44. Janji

83 10 2
                                    

Menjelang petang, Dohoon akhirnya tertidur pulas dan Shinyu membiarkannya sendiri. Ia pamit pada Yujin dan ibunya untuk kembali ke dorm.

"Kabarin gue kalo Dohoon butuh sesuatu," ujar Shinyu seraya menepuk bahu Yujin. Ia lalu membungkuk pada Sunhwa, tersenyum sopan. "Saya pergi dulu, Tante. Besok pagi saya kesini lagi."

"Hati-hati ya, nak Shinyu. Makasih udah urusin Dohoon dari semalam," ucap Sunhwa.

"Anytime, Tante."

Sepergian Shinyu, Sunhwa tiba-tiba saja memeluk Yujin dari samping dan mengusapi surainya.

"Kenapa, Ma?" Yujin terheran.

"Anak baik.. kamu anak Mama satu-satunya. Jaga diri kamu ya?" lirih Sunhwa. Dikecupnya pelipis Yujin, membuat pemuda itu semakin bingung.

"Kok Mama ngomong gitu.. Kak Dohoon 'kan juga anak Mama?"

"Kamu ngertilah maksud Mama. Jangan dewasa dulu ya, Yujin?" Sunhwa melepaskan pelukannya. Ia menangkup sebelah pipi Yujin, mengusapnya dengan ibu jari. "Tetap jadi kebanggaannya Mama."

Yujin mengangguk, memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

"Aku ke kamar dulu ya, Ma? Mau istirahat bentar."

- - -

Dohoon bergabung di meja untuk makan malam. Ia merasa lebih baik, meskipun sedikit kesal karena Shinyu sudah pergi.

"How's life, Dohoon? Papa rasanya udah lama nggak liat mukamu," Dongwook menatap putranya tersenyum. Mereka duduk berseberangan, dengan Yujin di samping kanannya dan ibunya di sisi berlawanan. "Kamu sama Shinyu udah baik-baik aja sekarang? Waktu itu 'kan kalian sempat putus."

Dohoon nyaris tersedak karena pertanyaan ayahnya yang terlalu tiba-tiba. Ia buru-buru menegak air minumnya.

"Masih putus, Pa. Baiknya begini aja," Dohoon kemudian menjawab, setengah berbohong.

"Jadi... kalian bukan apa-apa?" Sunhwa menyela. Raut marah jelas kentara di wajah cantiknya.

Yujin pun merasa semakin kecil di kursinya, ia jarang melihat ibunya menunjukkan sisi itu. Maka, ia memilih untuk bungkam dan fokus menghabiskan makan malamnya.

"Mau Mama yang bilang, atau kamu jujur sama Papamu sekarang?" Sunhwa semakin menaikkan nada suaranya.

Dohoon seketika berdegup kencang. Ia menatap ayahnya dengan iris bergetar.

"Kenapa, Dohoon?" Dongwook bertanya dengan nada membujuk. "Papa nggak marah kalo kamu jujur. Ada apa?"

"Dohoon bikin salah, Pa..." Dohoon menunduk, meremat celana piyamanya sendiri.

"Iya? Apa salah Dohoon?"

Dohoon tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia mengerjap, membiarkan air matanya jatuh tanpa ia seka.

"Hei..." Dongwook bangkit dari kursinya, lalu pindah ke kursi kosong di sebelah kiri Dohoon. "Kamu kenapa, nak? Kok malah nangis sih, jagoan Papa?" dirangkulnya putra sulungnya itu.

Dohoon menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah, sebelah tangan menutupi wajahnya yang sudah tak karuan.

"Dohoon bukan jagoan, Pa," lirih Dohoon. "Dohoon udah bikin keluarga ini malu..."

"Separah apa sih kesalahanmu? Kamu bukan anak nakal, Dohoon. Papa percaya nggak seburuk itu. Bilang sama Papa, nak."

"He's with child, Dongwook. Kalo bukan sama Junghwan, terus sama siapa? Kamu jadi idol, tinggal jauh dari rumah, lalu kamu hidup terlalu bebas, iya?!" bentak Sunhwa.

PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang