Dohoon's POV
Empat hari telah berlalu semenjak aku pergi. Pagi itu, Kak Junghwan pada akhirnya keluar dari kamar setelah mengurung diri dan terus menangis. Ia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air, namun ia telah kehabisan tenaganya bahkan untuk memberi dirinya sendiri minum. Gelas yang ia ambil dari kabinet jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping.
Kak Junghwan berlutut di lantai dan membereskan hasil ulahnya itu dengan hati-hati. Namun, matanya berkilat ketika ia menemukan salah satu kepingan yang terlihat tajam. Ia mengambil kepingan itu dan membawanya mendekati nadinya.
Aku menangis dan berlari ke arah Gunwook yang tengah tertidur di sofa, merutukinya karena ia tidak bergeming sedikit pun dengan keributan yang barusan terjadi.
"Nuki.. please.. wake up.." lirihku. Aku mencoba mengguncang bahunya, hal yang bodoh memang karena tentu saja aku bahkan sudah tidak bisa menyentuhnya.
"Oekkk... oekkkk..."
Jungha kecilku menangis karena lapar, benar-benar tepat waktu. Shinyu dengan sigap menghampirinya dan menimangnya. Ia ikut menangis saat pandangan mereka bertemu.
"Kenapa kamu mirip banget sama Bundamu, nak? I can't take it..." isak Kak Junghwan.
Gunwook menyentuh bahu Kak Junghwan, lalu memindahkan Jungha ke dalam gendongannya.
"Sama gue aja. Lo mandi gih, bentuk lo udah nggak karuan," ujar Gunwook seraya mengulaskan senyumnya. "Akhirnya lo keluar dari kamar.. gue udah khawatir aja, takut lo kenapa-napa di dalem sana," Gunwook mengusap pipi Kak Junghwan yang terlihat pucat.
Kak Junghwan tidak berkata apa-apa. Ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya. Dan aku? Tentu saja aku mengikutinya. Aku rindu pada posturnya yang mendekati sempurna.. jangan salahkan aku!
Kak Junghwan melucuti pakaiannya satu per satu, kemudian menatap pantulannya sendiri di cermin. Ia menyisir poni panjangnya dengan jari dan mengutuk pelan.
"Even now I look like you with this hair, Ddoi. Damn it.. why are you doing this to me?"
Ia mengambil gunting yang terletak di kabinet atas dan memotong sedikit poninya. Tidak.. Kak Junghwan dan benda tajam bukan kombinasi yang bagus untuk saat ini.
'Cklek'
Gunwook memasuki kamar mandi kami tanpa permisi. Ia merebut gunting dari tangan Kak Junghwan dan menyisir poninya, lalu merapikan sekaligus menipiskannya.
"Lo mau mandi 'kan?" tanya Gunwook lembut. "Bareng sama gue ya. Biar gue keramasin."
Oke, ini buruk. Aku rasa ini waktunya aku memberi mereka privasi. Aku bukan kemari untuk mengintip Gunwook juga, aku hanya ingin priaku!
- - -
Di hari yang sama, Kak Junghwan dan Gunwook mengemasi semua barang-barangku ke dalam kotak, termasuk baju-baju yang telah kubeli untuk Jungha. Aku pikir, mereka akan membuangnya. Namun, setelahnya, mereka juga mengemasi kepunyaan Kak Junghwan sekaligus Jungha ke dalam koper. Rupanya, Kak Junghwan berniat untuk meninggalkan tempat ini.
Dalam satu jam, mereka selesai berkemas dan memasukkannya ke bagasi mobil Gunwook. Gunwook membukakan pintu penumpang untuk Kak Junghwan, dan ia pun mendudukkan dirinya sembari memangku Jungha dengan hati-hati. Aku mengambil tempat di jok belakang, menatap bangunan apartemen yang menyimpan sejuta kenangan dengan sendu bersamaan dengan melajunya mobil ini.
Sesosok wanita cantik yang kukenal baik menyambut Kak Junghwan dan Gunwook begitu mereka memasuki pekarangan rumahnya. Ya, itu tidak lain adalah rumah Kak Junghwan. Ia memilih pulang, dan untuk banyak alasan aku bisa bernafas lega.
Kak Junghwan pergi ke kamarnya, dan Gunwook mengikutinya sembari membawa kotak berisi tempat tidur Jungha. Ia membaringkan Jungha yang tertidur di kasurnya dan menyelimutinya, lalu duduk membelakanginya.
"Mau gue rakit dimana? Di samping tempat tidur lo aja ya biar deket?" tanya Gunwook. Ia berlutut di depan Kak Junghwan yang hanya diam dengan kepala tertunduk.
"Boleh di kamar tamu aja nggak? Gue nggak bisa liat dia terus.. dia terlalu mirip sama Dohoon.." Kak Junghwan berujar lirih.
"Alright, alright.. as you wish. Maaf ya gue nggak mikir kesitu," Gunwook tersenyum seraya mengusap kedua lengan Kak Junghwan.
Aku mendudukkan diriku di samping Kak Junghwan begitu Gunwook pergi ke kamar tamu, membelai kepalanya meski tak sampai.
"You'll be okay, Kak Junghwan. You'll get through this," gumamku.
Kak Junghwan mengambil dua buah boneka ikan yang kala itu kutangkap dengan claw machine untuknya dan menaruhnya di dekat bantal kepala. Seulas senyum sendu terukir di wajah rupawannya yang tampak pucat dan lelah karena terus-terusan menangis selama empat hari yang terlewat. Ia membuat kedua ikan itu berciuman, persis seperti yang kulakukan dulu setelah menangkap mereka.
Aku menutup mulutku dengan tangan, meloloskan air mataku saat Kak Junghwan memeluk boneka ikan yang berwarna emas dan mengecupinya seluruh wajahnya seolah itu adalah aku.
"Don't do this, Kak Junghwan.. come on, you're better than this," pintaku.
Ia pun berbaring meringkuk, masih belum melepaskan pelukannya pada boneka kesayangannya. Ia bahkan mengabaikan putra kami yang telah terbangun dan merengek, meminta perhatiannya. Itu membuatku semakin bersedih, namun aku juga tidak bisa menyalahkannya. Ini semua salahku karena aku pergi terlalu cepat.
- - -
Malam harinya, Hanjin dan Yujin berkunjung untuk menemani Kak Junghwan, karena Gunwook harus pergi untuk urusan pekerjaannya. Jungha dibiarkan tidur sendiri di kamar tamu sedangkan kedua adikku yang manis sibuk mengurus Kak Junghwan yang sulit sekali memakan makanan yang telah dibuatkan ibunya. Aku pun memilih untuk menemani putraku dan mempercayakan Kak Junghwan pada mereka.
Sekitar pukul 11 malam, Hanjin memasuki kamar tamu untuk memeriksa keadaan Jungha, dan itu membuatku merasa tenang. Setidaknya, putraku tidak benar-benar sendiri. Aku berjalan mendekatinya ketika ia mengusapi pipi Jungha yang telah tertidur nyenyak. Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum padaku. Terang saja aku terkejut.
Hanjin bisa melihatku?
"It's really hard to part, isn't it?" tanyanya.
Aku mengangguk, seketika sudut mataku terasa panas.
"Lo tenang aja ya kak, kita semua bakal sebisa mungkin jagain Kak Shinyu sekaligus anak lo. It's okay, you're done here."
"Jagain Yujin juga.. dia juga kesayangan gue.." cicitku. Aku mencengkeram lengan Hanjin, dan kali ini aku tidak meleset. Ah, tentu saja. Ia bisa melihatku.. tidak aneh jika ia bisa menyentuhku juga.
"I promise you, kak."
"Good then, that's what I need to hear. Gue mau nemenin Kak Junghwan tidur sekarang. Lo bakal disini sama Jungha atau...?" aku mengulaskan senyumku.
"Iya, nanti gue sama Yujin yang disini. Mana mungkin bayi selucu ini kita biarin tidur sendirian," Hanjin terkekeh pelan, namun aku bisa melihat kilatan air matanya.
"Thank you, Hanjin. Thank you for taking care of my beloved ones."
"You can count on me for anything, just name it. I know you still have things you need to get done. I'm here for it," Hanjin mengusap bahuku.
"Gue bisa pegang kata-kata lo?" aku menatapnya berbinar. "Alright! Starting from tomorrow, I'll keep you busy."
"Sebebas lo, kakak cantik. Kita dikasih hiatus 3 bulan.. and I'm willing to spend them all for you and your Little Prince."
.....tbc
—————
A/N : disini aku mau kasih POV dari Dohoon juga ya, sampe tiba waktunya mereka pisah 'lagi".
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?