5. Ragu

1K 142 4
                                    

Tama sedang duduk di ruang tunggu suatu penyedia jasa cargo. Sudah sekitar 15 menit sejak mereka sampai dan Arya sibuk dengan segala administrasi untuk pengambilan mobilnya.

Setelah semuanya beres, dia setengah berlari menuju Tama sambil menggoyangkan kuncinya. Tama hanya dapat terkekeh geli melihat itu. Arya terlihat seperti anak kecil yang ingin memamerkan mainan barunya. Adiknya hanya badannya saja yang bertambah besar, tingkahnya sama saja.

"Yok Bang kita jemput si Abil!"

Tama membenarkan letak masker yang ia pakai lalu bangkit dari dudukya. Ia mulai mengikuti Arya berjalan keluar. Arya memintanya untuk kembali menunggu sebentar saat berada di depan pintu, agar dia mendekatkan mobil dan Tama tidak harus berjalan terlalu jauh.

Tidak lama kemudian tampak Toyota Camrey berwarna Hitam kesayangan adiknya itu. Hadiah ulang tahun ke 17 dari Mama. Ia langsung masuk dan duduk di bangku depan samping pengemudi. Matanya dimanjankan dengan interior mobil mewah itu.

"Cakep gak Bang?"

"Mobilnya cakep, harganya jelek." Mama memang tidak pernah main - main dalam urusan memberi hadiah. Selama bukan barang ilegal, pasti diwujudkan. Uang tidak pernah menjadi masalah bagi Mama.

Arya langsung melajukan mobil itu menuju sekolah Abil bermodalkan google maps dan petunjuk dari Tama. Hari itu jalanan di kota Medan tidak terlalu padat. Hanya saja Arya rasanya seperti baru belajar mengemudi kembali. Dia harus bersaing dengan angkot dan motor yang melaju seperti pemilik jalanan. Tapi kata Tama ia tidak perlu terlalu khawatir, tidak akan ada yang berani menyenggol mobilnya. Mereka pasti takut disuruh ganti rugi.

Sesampainya di sekolah, Abil sudah tampak menunggu di depan gerbang. Bajunya sudah tidak rapi. Ransel yang tersampir di bahunya tampak sangat tipis karena isinya hanya satu buku tulis dan charger ponsel. Abil langsung mengenali mobil yang dibawa Arya. Tadi dia sudah diberitahu tipe dan platnya.

"Pengen juga gue." ucap Abil begitu menutup pintu.

"Nanti kalau udah bisa buat SIM minta aja sama Mama." Jawab Arya santai.

Abil tinggal tunjuk saja ingin mobil apa, pasti akan langsung tiba dalam waktu singkat. Tapi memang ada satu masalah yang membuat Tama dan Abil sulit dimanjakan oleh hasil kerja keras Mama.

"Takut gue Papa ngamuk." Ucap Abil yang sudah bersender di bangku belakang. Kakinya ia lipat bersila.

Papa dan Mama tidak pernah bertengkar, sekalipun. Tapi urusan uang, tidak sepeserpun Papa membiarkan ada uang Mama yang terbawa olehnya setelah mereka berpisah. Sehingga mereka benar - benar memulai hidup dari nol.

Dulu saat awal perpisahan kedua orang tua mereka, Mama memberikan mobil ke pada Papa untuk dipakai di Medan. Hanya mobil sederhana. Diberikan karena Papa belum sanggup membeli mobil, sedangkan tidak mungkin dengan kondisi kesehatan Tama ia harus naik motor ke mana - mana. Tapi Papa langsung menolaknya tanpa memberi Mama kesempatan untuk menjelaskan. Dia langsung mengamuk karena merasa seperti dianggap tidak mampu menjaga keluarganya. Mobil Arya juga aman karena dari awal dia sudah memakai mobil itu di Jakarta. Jadi Papa tidak dapat protes.

Percaya atau tidak, pertengkaran mengenai mobil itu adalah pertengkaran pertama dan terakhir yang Arya dan Abil saksikan seumur hidup.

Jadi bagi mereka ada dua misteri yang harus dipecahkan.

Pertama, alasan orang tua mereka berpisah, yang mereka berdua yakini bukan uang titik permasalahannya. Karena sedari dulu finansial dan background Mama memang lebih mapan dibanding Papa. Keluarga mereka selalu harmonis dan tidak ada masalah. Setelah berpisah pun mereka tetap saling berkomunikasi dengan baik, saling memberi kabar perihal anak yang bersama mereka masing - masing

Exam?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang