52. Happy

83 8 23
                                    

Hanjin memutuskan untuk menemani Dohoon di rumah sakit malam itu, karena menurutnya Shinyu lebih butuh beristirahat. Ia memaksa Shinyu untuk pulang ke tempat Gunwook, sementara ia dan Yujin yang baru saja dikabari, menginap di ruang rawat kakak kesayangannya itu. Berharap cemas bahwa semua ini cepat berakhir dan Dohoon berhasil melewati masa kritisnya.

Hanjin mengusap tangan kurus Dohoon yang berhiaskan infus dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak menyangka, yang berada di hadapannya saat ini benar-benar Dohoon.

Ia masih ingat kali terakhir Dohoon berkunjung ke dorm mereka. Ia mengajarinya dan Shinyu cara memasak nasi dengan benar, juga Youngjae, Jihoon dan Kyungmin cara menggunakan mesin cuci serta mesin pembersih karpet otomatis. Ia kini yakin, bahwa kala itu Dohoon sudah tau ajalnya tengah mendekat. Itu adalah caranya memberi perpisahan untuk member grupnya.

"Kak.. kalo pun kakak harus pergi, kakak tenang aja. Gue janji, gue bakal terus jagain Yujin buat lo.." gumam Hanjin, lalu memberi kecupan pada dahi Dohoon.

Yujin menutup mulutnya sendiri, air matanya jatuh perlahan.

"Lo kok gitu ngomongnya.." cicitnya.

Hanjin lantas menghampirinya dan membawa Yujin ke dalam pelukannya.

"Lo liat.. yang disana sekarang, itu udah bukan Kak Dohoon-nya kita. Kita cuma bakal nyiksa dia kalo kita tahan dia disini lama-lama.." ujarnya lembut.

"Tapi Kak Shinyu gimana? Jungha juga gimana? Mereka butuh Kak Dohoon.. gue juga butuh Kak Dohoon. Gue mau kakak gue..." Yujin mendusali dada Hanjin sembari menangis tersedu.

"Gue 'kan bisa jadi kakak lo juga," tangis Hanjin pecah. Mana bisa ia menenangkan sahabatnya dalam keadaan begini? Dohoon sama pentingnya untuk mereka berdua.


- - - - -


"Shinyu.. makan dulu yuk. Nanti lo sakit," ujar Gunwook sembari menarik tangan Shinyu, berusaha membuatnya bangkit dari sofa.

Shinyu menggeleng, ia justru meringkuk dan menyelimuti dirinya.

Gunwook lantas mengendikkan bahunya. Ia pergi ke dapur dan memasak dua bungkus ramyeon untuk mereka berdua. Bulu kuduknya sedikit merinding saat ia memasukkan bumbu ke dalam pancinya, seperti seseorang tengah menyentuh tengkuknya. Namun, ia berusaha mengabaikannya.

Ia duduk di meja makan dan mulai menyantap makan malamnya yang sangat larut, sesekali melirik pada Shinyu yang nampaknya telah terlelap.

Ia hanya butuh 5 menit untuk menghabiskan makan malamnya, lalu meletakkan pancinya di atas wastafel, kemudian menghampiri Shinyu dan menggendongnya ke kamar. Membaringkannya dengan hati-hati di kasurnya dan menyelimutinya hingga sebatas leher. Ia pun ikut berbaring di samping Shinyu, menempatkan sebuah guling di antara mereka dan membelakanginya.

- - -

Sekitar pukul 3 pagi, Shinyu terbangun karena sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya. Ia menoleh dengan takut-takut, menyadari bahwa Gunwook masih tertidur pulas. Ia pun melepaskan dirinya dengan hati-hati dan memilih pindah ke ruang tamu.

Ponsel Shinyu berbunyi nyaring, dan si empunya buru-buru mengangkatnya. Itu adalah panggilan dari Hanjin.

"Hanjin? Kenapa? Dohoon udah sadar?" gumamnya, masih dengan suara mengantuk.

"Kak... detak jantungnya Kak Dohoon berhenti. Kakak kesini sekarang ya?"

Dan matanya pun membelalak. Kakinya melemas, namun ia buru-buru kembali ke kamar Gunwook dan membangunkannya.

"Gunwook.. bangun.. hiks..." Shinyu memukuli bahu Gunwook hingga pemuda bongsor itu mengerjapkan matanya.



- - - - -



PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang