24. Mulai

841 137 27
                                    

Ini marathon terakhir selama libur, selamat beraktivitas kembali besok. \(^v^)/

===

"Yyaa..." panggil Tama pada Arya yang tampak sedang belajar. Lampu kamar mereka sudah dimatikan, Arya belajar hanya bermodalkan cahaya dari laptop yang sedang ia pangku. Tama tidak tahu ini pukul berapa, yang pasti ini sudah larut malam atau pagi buta.

Arya langsung menghentikan kegiatannya dan mendekati abangnya yang memanggilnya. "Ya Bang?"

"Ss-sakk." adunya pada adiknya, ntah kenapa malam ini pernapasannya terasa lebih sempit dari biasanya. Ia tidak bisa tidur sedari tadi dan mencoba mengatasi rasa sesak itu. Tapi tidak kunjung berhasil dan semakin parah.

Arya langsung secara perlahan menegakkan tubuh Tama dan mendudukkannya dengan tubuhnya sendiri sebagai sandaran. Sebelah tangannya menopang kepala yang terkulai lemah itu. Sedangkan sebelahnya lagi sibuk menambah laju liter oksigen yang mengalir ke nassal cannula.

"Gini enakan Bang?"

"Hmmm"

Jika sedang sesak posisi duduk memang terasa lebih lega. Apalagi usapan lembut tangan Arya di dadanya membuatnya semakin nyaman. Tapi kasihan jika Arya harus dalam posisi ini dalam waktu yang lama, ia pasti pegal. Bajunya juga pasti ikut kotor karena air liurnya yang tidak bisa ia kontrol lagi.

"Gg-gall"

"Kenapa Bang?" tanya Arya lembut. Artikulasi abangnya sudah sangat buruk.

"Ppe-ga"

"Pegal?"

Tama mengangguk.

"Yang mana yang pegal Bang? Mau aku pijat? Atau punggungnya sakit ya baring terus?" Arya mulai memijat bahu Tama, tidak terlalu kuat. Rasanya jika sedikit saja ia kasar bahu itu dapat patah.

Kali ini Arya salah mengartikannya, ia mendapat gelengan sebagai jawaban.

"Maaf Bang, Abang mau apa hmm?" ucap Arya merasa bersalah tidak dapat memahami apa yang diucapkan Tama.

"Y-ya g-ggal"

"Gue yang pegel maksudnya?" Kali ini Arya mendapat anggukan sebagai jawaban.

"Gak masalah, yang penting Abang nyaman tidurnya."

Tama tidak membantah lagi. Lagipula jika dipaksakan tidur sambil berbaring ia akan sesak. Mau didudukkan tanpa dipegangi dia yang tidak mampu, ia akan terjerembab ke depan atau samping jika tidak ditahan.

Baru sebentar ia tertidur dapat ia rasakan popoknya bocor, lagi. Ini sudah kesekian kalinya dalam minggu ini. Papa salah membeli ukuran yang ia pakai, bukan salah tepatnya. Papa lupa ukurannya sudah berubah menjadi S.

Biasanya hal ini tidak menjadi masalah, ia hanya perlu dibersihkan saja. Tempat tidurnya sudah diberi alas agar mereka tidak harus bolak - balik mengganti sprei. Tapi kali ini ia sedang bersandar pada adiknya. Arya harus ikut kotor dan bau.

"Gakpapa Bang, Abang tenang ya..."

Arya mencoba menenangkan. Deru napas Abangnya terasa semakin cepat. Ia pasti sedang merasa bersalah sekarang.

Perlahan ia bangkit dan membenarkan posisi Tama. Ia lalu mengambil benda benda yang ia butuhkan untuk mengganti popok abangnya.

"Abang jangan sedih, tinggal dibersihkan aja kok. Atau gak nyaman ya Bang? Besok gue belikan yang ukurannya pas ya." Arya mencoba berbicara sepanjang ia mengganti popok abangnya. Ia berusaha agar suasana tidak canggung.

Setelah selesai Arya mengganti baju dan celananya sebentar, sebenarnya ia ingin menangis. Tapi isak tangis yang terdengar dari belakangnya membuatnya urung untung membiarkan air mata itu jatuh.

Exam?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang