Sebulan kemudian...
Acara pernikahan Shinyu dan Gunwook benar-benar tertutup, tanpa wartawan. Mereka hanya mengundang kawan-kawan dekat Gunwook serta anggota TWS yang lain, dan keluarga inti mereka berikut ayah dari Dohoon dan Yujin tentunya.
Seusai pemberkatan, Shinyu berlari ke arah pria itu dan bersimpuh di kakinya.
"Om.. makasih Om mau dateng..." ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca. Pria itu pun berlutut di hadapan Shinyu dan menangkup pipinya.
"Om yang makasih karna kamu berbahagia. Ini yang Dohoon mau buat kamu, buat kalian berdua. Jadi.. mana cucu Om?"
"Disana Om.. lagi dipangkuin sama anak-anak," Shinyu menoleh ke arah kawan-kawannya yang berkumpul di meja bundar. Ia pun membantu pria di hadapannya berdiri dan merangkulnya, menuntunnya ke meja tersebut.
"Om... sini Om duduk," ujar Gyuvin seraya bangkit dari tempat duduknya. Dongwook pun duduk disana sembari menatap satu per satu kawan-kawan putranya.
"Masih muda-muda banget ya kalian, Om jadi minder," pria itu tersenyum ramah. "Om mau gendong Jungha, boleh pinjem? Kamu kayaknya suka banget sama anak kecil.." ia menepuk punggung Jihoon yang duduk tepat di sampingnya.
Jihoon pun memindahkan Jungha ke pangkuan pria itu, seulas senyum menghiasi wajah manisnya. Sementara Gyuvin menduduki paha Yujin tanpa aba-aba, membuat kekasihnya itu memekik pelan dan memukul punggungnya.
"Apa-apaan? Kok nggak tau diri sih? Kakak pikir kakak sekecil Jungha?" tukasnya.
"Kok kamu galak sih?" ringis Gyuvin, ia lalu menepuk pelan perut Yujin. "Perasaan baru bikin semalem.. apa udah jadi ya?"
Yujin yang terlampau malu pun menenggelamkan kepalanya di punggung Gyuvin untuk bersembunyi dari tatapan terkejut kawan-kawannya.
"Don't look at me like that.. I'm now legal!" dengus Yujin.
Shinyu buru-buru membawa Dongwook pergi dari sana, mengantarkannya ke meja tempat para orangtua berkumpul.
"Maaf ya Om.. temenku pada bikin malu," cicit Shinyu.
"Nggak apalah, Om juga pernah muda kok. Yang penting hati-hati," pria itu menepuki bahu Shinyu dengan gemas.
"Okay, I got some good news as well," ujar Hanjin tiba-tiba, membuat kawan-kawannya sontak menatapnya antusias. "Taman kanak-kanak gue sama Kak Anton, minggu depan udah bakal diresmiin."
"Wait what? Hanjin, lo bikin sekolah? Kok kita nggak tau?" sahut Jihoon.
"Iya. Ini bakal sekalian jadi daycare, buat anak-anak yang orangtuanya sibuk. Kak Anton nggak mau mereka ngerasa ditelantarin kayak dia dulu.. that's why we did it."
"Gue juga baru dikasih tau semalem! Dia bener-bener nggak bilang apa-apa.." timpal Kyungmin. "Gila, keren banget temen gue!"
"Hahaha, apaan sih! Nggak ikhlas banget lo mujinya."
"Nggak ikhlas lah anjir, pacar lo ganteng gue iri."
"Lah? Kata siapa dia pacar gue sih? We're business partners!"
"Halah bohong," sambar Yujin.
- - -
Malam harinya, Shinyu dan Gunwook pergi ke kuil untuk berdoa. Lebih tepatnya, hanya Gunwook yang berdoa. Ia meminta kesejahteraan untuk rumah tangga yang baru saja akan ia bangun dengan Shinyu.
Kini, ia telah menyadari bahwa Shinyu memang sama sekali tidak mencintainya. Shinyu hanya bergantung padanya untuk membesarkan putranya, tapi ia sama sekali tidak keberatan. Ia yakin, suatu saat Shinyu benar-benar akan meninggalkan Dohoon di belakang dan membuka hati untuknya.
"Lo mau kemana sekarang?" tanya Gunwook sembari merangkul bahu Shinyu ketika ia telah selesai berdoa. "Mau ke rumah lo, atau ke rumah gue?"
Pertanyaan itu tentu saja membuat Shinyu bingung sekaligus merasa dipojokkan. Sesungguhnya ia ingin melewatkan malam itu seperti biasanya. Pulang ke rumah ibunya dan bergelung di dalam selimutnya yang hangat, dengan Gunwook yang akan merengkuhnya hingga pagi datang. Namun, ia sadar betul bahwa ia harus melakukan sesuatu yang lebih di malam pengantin mereka.
"Gue nggak akan minta apa-apa ke lo, Shinyu. Nggak ada yang istimewa disini, kita nggak berubah. Lo nggak usah sungkan sama gue," Gunwook menepuk pucuk kepala Shinyu, ia paham akan keraguan di binar matanya.
"Gue.. mau ke tempat lo. Tapi besok pagi kita pulang ya? Gue udah kangen Jungha," cicit Shinyu.
"Sure, My Prince," Gunwook memberi kecupan panjang pada dahi Shinyu sebelum menuntunnya ke mobil.
Sepanjang perjalanan, Shinyu bersandar dengan nyaman pada bahu Gunwook. Gunwook sesekali mencuri kecupan pada pucuk kepalanya yang berbau melon. Ia bersyukur, setidaknya Shinyu berusaha memperlakukannya sebagaimana yang ia inginkan. Ia menyukai saat Shinyu bermanja padanya, meski ia tau pemuda bersurai coklat itu tidak melakukannya sepenuh hati.
Sesampainya di kediaman Gunwook, pemuda itu menggendong Shinyu dan membaringkannya dengan hati-hati di kasurnya. Shinyu tersenyum malu, pipinya merona merah dan ia tidak berani menatap Gunwook.
"You sure you don't like me yet at this point? Look at you, you're all flushed," kekeh Gunwook sembari menggesekkan hidung mereka. Ia pun mengukung Shinyu di bawahnya, sementara lelaki yang lebih tua kini menatapnya sayu.
Shinyu mengusap sisi leher Gunwook dengan sentuhan seringan bulu, kemudian menarik dagunya dan mempertemukan bibir mereka. Gunwook membalas ciumannya dengan lembut, melumat pelan sembari menangkup wajah mungil Shinyu.
"Lo boleh lakuin apa aja yang lo mau buat malem ini," Shinyu berujar pelan begitu Gunwook memutuskan tautan bibir mereka.
"I don't want you to regret it later, Shinyu. Gue tau diri, gue nggak mau ngerusak apa yang kita punya sekarang. Simpen aja buat seseorang yang bener-bener milikin hati lo. Mungkin suatu hari lo bakalan nemu..." Gunwook tersenyum segaris seraya mengusap sebelah pipi Shinyu dengan ibu jarinya.
"Nuki, we're married. Kok lo gitu ngomongnya? Lo pikir setelah ini gue bakalan berkeliaran nyari gantinya Dohoon? Buat apa? Dia pergi, bukan berarti gue harus dapet gantinya," Shinyu menatap Gunwook dengan terluka, dan itu membuat si lelaki bongsor merasa bersalah.
"Alright, forgive me. Lo boleh kasih semuanya ke gue nanti.. by the time when you've loved me back. I'll wait. There's no rush. I know it's hard, Yuya. It's only been three years," ucap Gunwook lembut.
"There, that's better. That's what I want to hear from you. Hug me now, don't act like we've never had sex before you punk! Gue mau tidur sambil dipeluk sama suami gue," Shinyu mengerjapkan matanya, membiarkan air matanya yang telah ia tahan sedari tadi menitik.
"I love you, Yuya," Gunwook membawa Shinyu ke dalam rengkuhannya dan menarik selimutnya hingga sebatas leher.
"Goodnight, Hubby," gumam Shinyu seraya menatap Gunwook sayu. "To our forever?"
"I hope I can keep you entertained," Gunwook kembali mengulas senyum tampannya, sementara pelukannya pada pinggang Shinyu ia eratkan dan jarak mereka semakin terkikis.
'Goodbye for now, Kak Junghwan. I wish you every happiness.'
...dan sosok itu, pergi menghilang ke dalam cahaya yang tidak memiliki ujung.
————— END —————
A/N : halo. Makasih buat yang udah baca dan setia ikutin lika-likunya, sampai jumpa di book baru "MR. PHOTOGRAPHER".
I promise it's not gonna be as sad and complicated hehe, enteng kok kisah anak kuliahan🤏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?