"Jadi.. lo ngapain kesini?" Dohoon bertanya dengan senyum segaris di wajahnya, membuatnya terlihat berkali-kali lipat lebih tampan.
Shinyu mencebikkan bibirnya sekilas.
"Lo ngusir?" ujarnya, setengah merajuk.
"Gue nanya.." Dohoon mengulurkan tangannya, mengusak surai coklat Shinyu pelan.
Mata rubah Dohoon menangkap beberapa bercak kemerahan yang ia yakini bukan karyanya di leher pemuda manis itu, tapi ia tidak ingin terlalu banyak bertanya. Ia tau betul, ia sudah tidak berhak apapun atas Shinyu untuk saat ini.
"Gue cuma mau ambil baju gue yang ketinggalan disini. Males pulang, nanti siang ada audisi."
"Mau pake baju gue aja nggak? Siapa tau bawa hoki," tawar Dohoon. Tentu saja, itu adalah alasan untuk tetap berhubungan dengan sang mantan. "Let me dress you up."
- - - - -
Gyuvin mengumpat di dalam hatinya saat Dohoon yang muncul membukakan pintu untuknya dan Gunwook. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah, sebisa mungkin menghindari bersitatap dengan pemuda berkulit cokelat itu.
"Gue kesini cari Yujin," ujar Gyuvin dengan senyum yang dipaksakan di wajahnya.
"Yujin di kamarnya.. dia nggak mau bangun dari kasurnya. Kenapa? Kalian ribut?"
"Kepo lo," Gyuvin buru-buru melangkah masuk, melewati pemuda itu tanpa permisi.
"Gyuvin tuh emang selalu lebay gitu ya kalo nyangkut Yujin?" tanya Dohoon sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Gunwook menjawabnya dengan terkekeh.
"Udah biasa, Gyuvin tuh anggap Yujin bayi besarnya. Padahal sama aja nggak sih mereka?"
"Ada benernya, tapi kalo Yujin bayi kelinci, Gyuvin tuh bayi buaya."
"Gue apa?" ringis Gunwook.
"Calonnya Shinyu lah," Dohoon berucap acuh.
"Widih sok kuat," Gunwook meninju bahu Dohoon main-main.
"Tapi gue serius.. lo tau 'kan?"
"Gue nggak bisa terikat, Hoon. Nggak ada sensasinya. Kalo bisa mah udah punya pacar sekarang."
"Iya deh, si paling laku. Awas bunting anak orang, heran hobi kok nebar benih," Dohoon mengernyit sok jijik.
"Maaf aja nih, gue mah nggak kayak lo yang kanan kiri oke."
"Gunwook! Ini si Ayden sakit, kesini lo!"
Gyuvin terdengar berteriak dari lantai dua.
"Ayden disini?" Gunwook bertanya terkejut. "Dia nggak ngabarin gue dari kemaren."
"Iya, semalem dia dateng, babak belur. Kayaknya dia habis nyoba pulang ke rumahnya," Dohoon tersenyum kecut. "Sana gih, samperin."
Gunwook mengendikkan bahunya dan bergegas menuju ke kamar Yujin, meninggalkan Dohoon di ruang tamunya.
"Ayden.. kita ke rumah sakit ya? Gue nggak pernah liat lo kayak gini sebelumnya.." Gyuvin mengusapi punggung Ayden, sementara pemuda yang lebih mungil darinya itu memeluk erat perutnya, menenggelamkan kepalanya disana. Sekujur tubuhnya menggigil dengan keringat dingin. Ia menggeleng pelan, dan itu membuat Gyuvin semakin jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST (Shindo / Nitdo ft Gunwook)
FanficMimpi adalah angan. Cinta adalah ilusi. Kebahagiaan adalah semu. Esok adalah teka-teki. Dan hidup adalah permainan. Dalam lika-liku dan jatuh bangun, siapa yang harus kamu percaya? Kepada siapa kamu harus bersandar? Apakah kegagalan adalah akhir?