Malam berikutnya tiba, dan Ayden muncul di depan pintu Gyuvin dengan keadaan yang tidak lebih baik dari kemarin.
"Gue kira lo di tempat Gunwook?" tanya Gyuvin.
"Ada Shinyu nginep, nanti gue ganggu," Ayden baru saja akan melangkah masuk, namun ia oleng dan nyaris tumbang.
Gyuvin pun dengan panik menuntun Ayden ke kamarnya, kemudian membaringkan pemuda itu di kasurnya."Empuk.." gumam Ayden. Ia memutar posisinya menjadi tengkurap dan mendusali bantal Gyuvin. "Akhirnya tidur di kasur beneran..."
Gyuvin menelan liurnya pahit. Ia menepuki pelan punggung Ayden, lalu menyelimutinya hingga sebatas leher dan mematikan lampu kamarnya. Saat ia kembali ke ruang tengah, Yujin sudah duduk bersila di karpet dengan papercup berisi air putih di tangannya.
"Kamu ngantuk nggak?" tanya Gyuvin sembari mengulurkan sebelah tangannya. "Bangun yuk, kita ngobrol di balkon."
Yujin menyambut tangannya dan bangkit berdiri, membuntuti Gyuvin tanpa berkata apa-apa. Ia sudah sangat mengantuk, sejujurnya.
"So... did you have fun today?" Gyuvin menoleh pada Yujin, seulas senyum muncul di wajah pemuda kelinci itu sebagai jawaban. "Glad that you did. I've never asked someone out before, so I probably suck..."
"I noticed something today," sela Yujin.
"What is it?" Gyuvin menaikkan kedua alisnya.
"Kakak banyak foto aku diem-diem," Yujin memicing, berpura-pura kesal.
"Oh.. itu..." Gyuvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kamu nggak suka ya?"
"Bukan gitu. Aku malu.. buat apaan sih? Bikin penuh galeri kakak doang."
"Memori kakak gede," ringis Gyuvin.
"You know that's not what I mean."
"Kalo kamu nggak suka, nih hapus aja," Gyuvin menaruh ponselnya di atas pangkuan Yujin. "Passcode aku 0-7-0-7."
"Gampang banget.." kekeh Yujin. Ia mencoba mengetikkan angka tersebut, namun kunci layar Gyuvin tidak terbuka.
"Lagian percaya aja. Nggak bolehlah, ngapain dihapus? You're pretty. Seeing you gives me energy," Gyuvin memamerkan cengiran lebarnya, kemudian merebut kembali ponselnya.
"Jahat banget.. aku dibohongin," rengut Yujin.
"Tapi kamu percaya sama kakak 'kan?" Gyuvin memainkan kedua alisnya.
"Nyebelin."
"Love you," Gyuvin kali ini menatap Yujin dengan senyum segaris di bibirnya. "Kali ini kakak nggak bohong."
"Bener kata Kak Dohoon, kakak tuh buaya," ketus Yujin.
"...gitukah?"
"Iya, kakak," Yujin memalingkan pandangannya dari Gyuvin. Untuk beberapa alasan, ia merasa kesal sendiri.
"Gara-gara kakak bilang love you, terus kakak buaya?"
"Buktiin. Sini.." Yujin menepuk sisi kosong di kursi kayunya. Kursi itu memang memiliki lebar dudukan yang cukup untuk dua orang dewasa.
Gyuvin berpindah ke sisinya, ia tiba-tiba saja merasa gugup. Terlebih saat Yujin menyandarkan kepala di bahunya dan mengusapi tangannya yang terkepal di atas pangkuan.
"Aku ngantuk," keluh Yujin.
"Terus kamu mau tidur di luar?" kekeh Gyuvin. Ia merasa konyol, rasa gugupnya barusan sepertinya tidak berdasar.
Yujin mendongak, kedua matanya yang sudah sayu mengerjap.
"You love me, right? We're this close.. aren't you gonna do something?"
"Apa?" Gyuvin memiringkan kepalanya, pertanda bingung.
Yujin menghela nafasnya, lalu mengikis jarak di antara mereka meski takut-takut. Gyuvin seketika tersadar, ia mendorong bahu Yujin dengan telunjuknya dan membuat mereka kembali berjarak.
"Kenapa?" cicit Yujin. Pelupuk matanya terasa hangat karena ia malu, Gyuvin telah menolaknya meski secara halus.
"It's gonna be my first kiss.." Gyuvin mengulum senyumnya. "I only want to do it when it feels right. This doesn't feel right."
"Kakak kenapa sih?" protes Yujin.
"Yang ngajarin kamu kayak gitu siapa sih?" Gyuvin menangkup wajah Yujin, mengusap pipinya dengan ibu jari kemudian menepuknya. "Udah mau tidur sekarang?"
"Kakak? Udah ngantuk?"
"Belum sih. Mau masak ramyeon," cengiran tampan itu kembali menghiasi wajah rupawan Gyuvin. "Kamu mau ramyeon juga nggak?"
"God no.." Yujin buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Fine. Tidur duluan aja, di kamar kakak. Biar kakak di ruang tengah. Kamu gapapa 'kan sekasur sama Ayden?"
Yujin memeluk Gyuvin dari samping, seraya mendusali lengannya dan menyeka matanya yang berair karena kantuk dengan lengan kaus pemuda itu. Ketika tangan Gyuvin mendarat di kepalanya dan memberikan usapan pelan, he knows...
...this Gyuvin, he really is the perfect guy that you can only win with such a luck.
Untuk saat seperti sekarang, Yujin merasa beruntung.
- - - - -
Keesokan paginya, Yujin terbangun di ruang tamu. Tubuhnya ditutupi jaket tebal milik Gyuvin, ia tersenyum simpul sembari mengendus wangi parfum yang menempel disana.
"Wangi banget.." gumamnya. "Dia kemana ya?"
Ia bangkit dari sofa, lalu tersandung dan terjatuh di atas tubuh seseorang.
...tunggu? Seseorang?
Pekikan tertahan itu terdengar karena wajahnya dan Gyuvin kini berjarak sangat dekat, dan lelaki itu tampak mengerjapkan matanya dengan heran.
"Kak.. sumpah aku nggak sengaja.." cicit Yujin. "Aku kesandung..."
"Morning, anak kecilnya kakak," Gyuvin tersenyum simpul, memeluk pinggang Yujin dan memutar tubuh mereka ke samping. Mereka kini berhadapan, namun Yujin malu-malu untuk menatap matanya.
"Kakak ngapain tidur di karpet sih?"
"Masa mau di kamar sama Ayden? Nanti kamu cemburu," Gyuvin mencolek ujung hidung Yujin yang memerah.
"You wish," ringis Yujin. "Rencana hari ini apa?"
"Nggak tau. Kamu maunya apa? Tapi kayaknya kalo Ayden masih demam, kita harus bawa ke dokter dulu..."
"Kakak ada obat penurun panas nggak?"
"Ada. Oke, kakak masakin kalian sarapan dulu," Gyuvin mengusak surai Yujin, kemudian pergi ke dapur sembari membenarkan celana tidurnya yang terlalu longgar.
"Lucu banget sih kayak bocah.." gumam Yujin.
"Kamu kali yang bocah, ngaca!" sahut Gyuvin seraya terkekeh.
"Kok kedengeran?"
"Iyalah, kakak mah peka nggak kayak kamu. Sini, temenin kakak masak," cengiran itu muncul di wajah Gyuvin.
Yujin pun melompat untuk bangun dari tempatnya berbaring, lalu berlari kecil ke arah Gyuvin dan duduk bersila di atas meja makan sembari menonton kekasihnya itu memasak.
"Kak, besok-besok aku yang masak ya? Perjanjian kita dari awal 'kan gitu. Tiap aku nginep, aku yang masakin kakak," ujar Yujin sedikit sungkan. "Aku nggak suka ngerepotin.."
Sementara Gyuvin? Ia lantas membeku di tempatnya, dengan pipi yang bersemu merah hingga ke telinga.
.....tbc
—————
A/N : nikmati~
.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?