13. Kamar

782 114 5
                                    

Begitu mobil terparkir dengan baik Arya langsung mengeluarkan walker dari bagasi. Ia meletakkannya di depan pintu tempat Tama duduk. Sedangkan Abil langsung menurunkan barang bawaan mereka.

"Gak mau pake kursi rodanya aja Bang?" Arya ragu membiarkan Tama berjalan dari mobil menuju rumah mereka. Kaki Tama tampak bergetar hebat, ditambah lagi langkahnya yang masih tertatih dan pelan sekali. Arya harus memegangi tubuh Tama dengan kuat agar tidak terjatuh.

"Bisa kok Ar, tolong pegangi gue aja."

Arya akhirnya mengalah dan tetap memapah Tama hingga sampai ke kamar. Bahkan Abil yang tadi membereskan barang bawaan mereka sudah selesai. Sekarang ia membukakan pintu kamar dan menghidupkan AC.

Begitu sampai, perlahan Tama duduk di tempat tidurnya, masih dengan bantuan Arya tentunya. Abil meletakkan beberapa bantal di belakang punggung Tama, ia juga membantu melepaskan sepatu yang dipakai Abangnya lalu mengangkat kedua kakinya ke tempat tidur.

"Makasih ya." ucap Tama kepada kedua adiknya setelah berbaring dengan nyaman di tempat tidur.

Abil menyodorkan segelas air putih dengan sedotan. Tama menghisapnya hingga tandas. Ia merasa haus dan lelah sekali meski hanya berjalan sedikit. Tubuhnya belum pulih sepenuhnya.

"AC nya udah pas bang? Butuh sesuatu?"

Tama menggeleng, "Abang mau tidur, tolong bangunkan waktu sholat atau pas Papa pulang. Kalian juga istirahat."

Arya merapikan selimut Tama, tidak lupa meletakkan bantal dibawah lutut abangnya sebagai penyangga. Abil sendiri langsung pamit. Ia tadi baru balik dari sekolah dan langung ke rumah sakit untuk mengurus kepulangan Tama dan berpamitan dengan Mama.

"Istirahat ya Bang, gue temani."

===

"Papa kok belum pulang ya? Biasa udah sampe rumah jam segini."

Jam sudah menunjukkan pukul 8, biasanya Papa sudah pulang sekitar pukul 7. Tidak bisanya Papa pulang terlambat seperti ini. Kalaupun akan lembur, biasanya Papa akan mengabari mereka terlebih dahulu.

"Tolong ambilkan HP gue dong, biar gue coba telpon."

Abil dan Arya langsung bangkit secara serentak. Meski akhirnya Arya yang berjalan ke kamar dan kembali dengan ponsel Tama.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Tepat saat Tama menekan tombol panggil Papa muncul di pintu. Badannya tampak basah. Sebelah tangannya juga menenteng mantel hujan.

"Hujan di mana Pa?" tanya Abil yang sudah mendekat mengambil barang bawaan Papa.

"Di daerah kantor. Tadi rencananya mau tunggu reda sebentar, eh malah makin deras. Jadi Papa jalan aja, pas udah setengah jalan ternyata gak hujan." ujar Papa sambil terkekeh geli mengingat hujan yang hanya sebentar itu.

"Kalian belum makan malam?" Papa melirik ke arah meja makan yang tampak masih rapi.

"Belum, nunggu Papa." Jawab Arya yang duduk sambil merangkul Tama.

"Ayo kita makan kalau gitu. Udah jam berapa ini. Papa ganti baju bentar."

Mereka mengangguk dan berjalan menuju meja makan yang menyatu dengan dapur. Arya membantu Tama yang masih tertatih dengan walkernya. Sedangkan Abil sedikit menggeser beberapa barang agar Tama dengan lebih mudah untuk lewat.

"Lauknya udah dipanaskan ini?" tanya Papa yang sudah bergabung dengan mereka dengan baju yang kering.

"Udah Pa. Nasinya juga baru dimasak." Abil yang sedang mengambilkan nasi Tama yang menjawab.

Exam?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang