16. Letting Go

238 17 3
                                    

Shinyu tengah bergelung di dalam selimut Dohoon ketika si empunya terdengar memetik gitarnya sembari memandang ke luar jendela. Hujan turun dengan sedikit gerimis, benar-benar mendukung untuk bermalas-malasan.

Namun, petikan gitar yang mengalun dan lembutnya suara Dohoon, seketika membuat Shinyu mengurungkan niatnya untuk terlelap.

'I just wanna see how beautiful you are
You know that I see it
I know you're a star
Where you go I follow
No matter how far
If life is a movie
Then you're the best part'

Shinyu bangkit dan berjalan ke arah Dohoon, lalu memberinya sebuah pelukan dari belakang. Kini, keduanya menikmati rintik hujan di luar sana.

"Lo lagi banyak pikiran ya? Tumben-tumbenan pegang gitar?" ujar Shinyu. Dohoon lantas menyingkirkan gitarnya dan mengusap tangan Shinyu yang melingkari pinggangnya.

'Cup'

Satu kecupan mendarat di pipi Dohoon.

"Biarin gini dulu ya, gue bentar lagi pulang kok," lirih Shinyu.

"Lo gapapa?" tanya Dohoon. Sesungguhnya ia tau apa jawaban yang akan ia dapat, hanya ingin memastikan saja.

'Tok tok tok'

"Hoon, kamu udah bangun?"

Sebuah suara lembut yang familiar membuat kedua sejoli itu menoleh ke arah pintu.

"Your girlfriend is here. Gue pergi ya," Shinyu melepaskan Dohoon dan berjalan ke arah pintu. Membukanya dengan perlahan, menampilkan wajah terkejut Hanni. Seulas senyum tulus ia berikan pada gadis itu.

"Hei, pagi banget kamu kesininya?" ujar Dohoon, seolah tak terjadi apa-apa.




- - - - -




Di lain tempat, Ayden terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa pegal. Lelaki yang menghabiskan malam bersamanya sudah tidak terlihat, namun ia meninggalkan uang dalam jumlah yang tidak kecil di atas nakas.

"Berantakan banget.. kenapa nggak dimasukin ke amplop sih.." keluh Ayden. Bukan ia tidak bersyukur, uang yang ditinggalkan pria itu bahkan setara dengan tiga bulan iuran sekolahnya. Ia pun tersenyum tipis dan mulai membereskan kamar yang ia yakini adalah tempat tinggal Kim Jiwoong, -bukan sekedar penginapan- itu.

Ayden memicingkan matanya saat ia menangkap sebuah polaroid yang ditempelkan pada meja kerja Jiwoong. Jiwoong tengah merangkul sembari memangku dan mengecup pipi seseorang yang ia kenali betul di dalam potret tersebut.

Maka, tanpa berpikir panjang, Ayden pun mencurinya. Ia tidak bisa tidak bertanya langsung pada sosok pemuda lain disana, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Hanbin. Ini konyol, pikirnya.. seperti suatu kebetulan yang disengaja.


- - -


"Ayden, lo mau langsung pergi? Duduk dulu, temenin gue sarapan."

"Kak.."

Ayden baru saja keluar dari kamar Jiwoong ketika namanya dipanggil. Ia sudah membersihkan diri, dengan wajah polos tanpa riasan dan rambut yang masih setengah basah.

PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang