rembulan. Langit malam itu diibaratkan adalah Azka, bintang itu adalah bumi, dan bulan itu Leona. Dikala langit malam yang gelap dan menyeramkan, ada bintang yang menghias langit malam itu hingga menjadi indah dan bulan yang menjadi penerang dikala kegelapan itu ada.

Leona dan bumi adalah penerang bagi kehidupan Azka, mereka adalah cahaya. Tapi dengan bodohnya Azka malah mematikan cahaya yang sulit didapatkan dan sulit untuk dihidupi lagi. Azka sudah bertindak bodoh, dan kini ia hanya bisa menikmati karma dihidupnya.

"Azka? Kenapa merenung? " Azka menoleh ke asal suara, ah itu adalah ibunya. Ibu Azka berjalan mendekati putra bungsunya dan duduk disisi Azka.

"Tidak ada, ibu. Azka tidak merenung" ujar Azka yang berusaha membantah ucapan sang ibu. Nyonya Rizka, ibu dari Azka dan kedua saudaranya hanya bisa tersenyum

"Jangan berbohong, ibu tau apa yang kau renungkan nak" tutur nyonya Rizka sembari mengelus pipi Azka

"Baik baik, ibu benar" ujar Azka. Nyonya Rizka terkekeh melihat putra bungsunya.

"Sejujurnya ibu dan ayah juga kecewa atas apa yang kamu lakukan pada Leona, Azka. Disaat kau sudah menikah dan memiliki seorang anak, kau masih belum melupakan masa lalu mu. Coba kau bayangkan, jika kau di posisi leona. Disaat kau dan Leona sudah menikah, Leona masih belum bisa melupakan seseorang yang ada di masa lalunya" ujar nyonya Rizka. Azka tertegun, ia mencoba membayangkan hal tersebut. Benar, rasanya sangat sakit.

"Sakit bukan? Itulah yang dirasakan Leona selama belasan tahun sayang. Dan bumi, disaat anak anak lain tumbuh dengan kasih sayang yang lengkap dari orang tuanya tapi tidak dengan cucu ibu yang satu itu. Dia hanya mendapatkan kasih sayang dari ibunya, dan disaat ia sedang dimasa pertumbuhan ayahnya malah asyik menghabiskan waktu di makam mendiang kekasihnya. Mustahil jika bumi tidak membenci ayahnya sendiri" sambung nyonya Rizka. Lagi, ia berhasil membuat putra nya semakin larut dalam rasa penyesalan.

"Jika kau memang mencintai Leona, berjuanglah putraku" ujar nyonya Rizka lalu pergi meninggalkan Azka sendirian.

"Kau benar ibu, aku harus berjuang"

***

Ditempat adara

Kini adara tengah berada di sebuah gedung tua, tempat biasa untuk ia bertemu dengan anak buahnya. Adara kini sedang menunggu kedatangan anak buahnya yang ia minta untuk mencari informasi mengenai bulan, anak yang di adopsi oleh Leona. Ntahlah, adara merasa gugup untuk mendengar informasi dari anak buahnya. Apa firasatnya benar jika bulan yang di adopsi oleh Leona dari panti asuhan adalah adiknya?.

"Bos, maaf jika saya lama" ujar anak buah adara yang baru saja tiba. Adara menoleh dan mengangguk

"Berikan informasi nya" titah adara. Jantungnya sudah berdegup kencang.

"Rembulan nayyara, gadis yang kini berusia 19 tahun. Ia di adopsi oleh Leona saat umur 16 tahun di panti asuhan" ujar anak buah adara. Adara tertegun mendengar nama itu.

'Adikmu bernama bulan nayyara, cari keberadaan adikmu adara. Karna dia satu satunya keluarga mu'

Kalimat itu berputar dikepalanya, kalimat terakhir yang diucapkan mendiang ibunya sebelum tiada. Firasat adara benar, bulan adalah adiknya.

"Terima kasih, kau boleh pergi" ujar adara. Anak buahnya mengangguk dan pergi dari sana meninggalkan adara sendirian.

Adara hanya diam, ia dilanda kebingungan. Ia membenci Leona, tapi ia juga harus berterima kasih pada Leona karna telah mengadopsi adiknya dan merawat adiknya seperti putrinya sendiri. Adara bimbang, tapi ia tak perduli. Ia harus mendapatkan Azka terlebih dahulu, lalu baru ia akan mengambil bulan dari Leona. Adiknya harus bersama dengan dirinya.

"Lihat saja Leona, aku akan mengambil Azka sepenuhnya. Lalu, aku akan mengambil bulan darimu sebab adikku harus bersama ku" ujar adara sembari tersenyum.

Akan ia lakukan apapun agar keinginannya tercapai. Adara tidak perduli dengan konsekuensi yang akan ia dapatkan. Ingat, ia dipenuhi obsesi untuk memiliki Azka. Hal itu membuat wanita ini semakin gila.

TBC

Hehehehehe, gimana gimana? Udah ga seru yak. Sorry

Jangan lupa vote and share

See you

Consider me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang