A year later...
Hari itu, adalah ulangtahun pertama Jungha. Yang artinya?
Benar, satu tahun perayaan perginya Dohoon.
Shinyu yang sebelumnya sudah perlahan membaik, pertahanannya kembali runtuh. Saat putranya yang baru saja bisa berdiri itu dipangku Yujin di ruang tengah, dengan kue kecil di atas meja, Shinyu tidak bisa menahan tangisnya.
Yujin meniup lilin di atas kue itu, lalu bertepuk tangan diikuti si bayi. Shinyu menghampiri mereka dengan gontai, mendudukkan dirinya di samping Yujin dan meraih pucuk kepala Jungha dengan tangan gemetaran.
"Selamat ulangtahun, anak Papa..." lirih Shinyu.
Seolah mengerti, Jungha menggapai pipi Shinyu dengan kedua tangan mungilnya. Bibirnya bergetar, dan tak lama, ia pun ikut menangis.
"Nggak, Jungha.. Papa nggak apa-apa. Kenapa Jungha nangis? Jungha 'kan lagi ulangtahun?" Shinyu berujar dengan tercekat, senyumnya ia paksakan.
- - -
Shinyu pergi ke krematorium dengan membawa mawar merah yang Dohoon sukai, Yujin dan Jungha ikut bersamanya. Ia hanya menaruh bunga itu di dalam lemari kaca dan mengusap pipi Dohoon di dalam bingkai foto, tanpa bicara sepatah kata pun.
Jungha merentangkan tangannya, meminta untuk pindah ke gendongan Shinyu. Shinyu pun menyanggupinya. Dibawanya tubuh mungil itu ke dalam rengkuhnya.
"Jungha.. itu Mama kamu. Ma-ma. Bisa?" Shinyu menunjuk foto Dohoon yang lantas ditatap lekat oleh Jungha.
"Ma-ma?" Jungha membeo, rautnya bingung. Sebelah tangannya menunjuk pada wajah Yujin. "Ma-ma."
"Bukan, Sayang, ini Mama..." Shinyu terus menunjuk pada foto Dohoon. Jungha yang merasa tidak nyaman pun kembali merentangkan tangannya ke arah Yujin.
Yujin membawa Jungha kembali ke gendongannya, menepuki lembut punggungnya.
"Ini Ma-ma, Jungha. Mama Ddo. Coba bilang? Ma-ma-ddo," bujuk Yujin sembari menunjuk foto Dohoon.
Jungha menggeleng ribut, ia mengeratkan pelukannya ke leher Yujin.
"Ma-ma..." dan mulut mungilnya bergerak, membuat Yujin tak kuasa menahan air matanya.
'Maafin Yujin, kak...'
- - -
Setibanya kembali di dorm, Shinyu pergi ke kamar Hanjin dan membaringkan dirinya di kasur tingkat atas. Ia menutupi wajahnya dengan bantal, diam-diam melepas tangisnya.
Sementara Yujin, ia mengembalikan Jungha pada Gunwook yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Kak, kayaknya, untuk beberapa minggu ke depan, kakak jangan kesini deh sama Jungha. Kak Shinyu drop lagi," ujar Yujin sedikit serak.
Gunwook pun mengangguk paham. Ia menggendong Jungha yang telah pulas tertidur, lalu pamit pada member lainnya meski tidak mendapat sahutan.
Yujin pergi menghampiri Shinyu setelahnya. Memasuki kamar Hanjin tanpa mengetuk, lalu naik ke kasur yang ditempati lelaki itu dan memberinya pelukan dari belakang. Dagunya ia tumpukan di ceruk bahu Shinyu, membuat yang lebih tua seketika menghentikan isaknya.
"Ddoi..." gumam Shinyu dengan mata terpejam.
"Ini Yujin, kak. Kak Shinyu demam..." bisik Yujin seraya melonggarkan pelukannya.
"Pusing," Shinyu mengeluh. "Mau di pat-pat sama Ddoi."
"Kak Ddoi nggak ada.. adanya Yujin. Masih mau di pat-pat?"
Shinyu tidak menyahut. Ia memutar tubuhnya dan membuka matanya yang berair, menatap Yujin meski yang tampak samar seperti bayangan saking tinggi suhu tubuhnya.
Ia pun mengambil tangan kiri Yujin yang masih melingkari pinggangnya, dan menaruhnya di pucuk kepalanya sendiri.
"Mau pat-pat..." lirihnya.
"Tapi ini Yujin. Mau, sama Yujin?"
"Mau..."
Yujin tak terasa menitikkan air matanya, sementara tangannya memberi tepukan pelan yang berulang di kepala Shinyu.
"Yujin... kakak udah capek sendirian. Kakak mau ketemu Ddoi.. mau disayang-sayang sama Ddoi."
"Siapa bilang kakak sendirian? 'Kan ada Yujin, ada yang lainnya juga?" ujar Yujin dengan nada membujuk.
"I can't... I can't go on. Hari ini semuanya terasa lagi. Detik-detik sebelum dia tutup matanya... harusnya kakak nggak dateng ke fansign waktu itu. Harusnya kakak nemenin dia seharian, bikin dia kuat. Seandainya kakak waktu itu bisa ngelawan, kita pasti masih bertiga."
"Kak Shinyu... kalo kakak terus-terusan nyalahin diri sendiri kayak gini, kasian Kak Ddoi. Dia nggak tenang disana. If you truly love him, you have to let him go, kak. Harus ikhlas, biar nanti kalian bisa ketemu lagi. Can you do that, kak? Can you go on? Buat aku, buat Jungha? Buat Kak Shinyu sendiri?"
"Yujin. Boleh nggak, kamu panggil kakak Junghwan? Mulai sekarang?"
"Junghwan? Kak.. Junghwan?" ucap Yujin ragu.
"I love that sound," Shinyu menyunggingkan senyum kecil.
"Kak Junghwan? Can you promise me that you'll go on if I do so?"
Shinyu tidak menjawab. Ia menopang kepalanya dengan satu tangan, lebih leluasa diamatinya wajah Yujin.
Dalam satu tahun, perubahan lelaki kecil itu cukup drastis. Lemak di pipinya banyak berkurang, rahangnya pun semakin tajam dan sempit. Raut kekanakamnya nyaris tak bersisa.
Yang masih sama, adalah bagaimana sepasang netra besar dengan kelopak dalamnya begitu lembut menatap.
"You're pretty.. but still, you're not him," Shinyu pada akhirnya berucap sembari menggeleng pelan.
"I'm not. And I'm not trying to be him either."
"Masih nggak mau gue lamar? Jungha aja udah manggil lo 'mama'," senyum kecut itu muncul di wajah Shinyu.
"Lo nggak perlu lamar gue buat kita main rumah-rumahan, kak. Gue akan selalu bersedia jadi sosok apapun yang dibutuhin sama Jungha, regardless we're together or not. Gue nggak kemana-mana, Kak Junghwan. I'll never leave you.. even when I'm married to someone else."
"Tapi gue nggak mau, Yu. Gue yang nggak mau lo dibagi-bagi. Lo udah nggak sama Gyuvin. Kenapa lo masih tetep nolak gue?"
"Cause you don't love me for me, and you never will."
....tbc
—————
A/N : well...
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?