Tengah malam itu, berbekal sedikit nyali, Shinyu muncul di depan rumah Dohoon dan menggedor pagarnya dengan tatapan kosong.
Dohoon yang setengah hati pun menarik tangan Shinyu dan membawanya masuk ke rumah, agar ia tidak membuat keributan. Mereka masuk ke kamar dan berbaring berdampingan, hanya isak tangis Shinyu yang samar terdengar memecah sunyi.
10 menit, dan akhirnya tangisan itu reda.
"Kenapa? Apa lagi kurangnya gue kali ini?" cicit Shinyu sembari menatap langit-langit kamar Dohoon.
Salah. Itu jelas terdengar salah.
Dohoon berbaring miring, bertumpu pada sikunya. Shinyu masih menolak untuk bersitatap dengannya.
"Gue udah diterima di Pledis, dan itu berkat Hanni. Mulai besok.. gue udah nggak lagi di Sai Club."
"Ya.. terus? Apa korelasinya sama putus?"
"Gue bakal pindah sekolah juga.. ke SOPA. Mereka mau kasih gue beasiswa penuh."
"Gue masih nggak ngerti kenapa kita harus putus.."
"I've cheated on you and you know it."
"Jadi, karna lo salah, lo mau akhirin semuanya sama gue? Lo nggak kenal kata maaf?"
Dohoon terdiam.
"Bilang aja kalo lo bosen," sinis Shinyu.
"Yu.."
"Bilang aja kalo lo emang nggak suka cowok, kita ini dari awal cuma kesalahan."
"Shinyu, maaf.."
There, he said it.
"Maaf buat apa?" desak Shinyu, mati-matian menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi. Ia benci terlihat lemah di depan Dohoon, selalu benci.
"Semuanya. Gue debut dalam waktu deket, grupnya udah kebentuk. Gue nggak mau masa lalu gue dicari-cari. Lo tau kalo kita ini tabu..."
"Oh ya? Lo malu?"
"Shinyu..."
"I've heard enough. Gue benci lo bangsat!!" tukas Shinyu, seolah tak peduli bahwa ia bisa saja membangunkan seisi rumah.
"Maaf," lirih Dohoon, lagi. Ia merengkuh Shinyu dengan hati-hati.
"...dan semoga lo baik-baik aja disana. Selamat ya. I'm still happy for you."
'Cklek'
"Dohoon, Papa denger ribut-ribut.. oh! Nak Shinyu rupanya," Tuan Kim menyembulkan kepalanya di sela pintu kamar Dohoon. "Papa ganggu kalian nggak?"
"Nggak Pa, Shinyu baru aja mau pulang."
Shinyu bangkit dari kasur Dohoon dan membungkukkan badannya pada pria paruh baya yang tengah tersenyum itu. Dan begitu saja, ia berlalu tanpa berkata apa-apa lagi.
"Kalian baik-baik aja?" tanya sang ayah ketika Shinyu diyakini telah pergi dari rumahnya.
"Kita udahan, Pa. Bisa biarin aku sendiri dulu?" pinta Dohoon seraya memutar tubuhnya, membelakangi sang ayah yang kini menampilkan raut khawatirnya.
- - - - -
Matahari telah nyaris terbenam lagi saat Shinyu terbangun dari tidurnya. Namun, ia tak mendapati Gunwook di sisinya. Ia meringis dan mengedarkan pandangannya.
Kosong.
Gunwook tampaknya sudah membersihkan sisa-sisa bercinta mereka sebelum meninggalkannya.
Ia duduk di tepi tempat tidur Gunwook dan meraih ponselnya di nakas. Banyak sekali panggilan tak terjawab. 3 dari Yujin, 5 dari Donghyun, 11 dari Ayden.. wait, Dohoon sama sekali tidak mencarinya?
Ia pun terkekeh miris. Apa yang ia harapkan dari hubungan yang sudah kandas itu memangnya?
'Cklek'
"Oh, lo bangun juga akhirnya?" Gunwook menghampiri Shinyu, lalu duduk di tepi kasur sembari mengalungkan lengannya di leher pemuda itu.
Shinyu menatapnya tersenyum, memberi kecupan singkat pada sudut bibirnya.
"Gue udah masakin makan malem buat kalian," ucap Gunwook pelan.
"Kalian?" Shinyu menaikkan sebelah alisnya.
"Buat lo sama Ayden. Dia nanti kesini, jadi gue minta tolong lo bersikap biasa aja ya."
"Ooh.. paham. Lagi deket ya kalian?"
Gunwook mengulum senyumnya.
"Baru sekarang bisa deket. Selama ini gue cuma nunggu."
"Berarti lo udah nggak nungguin gue 'kan?" suara Shinyu bergetar, menahan tangis.
"Loh? Bukannya dari awal emang nggak?" heran Gunwook. "I thought we're casual?"
"...well, fuck," Shinyu memaksakan senyum sembari melepaskan pelukan Gunwook. Ia bingung.
Kemarin malam, saat ia datang dengan hancur, Gunwook memperlakukannya bak raja. Membersihkannya setelah bercinta, mengganti sprei, lalu memeluknya hingga jatuh tertidur. Pernahkah Dohoon bersikap semanis itu? Itu yang membuat Shinyu merasa tidak baik-baik saja.
Membandingkan.. dan itu sama sekali bukan salah Shinyu.
.....tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?