Malam harinya, Gunwook mengetuk pintu kamar Shinyu untuk mengajaknya makan malam di luar. Ia menunggu di ruang tamu hingga akhirnya pemuda bersurai coklat kemerahan itu keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi.
"Shinyu, lo pake liptint?" Gunwook menarik dagu Shinyu, membawa wajah rupawan itu mendekat padanya. Shinyu pun mengernyitkan hidungnya.
"Kenapa kaget? Lupa ya gue emang dulu suka dandan?" herannya.
"Lupa. Gue udah kebiasa liat lo yang tiap hangout acak-acakan."
"Sialan, harusnya gue tau lo mau ngatain lagi," Shinyu meringis, kemudian mendorong bahu Gunwook pelan dan membuatnya menjauh. "Kita mau kemana, Nuki?"
"Ke kuil dulu. Gue mau berdoa buat Dohoon. You should too!"
- - -
Gunwook menuliskan harapannya untuk Dohoon pada kertas begitu ia selesai berdoa. Kertas itu ia gantung di depan altar, sembari ia menarik nafasnya panjang. Ia menoleh pada Shinyu yang hanya diam di belakangnya.
"Shinyu, nggak mau berdoa juga?" tanyanya.
"Berdoa buat apa? Toh itu nggak akan bikin dia balik," Shinyu mengulaskan senyum yang terlihat sendu. Ia pun bangkit berdiri dan pergi lebih dulu meninggalkan Gunwook.
Di sepanjang perjalanan menuju restoran, Shinyu benar-benar tidak berbicara. Ia hanya menatap sayu pada cermin di atas kepalanya.
"Jangan liatin aku terus, kasian Gunwook kakak cuekin," ucap Dohoon yang rupanya duduk di jok belakang mobil Gunwook. Shinyu menyunggingkan senyum kecil, kemudian menggamit sebelah lengan Gunwook dan bersandar pada bahunya.
"Laper.." cicitnya. Gunwook lantas terkekeh.
"Jadi lo tuh diem karna laper? Ya ampun.. gue kira kesambet. Sabar ya, bentar lagi kita sampe kok."
- - -
Gunwook membukakan mantel Shinyu dan menggantungnya begitu mereka sampai di restoran. Itu membuat lelaki yang lebih tua menjadi sedikit salah tingkah, ia tidak terbiasa diperlakukan manis. Bahkan, Gunwook menarikkan kursi untuknya.
"Gue bisa sendiri, Nuki.." gumamnya.
"Well, it's a dinner date. I'm supposed to spoil you," Gunwook mengusap pucuk kepala Shinyu, sebelum ia mendudukkan dirinya di hadapan pemuda itu. "I don't know what's wrong with you today but.. please, cheer up a little."
Shinyu mengangkat kepalanya, ia mengambil sebelah tangan Gunwook, membawanya ke wajahnya dan menyandarkan pipinya pada telapaknya.
"Hangat.." gumamnya.
"Gunwook?" sebuah suara berat menginterupsi mereka. Mereka menoleh, mendapati sepasang sejoli dengan beda tinggi yang kontras disana.
Shinyu mengerjapkan matanya dengan takut, pemuda tinggi itu tampak seperti akan menghajar Gunwook... dan ia separuh benar.
"Ikut gue keluar!" tukas pemuda bersurai merah itu. Gunwook pun mengikutinya tanpa berkata apa-apa lagi. Ia paham betul mengapa Yewang, kawan lamanya itu terlihat murka.
"What is it?" tanya Gunwook sembari bersandar pada tembok bata, kedua tangannya ia masukkan ke saku celana.
"Mainan lo udah baru lagi aja ya? Mana mantan gue yang udah lo rebut? Itu pecun dari mana lagi yang lo pungut? Lo tuh kenapa sih nggak tobat-tobat? Mau sampe kapan?" Yewang bertanya dengan mata memicing.
"First of all.. gue emang udah lama nggak sama Ayden," Gunwook mengangkat kepalanya dan balas menatap Yewang, meski pandangannya berubah kosong. "Kedua. He is gone, Yewang..."
"What do you mean gone?"
"It's been a year, he took his own life. Gue emang sengaja nggak kasih tau ke banyak orang. Dia nggak mau ditangisin..."
Yewang meninju tembok di samping kepala Gunwook, kemudian menarik kerah kemejanya.
"Lo nganggap gue temen nggak sih? Bisa-bisanya lo nggak bilang apa-apa?? Why are you hiding something this big?? He is our friend as well! Jangan bilang bener-bener nggak ada yang tau lagi selain circle artis lo itu..."
"Ya, nggak ada lagi. Bahkan Kak Hanbin aja taunya belakangan. Ini permintaannya dia.. kalo emang nggak dicari, ya nggak usah tau. Gue cuma mau dia tenang, Yewang."
"Berarti kalo bukan karna kita nggak sengaja ketemu gini.. kita-kita yang nggak lo anggap deket.. nggak akan pernah tau kalo dia udah nggak ada? What kind of joke is this?" Yewang kembali berteriak dan menghempaskan Gunwook ke tanah.
"I hope you guys are coming to my wedding next month."
"What wedding?" lirih Yewang kemudian.
"Gue sama cowok yang gue bawa di dalem."
Yewang pun menggelengkan kepalanya sembari terkekeh sinis.
"No way. We're not even friends anymore at this rate. Good luck, don't you dare making the same mistake."
Yewang pun membawa Minwoo pergi dari sana. Tak lama, Gunwook kembali masuk dan merangkul Shinyu, mengecup pelipisnya seraya membisikkan kata maaf.
"Kenapa? Mereka siapa?" tanya Shinyu dengan suara bergetar. "Kenapa mereka keliatan semarah itu sama lo, sama kita?"
"Mereka temen gue sama Ayden dulu. Mereka marah karna mereka pikir gue selingkuhin Ayden lagi..."
"Lagi? Segitu sering?" Shinyu memicingkan matanya.
"Udahlah, jangan dibahas. It's still one of my biggest regret, alright? Sekarang kita makan, terus pulang. Lo udah capek," tegas Gunwook.
Shinyu mengecup pipi Gunwook tanpa aba-aba, sembari mengusapi punggung lebar lelaki itu.
"Jangan marah-marah Nuki.." cicitnya.
"Dia ngatain lo juga.. gue nggak suka. Lo dibilang cowok bayaran," Gunwook menopang dagunya dengan tangan, kemudian mengusapi surai Shinyu yang kini terlihat menundukkan kepalanya. "I've told him to come to our wedding tho."
Shinyu hanya menanggapinya dengan mengangguk lesu. Rasanya, ia sudah kehilangan nafsu makannya.
"Nuki.. boleh ke Sungai Han aja nggak?" pinta Shinyu.
"Sekarang?" Gunwook menaikkan sebelah alisnya, terang saja ia terkejut.
"Let's have our dinner under the stars. I want to recall some memories."
.....tbc
—————
A/N : semakin dekat akhir ya.
Udah kejawab juga kan tentang Ayden?
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?