Menjelang tengah malam, Gunwook yang sudah separuh mabuk karena dua botol soju yang ia habiskan sendirian menatap ponselnya yang terus-terusan bergetar dengan jengkel. Sementara Donghyun yang duduk di sampingnya melirik benda persegi panjang itu, memicingkan matanya.
'Yejun is calling'
"Lo nggak mau angkat? Kasian tuh nelponin dari tadi," ujar Donghyun dengan nada membujuk.
"Lo ajalah yang angkat, ngapain sihhhh," dengus Gunwook.
Donghyun menggeser tombol hijau di layar ponsel Gunwook, lalu memasang mode loud-speaker.
"Gunwook? Gue boleh nginep ga.."
Lutut Donghyun seketika melemas. Suara Yejun terdengar bergetar dan parau di seberang sana.
"Ayden.. maaf, ini gue Keum. Lo kenapa?"
"Gue ribut sama papa, jadi gue cabut dari rumah. Gue boleh kesitu?"
"Iya tapi ini lagi pada minum sih.. not a good timing. Lo kehujanan?"
"Gue berteduh tapi ini dingin banget."
"Sebentar, gue turun ke bawah."
'Tut'
Donghyun bergegas ke lantai dasar dan berlari keluar dari gedung dengan membawa sebuah handuk besar. Ia membuka gerbang sedikit tergesa. Terang saja, hujan tengah turun deras dan Ayden dengan bodohnya berkeliaran.
"Shit.." umpat Donghyun sembari membungkus tubuh menggigil Ayden dengan handuk yang ia bawa. Ia menuntun tubuh ringkih itu masuk ke dalam unit Gunwook.
Mereka berdua duduk di dapur, dan Ayden memeluk dirinya sendiri. Ia hanya mengenakan kaus lengan pendek dan celana piyama yang basah kuyup. Donghyun tentu saja tidak tega. Diusapnya pucuk kepala Ayden pelan.
"Lo kenapa? Dipukul? Sini liat.." Donghyun menangkup dagu Ayden, membuatnya mendongak. Sudut bibir Ayden terkoyak dan mata kirinya lebam.
"Ayden?" Gunwook menghampiri Ayden dengan langkah sedikit sempoyongan, tak percaya bahwa kawannya itu benar-benar mendatangi rumahnya. Ia melirik jam di dinding, menyadari bahwa hari sudah kelewat larut.
Donghyun bertukar pandang dengannya, kemudian pergi seolah mengerti. Ia menepuk bahu Gunwook beberapa kali, alisnya bertaut.
"Urus Ayden, kasian tuh.." bisiknya.
Gunwook pun duduk di samping Ayden tanpa bicara. Sesekali menghela nafasnya, ia seketika merasa sober.
"Gunwook.. gue diusir Papa.." Ayden mengambil tangan Gunwook dan menggenggamnya hati-hati. Gunwook memalingkan wajahnya dan melepaskan tangannya dengan paksa, lalu merangkul Ayden dengan tangan yang sama. Ayden sedikit mendongak, mencoba menatap Gunwook yang masih menghindari matanya.
Ayden lantas meringkuk, menekuk kakinya. Bersandar dan bertumpu penuh pada dada Gunwook yang terlalu bidang untuk anak seumurnya. Jangan lupakan pula bahwa ia memiliki tinggi di atas 6 kaki.
"Mau istirahat?" Gunwook yang tadinya hanya merangkul, kini merengkuh Ayden dan menopangkan dagunya di pucuk kepala lelaki yang lebih mungil darinya itu. Ayden mengangguk pelan. Gunwook menghela nafasnya panjang, sebelum berkata. "Gue kecewa sama lo, bukan marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?