56. His Scent

101 4 3
                                    

Gunwook's POV


Sore itu, aku kembali lagi ke rumah Shinyu setelah usai shoot dengan Gyuvin. Aku baru saja kemari tadi pagi, tapi aku sudah rindu lagi padanya.

"Kok lo balik lagi sih?" Shinyu mendongak, menatapku bingung saat aku muncul di depan rumahnya untuk yang kedua kalinya hari itu.

"Hari ini badan lo seger 'kan? Futsal yuk?" aku menepuk bahunya, membuatnya mengerjap lucu.

"Bentar ya.."

Ia bergegas ke lantai dua, dan kembali dengan mengenakan hoodie biru navy milik Dohoon.

"Yuk?" ujarnya sembari mengulum senyum.

"Loh? Itu bajunya Dohoon loh," aku menatapnya terharu. Ia mengulas segaris senyum.

"I know, it smells like his perfume and I miss it. Shall we go now?"

"Sure!"

- - -

Seusai menyelesaikan dua babak, Shinyu membaringkan dirinya dengan telentang di lapangan. Aku menyelipkan lenganku ke bawah kepalanya, menjadikannya bantal, sembari ikut berbaring menyamping dan menghadap padanya.

Ia lagi-lagi mengerjap lucu, terheran. Namun, detik berikutnya, ia meremat bagian depan kaus yang kukenakan dan semakin mengikis jarak di antara kami. Setelahnya, ia hanya diam menatapku.

"Don't look at me like that. You're so cute, you make me want to eat you," gugupku. Ia lantas memukul pelan pada bahuku.

"Dulu lo udah ngatain gue ya anjir. Sopan lo begitu?" protesnya.

"Kok masih diinget aja sih? Itu 'kan dulu?" aku terkekeh dan mengusak surai coklatnya. Ia mengernyit tak suka dan menepis tanganku. "You're so cute when you're angry. Like a baby tiger."

"Puji terus, puji. Gue kebal," ia mencibir.

"Remember how I told you that you've always been pretty? I actually mean it."

"Ew, stop it. Bercandanya jangan gini ah gue geli..." Shinyu mengalihkan pandangannya, namun semburat merah itu muncul di pipi pucatnya yang tanpa riasan.

Aku meraih dagunya, kemudian mengusap bibir bawahnya dengan ibu jariku. Ia pun kembali menatapku dengan takut-takut.

"Shinyu.. boleh?" tanyaku hati-hati.

"He told me to keep my heart open," ucapnya tersenyum. "But I can't do it, he's still there."

"He'll always remain there in our hearts, Shinyu. But it doesn't mean there's no place for another.. that's exactly why he told you to keep your heart open.."

"For you?" ia tersenyum dengan sangat manis, dan itu membuatku sedikit canggung.

"I'm not rushing it. I'm just saying that I'll be here when you're ready."

"Okay, now answer me. Are you really in love with me.. or is it only pity? Because it's what he asked you to do?"

"He didn't ask me. I promised him to take care of you. It's my own will."

"For real?" Shinyu membelalak, kedua mata sipit bak rubah itu berbinar.

"It doesn't matter what we are. Let it be just friends, brothers.. I can be whatever you need. I just want to stay close to you..."

Shinyu mendaratkan kecupan lembut pada bibirku seraya memejamkan matanya. Aku membalasnya dengan lebih dalam, sebelah tanganku meremat pinggangnya. Kami saling melumat, tidak mempedulikan pejalan kaki yang lewat dan tidak sengaja menyaksikan kami.

"I always knew that you're such a good kisser but damn I forgot that you're this good," ia terkekeh pelan saat tautan kami terputus. Kepalanya bersandar pada ceruk leherku, ketara sekali ia gugup.

"I'm just going with the flow. It's all on you, Shin Junghwan."

Senyum Shinyu seketika luntur, saat aku memanggilnya dengan nama itu. Ia beringsut menjauh dan mendudukkan dirinya di rumput.

"I'm sorry, I can't do this. Cuma Dohoon yang boleh manggil gue Junghwan. Maaf, Nuk.." lirihnya.

"Hei! Nggak apa-apa. Gue yang minta maaf karna lancang.. I didn't know that it's his thing," sergahku, tentu saja aku tak enak hati.

"Gue mau pulang, capek," ia mengeluh.

"Gue boleh nginep malem ini? Mau nemenin lo.. sama Jungha."

"Okay," sahutnya cepat. Raut sedihnya kembali, dan aku membenci itu.

- - -

Malamnya, sepertinya kesabaranku akan diuji. Sesuatu hal aku sadari belakangan, adalah.. sialnya, jantungku benar-benar berdetak lagi untuk Shinyu.

I'm back to square one where I started and I hate this feeling.

"Nuk.. ayo, tidur. Kok ngelamun?" Shinyu yang baru selesai mengeringkan rambutnya, duduk di tepi kasur sembari menatapku mengantuk. Aku yang sedari tadi duduk di tepi jendela pun menghampirinya, merengkuhnya dan membawanya berbaring.

Shinyu menerima semua sentuhanku, seperti yang sudah kuduga. Namun, ia benar-benar hanya menerima dan tidak berinisiatif lebih.

Tunggu!

Ternyata aku salah. Selang beberapa menit kami berbaring berhadapan, ia merapatkan tubuhnya padaku dan menangkup sebelah pipiku. Buku jarinya terasa dingin menyentuh kulit, perlahan ia kikis jarak dan sebuah kecupan mendarat di sudut bibirku.

"Gunwook.. dua tahun, ya. Mau, nungguin gue dua tahun lagi?" ucapnya lirih.

"Maksud lo?" aku menaikkan sebelah alis, terkejut sekaligus gamang dengan kata-katanya.

"Nikahin gue. Itu 'kan.. yang Dohoon mau? Dia mau kita sama-sama.. bukannya itu alasan lo dijadiin Godfather-nya Jungha?"

"Well I.. not gonna lie, I've always had this little tiny crush on you. But this is not the way it works, Cantik. Lo mau kita nikah, oke. Tapi gue nggak mau semata karna dibayang-bayangin Dohoon. I want you to see me as who I am and love me for me. Cause I've always liked you for just you, even before I knew that you and him were a thing. Kalo lo nggak bisa nerima gue, gue lepasin lo."




.....tbc


—————

A/N : hayo shinyu... mau jawab apa?

PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang