46. Sesal

82 8 5
                                    

Shinyu tak berkedip menatap layar kecil di depannya. Tangannya meraih, menyentuh dengan ujung jarinya. Lalu, setitik air itu jatuh.

"It's been there for that long? Astaga.. Dohoon, maafin gue, tiap kita ribut gue udah kasarin lo.. untung dia nggak kenapa-napa," sesalnya.

Ia kembali duduk di sisi stretcher Dohoon, ditangkupnya sebelah pipi pemuda yang tengah menatapnya haru itu.

"We're both fine, Kak Junghwan. Dia 'kan kuat, kayak kakak," Dohoon mengusapi lengan Shinyu, berusaha menenangkannya. Raut bersalah di wajah Shinyu membuatnya gelisah, ia tidak menyukainya.

"Gila.. hebat banget gue. Sekali doang langsung jadi kayak gitu.." senyuman bodoh lantas menghiasi wajah Shinyu. Dohoon menggigit bibir bawahnya, menahan tawa. Reaksi Shinyu cepat sekali berubah.

Lucu.. lelaki yang memiliki hatinya itu memang selalu lucu.

"Secara keseluruhan, janinnya sehat. Tapi ibunya belum menunjukkan kenaikan berat badan yang signifikan. Asupannya lebih diperhatikan ya? Dan jangan terlalu lelah. Bisa berbahaya buat kalian berdua. Masih sering mual?" tanya Dokter Choi.

"Justru baru mulai, Dok. Kenapa ya, bukannya biasanya di trimester pertama?" sahut Dohoon.

"Kamu 'kan juga di trimester pertama. Udah masuk ke minggu terakhir, sih.."

"Tapi kok perutnya masih rata, Dok?" sela Shinyu. "Dia beneran sehat?"

"Itu karena genetik, torsonya juga panjang. Mungkin nanti di bulan kelima baru akan signifikan. Oh ya, dia sebentar lagi masuk masa ngidam. Siap-siap ya kamu," dokter muda yang tampan itu mengerling jahil pada Shinyu yang lantas tersenyum kecut. "Kamu pacarnya?"

Pertanyaan ringan itu justru membuat Shinyu kelabakan. Ia buru-buru menggeleng.

"I'm not, but I guess we're in love enough to make this happen?" Shinyu mengusap lembut perut Dohoon yang tersingkap.

Dohoon? Tentu ia meleleh dengan jawaban Shinyu.

"Saya kasih resep vitamin aja ya. Kamu hebat, Kim Dohoon-ssi. Kamu melalui trimester pertama tanpa rintangan, padahal biasanya dalam kasusmu ini gangguannya banyak. Kalau semuanya lancar sampai hari H, kamu bisa melakukannya secara normal. Pinggulmu cukup lebar buat jalan keluar bayi."

"Nggak usah caesar, Dok?" ragu Dohoon.

"Kamu punya lubang interseks, apa kamu belum tau? Ibumu nggak cerita? Beliau harusnya udah dikasih tau. Supaya bisa menghimbau kamu biar lebih berhati-hati."

Dohoon menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Mama saya nggak pernah ada, Dok."

"Saya minta maaf untuk kelancangan saya.." Dokter Choi mengelus bahu Dohoon. Dohoon pun kembali menyunggingkan senyumnya, ia tidak ingin suasana di ruangan bernuansa biru-putih itu menjadi canggung.

Dokter muda itu kemudian membersihkan perut Dohoon dengan tisu dan merapikan kembali kemejanya yang tersingkap.

"Hati-hati.." gumamnya pelan seraya memperhatikan Dohoon yang sedang turun dari stretcher dengan bantuan Shinyu.

"Dok, saya boleh minta kontaknya? Biar bisa tanya-tanya," ujar Shinyu. Dokter itu langsung memberikan kartu namanya.

"Kalau ada keluhan, boleh chat saya ke nomor ini."

"Makasih ya, Dok."

"Fotonya mau di print?"

"Iya Dok.. saya mau 3 lembar," pinta Dohoon.

"Tiga?" heran Shinyu.

"Buat kakak, aku, sama Yujin. Biar dia tau, bentar lagi bakal punya keponakan."



- - - - -




Shinyu memandangi foto sonogram hitam-putih di tangannya terus-terusan saat mereka berada di dalam taksi menuju dorm. Rasa bersalah sekaligus sesal merundunginya, meski bahagia yang memimpin.

"Dohoon. Nanti gue ngomong ke kantor ya, minta lo dikasih hiatus. Setengah tahun, cukup?"

"Cukup.. tapi nanti aja, kak. Kalo aku udah masuk bulan ke-enam. Toh kata Dokter Choi, perutku nggak akan keliatan sampe nanti."

"Oke," Shinyu menganggukkan kepalanya dengan berat hati. Ia tidak bodoh untuk menyadari kesedihan dalam nada suara Dohoon, tentu saja. Digenggamnya tangan yang lebih kecil dari miliknya itu, ia remat lembut.

"Maafin gue, Dohoon. Gue tau ini mimpi lo untuk waktu yang lama, tapi gara-gara gue, posisi lo jadi keancam.." gumamnya.

"Kak Junghwan ngomong apa sih? A child is a blessing. Aku nggak nyesel dia ada.. jadi, kakak juga nggak boleh nyalahin diri kakak kayak gitu."

"Kalo lo dipaksa keluar dari grup.. gimana? Atau lebih parahnya.. kita berdua?"

"I'm not taking you down with me, Kak Junghwan. They don't need to know that it's yours, then you're good."

"Bukannya gue lepas tanggung jawab.. iya 'kan? Lo nggak akan ngungkit ini suatu hari, kalo semisal kita udah nggak baik-baik aja?" Shinyu memicingkan matanya.

"Apa sih kak? Kakak belum apa-apa kok udah mikir gitu? Emangnya.. kakak bakal ninggalin aku?" Dohoon terdengar merajuk.

"It's an if. Lo 'kan banyak yang ngincer, Hoon. Belum lagi si Anton.. aduh.. kalo mereka nggak lagi sibuk World Tour, pusing gue liat mukanya muncul mulu dimana ada lo. Di backstage, di dorm.. mau marah juga gue nggak bisa..."

"Sekarang 'kan bisa?" Dohoon menyandarkan kepalanya di bahu Shinyu.

"How?"

"I don't know.. get me a ring or something?"

"Later ya? Will you wait for a bit?"

Satu anggukan Dohoon beri.

"Nanti malem mau live berdua?" tanya Shinyu lagi.

"Sure!"

...dan kali ini, Dohoon berbinar.

- - -

- - -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





.....tbc

—————

A/N : bener-bener kek live buat bf reveal. Huft.

PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang