Dua bulan berikutnya tiba. Hari itu adalah siang yang lumayan mendung di musim semi, dan Shinyu yang tengah sibuk dengan fansign berkali-kali melirik ke arah parkiran.
Fansign mereka diadakan di sebuah lapangan terbuka, dan ia bisa melihat dengan jelas mobil Gunwook yang terparkir di samping mini bus yang mereka gunakan untuk sampai di tempat tersebut. Jendela mobil Gunwook sedikit terbuka, dengan Dohoon yang menyembulkan kepalanya dan sesekali melambaikan tangan.
Gunwook mendengus saat dilihatnya Shinyu berinteraksi dengan penggemarnya. Bagaimana pemuda itu tersenyum dan berkelakar sementara Dohoon menarik nafasnya panjang, menahan rasa sakit dan tekanan di perutnya.
Dohoon memang telah mengeluh bahwa perutnya mulas semenjak tadi malam. Ia sempat meminta agar Shinyu tidak usah menghadiri fansign dan menemaninya. Namun lagi-lagi.. memangnya ia bisa apa?
Maka disinilah ia sekarang, menunggu Shinyu sembari berharap cemas dan menunggu pembukaannya bertambah. Ia rasa ia aman selama ketubannya belum pecah.
"Hoon.. mau tidur dulu nggak? Kayaknya Shinyu masih lama.. lo 'kan baru tidur bentar banget," ujar Gunwook sembari mengusap bahu Dohoon. "Sini tidur di paha gue aja.. mau dikencengin nggak AC-nya? Jendelanya tutup aja Hoon, lo udah keringetan gitu."
"Tapi gue kedinginan, Nuki," Dohoon mencebikkan bibir bawahnya. Ia berbaring dan menggunakan paha Gunwook sebagai bantal kepalanya, dengan kedua kaki yang ditekuk. Gunwook pun menyampirkan jaketnya untuk menutupi dada dan leher Dohoon, seulas senyum yang terkesan sendu ia berikan.
- - -
Satu jam berlalu, dan Dohoon telah benar-benar terlelap. Gunwook melempar pandangannya pada Shinyu yang tampak bersiap meninggalkan venue, lalu membuka jendela dan memberi tanda dengan tangannya.
Shinyu lantas mengangguk dan menggamit lengan Hanjin yang tengah melamun. Berbisik di telinganya dan membuatnya membelalakkan matanya. Mereka berdua bergegas menuju mobil Gunwook.
Hanjin duduk di kursi penumpang, dan Gunwook bertukar posisi dengan Shinyu lalu pindah ke kursi pengemudi. Gunwook pun melajukan mobilnya, meninggalkan tempat tersebut dan menuju rumah sakit yang berjarak lumayan jauh dari sana.
Hanjin menoleh ke belakang dan meraih tangan Dohoon yang terkulai lemas, memberinya rematan pelan.
"Kak, tangannya Kak Dohoon dingin.." cicit Hanjin seraya melirik Shinyu yang tengah sibuk menghubungi ibunya.
Dohoon perlahan membuka matanya dan menoleh pada Hanjin yang menatapnya cemas. Seulas senyum tipis ia berikan.
"Hanjin.. kok tegang gitu mukanya?" tanyanya.
"Lo tuh yang kenapa masih tenang-tenang aja.. emang nggak sakit?" protes Hanjin.
"Belum parah kok ini.." namun, Dohoon menggigit bibir bawahnya seusai berkata demikian. Ia menggeliat dan mendudukkan dirinya, kepalanya bertumpu pada bahu Shinyu sebagai sandaran. Ia juga semakin mengeratkan jaket Gunwook untuk menutupi lehernya. Kedua kakinya terlihat gemetaran, entah menahan sakit, dingin, atau keduanya. Erat matanya terpejam, sementara Shinyu merangkulnya dan mengecupi pelipisnya.
"Sayang.. sakit banget?" tanyanya lembut.
"Nggak.. cuma nggak nyaman aja.. dia gerak turun ke bawah.." Dohoon kembali menyunggingkan senyumnya.
Sedangkan Hanjin melirik takut-takut pada Gunwook yang terlihat mengeraskan rautnya. Diraihnya lengan pemuda itu dan ia usap pelan.
"Kak, fokus aja nyetirnya," bisiknya.
Gunwook melirik spion tepat saat Shinyu mengecup sudut bibir Dohoon sembari membisikinya. Hatinya berdenyut ngilu saat Dohoon memejamkan matanya erat dan meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?