Keesokan harinya, Ricky tidak lagi berulah saat Yujin berjalan melewatinya menuju deretan loker. Pemuda itu hanya meliriknya sekilas. Untuk pertama kalinya, Yujin merasa harinya akan berlalu dengan tenang.
Namun, Ricky terlihat menunggu di depan kelas Yujin saat jam pelajaran telah selesai. Yujin menghela nafasnya lelah. Ia baru saja berpikir bahwa ia telah mendapat kebebasannya. Namun, ia heran mengapa sosok itu tidak mencoba menghentikan langkahnya ataupun mencegatnya. Ya, Ricky menganggapnya angin lalu dan itu aneh menurutnya.
Rasa penasaran Yujin terjawab saat Ricky merangkul seorang gadis dengan rambut coklat sembari berlalu. Tak hanya berhenti disitu, Ricky kini terlihat bercumbu dengan gadis tadi di depan loker. Yujin buru-buru memalingkan wajahnya, ia tak sanggup menyaksikan pemandangan yang menurutnya menggelikan itu.
"Hei.. lo gapapa? Jangan berdiri di depan pintu, lo halangin jalan," sebuah tepukan di bahunya seketika membuatnya kembali tersadar. Dohoon telah berdiri disana, dengan seulas senyum tersungging di wajahnya.
"Kak Dohoon kok sendirian?"
"Shinyu lagi beliin gue lasagna di kantin."
Yujin melirik sekilas pada Ricky yang masih sibuk bercumbu. Dohoon lantas mendecakkan lidahnya.
"Kenapa? Lo keganggu?" tebak Dohoon. Yujin meringis sebagai jawaban. "Sengaja, cari sensasi itu namanya. Yuk, duluan," Dohoon merangkul Yujin, menuntunnya ke ruang musik. Ruangan itu sudah lumayan ramai saat mereka masuk.
Yujin memilih untuk menghampiri Ayden yang terlihat menyendiri dengan sekotak bekal miliknya, sementara Dohoon duduk di deretan paling depan.
"Ayden!" seru Yujin. Ayden mengangkat kepalanya, senyum manisnya terkembang. Mereka pun duduk berdampingan. "Lo kok menyendiri?"
"Nggak mau ganggu mereka," Ayden menunjuk pada kawan-kawannya yang tengah sibuk menghafal koreo kemarin dengan dagunya. Mereka berkelompok, masing-masing berdua. Taeyoung dan Seongmin, Baekseung dan Keum, serta Gunwook dan Gyuvin.
"Mereka semua ada temennya, gue nggak," ujarnya lagi, seolah dapat menebak pikiran Yujin yang tengah mengernyitkan hidungnya.
"Lo sama gue ajalah. Lo ambil posisi dance juga 'kan?"
"Jadi nostalgia dikit. Time flies ya? Lo sekarang udah nggak malu-malu kayak dulu, gue bangga liatnya."
Ayden menyandarkan kepalanya ke bahu Yujin sembari terkekeh. Yujin balas tersenyum.
"Do you want to hangout later? Can I have your number?" ujar Ayden lagi.
"Boleh dong!"
Ayden dan Yujin bertukar nomor. Sesekali, Ayden mencuri pandang pada Yujin yang terus tersenyum. Itu membuat relung dadanya menghangat. Entah kenapa, ia mendapat firasat bahwa banyak yang sudah terjadi semenjak mereka terpisah dua tahun lalu hingga kini kembali dipertemukan.
Seorang pemuda dengan perawakan jangkung menghampiri mereka dan duduk begitu saja di pangkuan Ayden, membuatnya meringis.
"Berat bego," decih Ayden. Yujin tentu saja terkejut dengan perubahan Ayden yang begitu tiba-tiba. "Yujin kenalin, ini Gyuvin."
"Udah kali, telat lo," pemuda yang seenaknya saja menduduki Ayden itu mendaratkan tangannya di pucuk kepala Yujin, menepuk pelan. Yujin menunduk, ketara sekali merasa kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?