'Naega taeyangiramyeon mariya
Mworalkka, neon naui seojjogigetji
Hannajui tteugeoum, bireul meogeumeun gureumdo (Woah, woah)
Gyeondin du barui kkeuteun gyeolguk neoegero hyanghani mariyaMyeot beoneul neomeojyeotdeon geoya
Dasi utdeon neoui eolguri
Noeure muldeureosseoHimkkeot neoreul aneumyeo
Sijakae
Neoui ttami nunbusyeo
Sojunghae
Uri jeo geumbit seoneul neomja
Bwabwa imankeum wasseo
Beokchan i gamjeongman gieokae
Say it, woah-oh-oh, oh-oh, woah-oh-oh, oh-ohKeep on rocking, rocking
Nae mameul jigeum
Gamdang mot hae mot hae
Let's keep on rocking, let's keep on rocking
Keep on shining, shining
Hwanhuiro binna
Ireoke sonjabeun gil wie
Hamkke itjanaJibe doraganeun gireun oeropji ana
Yeah, nan ongireul neukkyeo (ongireul neukkyeo)
Seororeul barabol ttae beolsseo algo itjana
Jalhal su isseo'- - -
Shinyu tak berkedip menatap Yujin saat bagian duetnya. Seharusnya, part tersebut miliknya dan Dohoon, dimana mereka mempertemukan dahi dan bernyanyi bersama.
Melakukannya dengan Yujin yang tak bisa menyembunyikan raut bersalah, membuat Shinyu merasa berkali lipat lebih buruk. Setelah lagu selesai dan panggung berubah gelap, Shinyu melepaskan tangisnya.
"Kak.. maafin gue..." Yujin memeluk Shinyu dari belakang begitu mereka turun dari panggung.
Shinyu memberontak, berusaha melepaskan diri. Ia lalu menghadap pada Yujin dan menatapnya sengit.
"Lo..." ia mengangkat telunjuknya ke arah wajah Yujin. "Lo nggak akan pernah bisa jadi dia. Lo cuma benalu disini. Gue nggak sudi, dan nggak akan pernah sudi. Jangan lakuin itu lagi. Minta koreonya diganti, itu bukan hak lo. Itu punya Dohoon!" nada suara Shinyu semakin meninggi dengan setiap kalimat yang ia ucapkan.
Yujin terlampau terkejut untuk merespon, ia juga tidak sempat menghindar saat Shinyu mendorongnya keras hingga ia jatuh terduduk.
"Woi! Brengsek! Lo nggak perlu segitunya sama Yujin! Yujin juga kehilangan, bukan cuma lo!" Gunwook yang sedari tadi menonton mereka dari backstage, berlari ke arah Shinyu dan mendorong bahunya.
"Ooh.. lo panggil gue apa tadi? Brengsek? Jadi ini lo yang asli?" Shinyu tersenyum miring sembari melipat tangannya di depan dada.
"Itu bagian dari koreo kalian, bisa nggak sih lo waras dikit?"
"Waras?? HAHAHAH. Lo pikir setelah yang gue lewatin, gue bisa? I'm barely surviving here, you asshole!" tawa Shinyu sinis sekaligus perih terdengar.
- - -
Sesampainya di dorm, Yujin pergi ke kamar Dohoon (yang sekarang adalah kamarnya) untuk beristirahat lebih cepat. Ia baringkan tubuh lelahnya setelah melepas jaket, masih dengan kaus kaki yang menempel.
"Kak Shinyu! Ngapain sih lo, nggak usah macem-macem!"
Keributan kecil terdengar di depan kamar Yujin, sebelum pintu itu terbuka dan Shinyu masuk tanpa permisi.
Shinyu berdiri di tepi kasurnya, arti tatapan itu tak sanggup Yujin baca.
"Geser, gue mau tidur," Shinyu berucap datar.
Menurut, Yujin semakin menempelkan punggungnya pada tembok guna memberi tempat untuk Shinyu.
Perlahan, Shinyu berbaring menyamping hingga mereka saling berhadapan.
"Yujin.." lirih Shinyu. Ia meraih pinggang Yujin, memeluknya dan menenggelamkan kepalanya di perut pemuda itu.
"Iya, gue ngerti kok, kak," Yujin tersenyum sendu, tangannya sibuk mengusapi surai halus Shinyu.
"Maaf.. maafin gue.. gue beneran nggak bermaksud buat ngatain lo kayak gitu. Gue..."
"Kak, udahan minta maafnya. Gue nggak mau dengar lagi."
"Boleh cium? Gue kangen.. sama Dohoon."
Sakit.
Namun, entah Yujin yang terlalu memaklumi atau Shinyu yang tak tau diri, suara berkecipak itu perlahan mulai terdengar.
"Secantik ini.. udah diapain aja sih sama Gyuvin? Mau nyobain gue nggak? Siapa tau, pacar lo yang lagi asik sama orang lain itu nggak ada apa-apanya."
Shinyu mengusapi belakang kepala Yujin, tatapan matanya penuh perasaan meski berbanding terbalik dengan kata-katanya yang tak senonoh. Sementara sebelah tangannya, telah sampai pada perut Yujin di luar kausnya.
"Woah.. nice abs you got there. You're not that little kid anymore, huh?" kekeh itu terdengar. "Gue boleh liat nggak nih? Atau cuma boleh pegang aja?"
Yujin menggeleng ribut saat jari-jari Shinyu hendak menarik kaus yang ia kenakan.
"Jangan kak, aku punya pacar," Yujin menyahut.
"Pertanyaan gue sama jawaban lo nggak nyambung. Gue tanya boleh pegang nggak, kenapa jawabnya punya pacar? Emang gue tanya, lo punya pacar atau nggak?" Shinyu tertawa meremehkan. Jaraknya dan Yujin semakin ia kikis, membuat yang lebih muda memejam dan merapalkan doa dalam hati.
"Lo punya pacar, fine. Tapi kalo gue lamar lo, gimana? Anak gue butuh sosok yang bisa jadi ibu buat dia. He doesn't need another dad. What do you say?"
Yujin bungkam, sekaligus mengutuk. Bisa-bisanya, masa depan yang ia idamkan, Shinyu janjikan begitu saja seperti bukan apa-apa.
"I know you'll make a good mother. You love my son like your own, don't you?"
Perlahan, Yujin mengangguk, namun ia lantas menggeleng.
"Gue nggak bisa sama lo, kak. Gue nggak mau jadi bayang-bayangnya Kak Dohoon, since apparently that's all I'll ever be to you..."
Shinyu memotong perkataan Yujin dengan kembali menciumnya, dalam namun lembut. Lidah mereka menari, perlahan Shinyu daratkan telapak tangannya di punggung Yujin dari balik kausnya.
Yujin membelalakkan matanya, sejak kapan tangan Shinyu sampai disana?
Ia pun sepihak menghentikan ciuman mereka.
"Kak.. udah kak, ini udah kejauhan," ujarnya memelas.
Binar ketakutan itu jelas di mata Yujin, Shinyu seketika teringat kali pertamanya dengan Dohoon yang ia paksakan.
"Maaf..." lirihnya. Ia beringsut mundur, memberi jarak di antara mereka dan menutup wajahnya menggunakan bantal agar ia tak perlu bersitatap dengan Yujin dan semakin merasa bersalah.
'Maafin kakak, Ddoi. Lagi-lagi, kakak nggak bisa nahan diri.'
.....tbc
—————
A/N : halo, ini udah mau tamat ya.
Jangan lupa mampir Mr. Photographer 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?