Setelah Gyuvin dan Yujin tertidur, Shinyu memutuskan untuk menyelinap pergi dan menerobos masuk ke tempat Gunwook. Meski begitu, rasa takutnya tetap ada.
Pintu unit Gunwook terbuka setelah ia memasukkan sandi. Ia melangkah masuk, dahinya mengkerut saat didapatinya sepasang sepatu yang tampak familiar di atas rak.
"Hah? Dohoon? Ngapain dia?" gumamnya.
Pintu kamar Gunwook sedikit terbuka, maka Shinyu memutuskan untuk mengintip. Rupanya dugaannya memang benar, Dohoon ada disana.
Dohoon terlihat tidur meringkuk tanpa selimut di karpet kamar Gunwook. Sementara Gunwook sibuk bermain ponsel, fokus tak berkedip.
'Nggak ada yang mencurigakan. Kenapa gue nggak boleh dateng ya? Apa karna dia nggak mau liat gue sama Dohoon canggung?'
'Apa gue masuk aja ya?'
'Iya deh.'
"Hiii! Miss me?"
Shinyu membuka lebar pintu kamar Gunwook, membuat si empunya terkejut dan nyaris terlonjak dari kasurnya.
"Shit! Lo ngapain kesini sih!" Gunwook beranjak dari kasurnya, ia menarik Shinyu ke ruang tamu dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
"Lo tuh yang ngapain sama Dohoon? Makanya gue dilarang dateng?" Shinyu memicingkan matanya, pertanda kesabarannya mulai menipis.
"Bukan urusan lo. Dohoon temen gue juga 'kan?"
"Makanya itu. Gue mau tau, ngapain aja mantan gue di tempat cowok gue."
Gunwook mengernyit.
"Apa kata lo? Pelarian kali, maksudnya," ketusnya. "Mata gue udah kebuka. Thank you buat beberapa minggunya, lo nggak usah kesini lagi."
"Maksud lo apaan sih? Dohoon ngomong apa sama lo sampe lo tiba-tiba giniin gue?"
"Nggak ngomong apa-apa. Gue cuma baru sadar aja, selama ini cuma dijadiin pengisi kekosongan lo. Gue udah nggak mau. Cari cowok lain aja ya. Banyak yang mau sama lo 'kan?"
"Brengsek. Udah nyicipin gue aja baru lo ngomong gitu, udah puas kah? Udah nggak penasaran?" Shinyu tersenyum pahit. "I thought we meant something. Maaf ya, udah kebanyakan berharap."
"Gunwook, gue kira lo pergi kemana..."
Timing yang buruk. Dohoon melangkah keluar dari kamar Gunwook dan menghampiri pemuda bongsor itu. Ia menatap heran pada Shinyu yang tampak marah.
"Shinyu? Kok kesini, ini udah subuh loh?" tanyanya.
"Kok kesini, kata lo? Lo yang ngapain, gue tanya? I thought you two hated each other??" bentak Shinyu.
"I never did," Dohoon menggeleng.
"Hoon, balik tidur aja. Besok pagi lo 'kan harus ke agensi buat latihan," ujar Gunwook dengan nada membujuk.
Dohoon sedikit mencebikkan bibir bawahnya sebagai tanggapan. Gunwook yang mendapatinya lucu pun terkekeh kecil dan mengusak poninya.
"Gue nyusul, nggak lama kok."
"Bener ya?" Dohoon mengerjap, ketara sekali ia mengantuk karena terbangun.
"Iya. Jangan tidur di karpet! Kasur gue luas kok buat berdua."
"Oke."
Begitu saja, Dohoon kembali masuk ke kamar Gunwook tanpa repot-repot pamit pada Shinyu.
Shinyu semakin kesal dibuatnya. Maka ia meninju Gunwook tepat di rahangnya, meski lelaki itu tidak sedikit pun bergeming.
"Jadi sekarang Dohoon yang lo kejar?" teriaknya frustasi. "Udah gila lo emang!"
"Oh? Kenapa lo ambil kesimpulan begitu?" ujar Gunwook dengan nada suara tenang. Ia bersorak menang di dalam hatinya, ingin rasanya membalas Shinyu yang selama ini memperlakukannya semena-mena... atau setidaknya, menurutnya begitu.
"Dohoon yang barusan, gue sama sekali nggak kenal! Mana pernah dia se-clingy itu, kok tiba-tiba?"
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Gunwook tersenyum miring.
Shinyu seketika mengatupkan bibirnya. Ia merasa muak dengan tatapan meremehkan yang diberikan Gunwook padanya.
"Nggak... jangan bilang..." cicitnya.
"Ya. Apapun yang lo pikirin, anggap aja lo bener," potong Gunwook. "Sekarang, bisa lo pergi dari sini? Lo ganggu waktu istirahat gue, nggak sopan."
Shinyu bergegas pergi dari sana dan membanting pintu. Seumur hidupnya, belum pernah ia merasa begitu dipermalukan.
Gunwook pun pergi menyusul Dohoon ke kamarnya.
"Sini..." kata Dohoon dengan nada mengantuk. Gunwook mematikan lampu, lalu berbaring di sampingnya tanpa bersuara.
Dohoon mendekat pada Gunwook, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher lelaki yang lebih tua beberapa hari darinya itu.
"Lo kok clingy banget sih? Pantesan si Shinyu sampe kaget," Gunwook memainkan surai Dohoon, ia kini tau bahwa itu cara tercepat membuatnya mengantuk.
"Sejujurnya, gue emang kayak gini. Pas sama Shinyu, gue nggak bisa keluarin sisi ini karna dia juga suka dimanja," Dohoon tersenyum dengan mata terpejam.
"Gue juga suka sih.. tapi ada mood-nya."
"Cocok dong kita? Gue bisa kok menyesuaikan."
"Cocok apanya nih?"
"Lo suka casual, gue juga. No strings attached aja, tapi kalo butuh kita saling datengin."
"Stop baca pikiran gue!" Gunwook menepuk punggung Dohoon, sedikit terlalu keras hingga ia kembali membuka matanya.
"Aduh!! Sakit kali," protes Dohoon.
"Sorry, kaget aja bisa sama gitu kita. Padahal lo Aqua, gue Capri," cengir Gunwook.
"Dih, kok percaya Zodiak sih lo? Percaya mah sama MBTI."
"Diem, mending kita ciuman."
"Takut..." Dohoon sontak memisahkan jaraknya dan Gunwook.
Namun, Gunwook dengan mudah menariknya kembali mendekat. Ia menempelkan dahi mereka, menatap bulu mata Dohoon yang lentik di bawah remang.
"You're so pretty, I just came to realize that," Gunwook berucap lembut. "You're even prettier than him."
"Siapa?" Dohoon mengulum senyum. Ia tau jawaban Gunwook, namun ia hanya ingin lebih divalidasi.
"Your ex."
"Thanks.. I guess."
'Cup'
Satu kecupan mendarat di dahi Dohoon yang tertutup poni.
"Gue tagih ciumannya besok pagi ya, udah ngantuk. Night, Dohoon."
Dohoon tidak menyahut. Tidak sanggup, lebih tepatnya. Jemarinya yang lentik bermain dengan surai Gunwook yang sudah mulai gondrong di bagian belakang.
Perlahan, dengkuran halus Gunwook terdengar. Dohoon menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal sekaligus guling, memeluknya dengan nyaman dan mengecupnya singkat pada bicep-nya sebelum ia ikut terlelap.
.....tbc
—————
A/N : ya.. gitulah. Sabar dulu ya, Shinyu ^.^
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?