Satu musim berlalu lagi. Tidak banyak yang terjadi, kecuali untuk keadaan Dohoon yang memburuk.
Pagi itu, Dohoon terbangun dengan sedikit rasa mual yang kembali mengganggunya sebulan belakangan. Ia pergi ke kamar mandi dan menunduk di sisi kloset, mengerang saat menyadari bahwa perutnya bahkan kosong sejak malam sebelumnya.
Ia pun membasuh wajahnya di wastafel sembari menahan tangisnya. Ia tidak menyadari bahwa Gunwook telah berdiri di depan pintu dan menatapnya khawatir.
"Dohoon, kok aneh sih udah 6 bulanan masih mual?" tanyanya. Dohoon pun buru-buru menutup pintu dan menaruh telunjuknya di depan bibir Gunwook.
"Ssstt.. jangan keras-keras nanti Kak Junghwan ikut denger.." ujar Dohoon. "Gue boleh minta tolong nggak? Gue butuh obat mual.. lo aja yang beliin, soalnya kalo gue pergi nanti Kak Junghwan pasti minta ikut. Dia udah bangun belum?"
"Belum, masih nyenyak. Lo juga balik tidur lagi aja coba, ini masih jam 7," Gunwook mengusap bahu Dohoon, lalu menuntunnya ke kamar. Dohoon pun kembali berbaring di kasur lipat yang menjadi alas tidur Shinyu, tepat di samping pemuda yang sama sekali tidak terusik itu.
- - -
Setengah jam berlalu, dan Gunwook belum juga kembali. Dohoon nyaris saja kembali tertidur ketika Shinyu akhirnya terbangun dan mengerjapkan matanya perlahan. Satu tangannya terulur untuk mengusapi pipi Dohoon yang pucat dan tidak memiliki rona.
"Dohoon.. kakak balik ke dorm ya? Harus briefing soalnya buat nanti sore ikutan Relay Dance," ujar Shinyu dengan mata yang masih setengah terpejam.
Dohoon pun membelalakkan matanya. Ia mendekat pada Shinyu dan mendusali dadanya dengan berkaca-kaca.
"Tapi masih kangen.." cicitnya.
"Nanti malem kakak balik lagi kok kesini.." Shinyu seketika merasa tak enak hati.
"Aku boleh ikut nggak?"
"Kemana? Ke dorm? Bukan nggak boleh sih tapi kamu kayaknya nggak enak badan.. mukamu aja pucat gitu. Mending kamu istirahat ya, tidur lagi. Seenggaknya kalo kamu disini ada yang ngurusin."
"Janji ya jangan larut banget kesininya? Nanti aku keburu ngantuk, nggak sempet minta kelon sama kakak.." lagi-lagi, Dohooh mencicit.
"Iya Sayang.. kakak janji. Oh iya sebelum kakak pergi.. adek ada kepengen sesuatu nggak? Biar kakak cariin dulu.." Shinyu mengusapi perut Dohoon yang telah membuncit dengan gerakan memutar, membuat si empunya lantas menyunggingkan senyum manisnya.
"Nggak ada kok.. kakak tiap hari nanya itu kayaknya. Aku belum mulai ngidam.." kekeh Dohoon gugup.
"Beneran ya? Jangan terlalu repotin Gunwook loh, nggak enak. Dia udah baik mau nampung kita disini.. kakak nggak tau harus bales budinya gimana nanti. Soalnya itu harusnya tugas kakak buat provide kamu tempat 'kan? Tapi, kakak belum punya tabungan buat sewa tempat kita sendiri. Maaf ya.. kakak banyak nggak adanya buat kamu di saat kayak gini," Shinyu semakin menarik Dohoon ke dalam pelukannya, satu kecupan ia daratkan pada pucuk kepalanya.
"Kerja yang bener, dan jangan lupa pulang ke aku. I'm not asking for much, alright?" pinta Dohoon sembari memainkan kancing piyama Shinyu.
"I still feel bad, tho. Aku bahkan belum bawa pulang kamu dan kasih tau kalo mama udah mau punya cucu. Takut nggak sempet dan dia keburu lahir, nanti mamaku kaget," Shinyu menelusupkan tangannya ke dalam piyama biru Dohoon, meletakkannya di atas permukaan hangat itu tanpa bergerak. Merasakan gerakan kecil dari dalam sana sembari menatap Dohoon yang hanya diam tertunduk, menggigiti bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanfictionMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?